tag:blogger.com,1999:blog-36230989523329981192024-03-05T20:36:42.823+07:00Suratan MaknaKonversi Kata Menjadi Makna ArgumentatifAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.comBlogger93125tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-62808879005289832502015-07-26T22:09:00.002+07:002015-08-02T17:20:50.514+07:00Bagaimana Caranya Mengurus STNK Hilang?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXvszqzh99N67QDzEEgW9Ke4-fcYgWHbgE1Y9aI20MQzvoAV8gQDJzDQ3TV6nIATkHlg86o9aiQcDnqHH3KaEboT66bEuBl5EmvnPtMM3lF_KjPCse2b74qDpqlW6Q2rFv1aYErkFaP6qG/s1600/stnk.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXvszqzh99N67QDzEEgW9Ke4-fcYgWHbgE1Y9aI20MQzvoAV8gQDJzDQ3TV6nIATkHlg86o9aiQcDnqHH3KaEboT66bEuBl5EmvnPtMM3lF_KjPCse2b74qDpqlW6Q2rFv1aYErkFaP6qG/s320/stnk.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Kemarin saya sudah menyampaikan <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2015/07/blog-post.html">Cara Membuat SIM C (Motor)</a>, sekarang saya akan menjelaskan bagaimana caranya mengurus STNK Hilang. Pengurusan ini saya lakukan jauh-jauh hari sebelum membuat SIM C, adapun STNK yang hilang ini terjadi saat lebaran tahun lalu (th. 2014) di Sidoarjo. Jadi, maaf aja nih kalo penyajian informasinya rada lupa2 ingat karena ngurusnya udah lumayan lama. Tapi, saya akan berusaha menjelaskannya sedetail mungkin.<br />
<br />
Sepeda motor yang STNKnya hilang ini adalah bukan atas nama saya. Jadi, tema pembahasan pada artikel ini lebih tepatnya adalah Cara mengurus STNK hilang yang atas nama orang lain. Berikut caranya:<br />
<br />
1. Siapkan BPKB, uang 500 ribu (jaga2), dan kliping koran berita kehilangan STNK yang saya jelaskan di no.10.<br />
<br />
2. Buat surat keterangan kehilangan ke Polsek setempat.<br />
<br />
3. Karena STNKnya atas nama orang lain, maka buatlah surat kuasa pengurusan STNK hilang antara Anda dengan orang yang namanya tertera di STNK/BPKB tersebut. Sertakan materai 6000.<br />
<br />
4. Pinjam KTP asli orang yang namanya tertera di STNK/BPKB.<br />
<br />
5. Pergi ke SAMSAT dengan motor yang STNKnya hilang dan parkirkan di tempat parkir yang dekat dengan area cek fisik kendaraan.<br />
<br />
6. Foto kopi dokumen2 yang dibutuhkan terutama BPKB, sekaligus beli map khusus. Di Sidoarjo tempat fotokopiannya jauh dari tempat parkir, jadi kalo anda bingung tanya saja sama orang setempat.<br />
<br />
7. Setelah difotokopi, serahkan ke loket cek fisik yang tidak jauh dari tempat fotokopian. Sebelum anda ke loket tersebut biasanya akan ada petugas berkeliaran di luar yang membantu anda memeriksa kelengkapan dokumen.<br />
<br />
8. Cek fisik kendaraan. Kembali ke tempat parkiran dan temui petugas cek fisik kendaraan.<br />
<br />
9. Kembali lagi ke loket cek fisik, serahkan kertas hasil cek fisik untuk memberitahukan bahwa kendaraan anda sudah dicek fisik.<br />
<br />
10. Pergi ke Polres, temui penjaga setempat dan bilang "mau mengurus STNK", maka anda akan diarahkan ke bagian2 kantor kepolisian, berikut dengan tahapannya. Ada bagian reskrim, laka tilang, laka lantas, dan satu lagi saya lupa. Hehee. Serahkan dokumen2 yang diminta oleh divisi2 kepolisian tersebut sebagai syarat dibuatnya surat2 yang anda butuhkan yang bisa diambil keesokan harinya. Lalu, Di Polres ini anda pasti akan diminta kliping berita koran. Jika begitu, maka anda tanyakan ke orang fotokopian. Cari tempat fotokopian tersebut, masih di dalam area Polres. Setelah pesan kliping koran, pulanglah, tunggu keesokan harinya.<br />
<br />
11. Pada hari kedua di Polres, anda ambil kliping koran pesanan anda terlebih dahulu, lalu anda datangi divisi kepolisian satu persatu untuk mengambil surat izin pembuatan STNK baru dan tunjukan ke salah satu kantor divisi (saya lupa lg yg mana).<br />
<br />
12. Setelah semuanya diambil, kemudian bawa dokumen tersebut ke Samsat. Di sana anda temui petugas yang suka memeriksa kelengkapan dokumen yang suka berkeliaran di dekat loket cek fisik dan tempat fotokopi, nanti dia akan arahkan anda bagaimana langkah kelanjutannya. Karena di bagian ini saya sendiri agak sulit menghafalnya, yang saya tahu ini adalah tahapan akhir menuju pembuatan STNK baru anda. Di sini anda akan dicek pajak kendaraannya dan membayar biaya pembuatan STNK baru.<br />
<br />
13. STNK jadi. Adapun STNK yang anda dapatkan bukanlah STNK asli, tapi masih berupa duplikat yang enam bulan kemudian baru bisa anda tukarkan dengan yang aslinya.<br />
<br />
Saat saya mengurus STNK hilang ini di Sidoarjo, jarak antara Polres dengan Samsat lumayan jauh. Tapi anggaplah saja pengalaman dan petualangan yang menyenangkan. Pokoknya, kalo bingung jangan sungkan tanya2 aja dah. Mungkin, saat tanya2 tersebut anda akan dihampiri orang yang menawarkan jasa pengurusan, Tapi saya tidak menyarankan anda terjerumus pada tawaran tersebut. Karena menurut saya mengurus STNK hilang ini cukup mudah saja. Hanya karena pertama kali dan bingung tahapannya maka kitapun menganggapnya jadi susah.<br />
<br />
Demikianlah <b>Bagaimana Caranya Mengurus STNK Hilang</b> yang bukan atas nama sendiri. Mohon maaf jika penjelasannya kurang mendetail dan agak sulit dipahami, jika begitu silahkan anda comment tulisan ini dibawah dan tanyakan segala sesuatunya lebih lanjut. Atau boleh menambahkan informasi yang dirasa masih kurang terkait tema postingannya.<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-36287827665116127532015-07-24T19:03:00.001+07:002015-08-03T15:56:03.614+07:00Cara Pembuatan SIM C (Motor)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJNr16tqKVSdl_vOOT9B5KmzOQT_dW37plTUNjBnKg5FMPYjAgtlPGtm1bNco7xp6qoIej_2HZ_Vz-L8NRMw2vXEpoSU1oG031TxMEP1oCTfD0NBSW-NAI0JHF1oh7lQxKH9K1urVMiePx/s1600/Bilang+aja+gak+punya+SIM%252C+takut+ditilang..jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJNr16tqKVSdl_vOOT9B5KmzOQT_dW37plTUNjBnKg5FMPYjAgtlPGtm1bNco7xp6qoIej_2HZ_Vz-L8NRMw2vXEpoSU1oG031TxMEP1oCTfD0NBSW-NAI0JHF1oh7lQxKH9K1urVMiePx/s200/Bilang+aja+gak+punya+SIM%252C+takut+ditilang..jpg" width="200" /></a></div>
Hari Kamis kemarin (23/7) saya memutuskan untuk membuat SIM C di Polres Cianjur. Setelah bertahun-tahun saya menundanya karena terkendala waktu, hanya bisa pulang ke daerah setahun sekali saat libur lebaran saja akhirnya sekarang saya mendapatkannya.<br />
<br />
SIM C ini sangatlah penting, terkait profesi dan segala aktifitas yang berhubungan dengan sepeda motor. Begitupun dapat meredam perasaan berlebih saat melewati atau menghadapi kawanan polantas yang nongkrong di jalanan.<br />
<br />
Membuat SIM C ini terbilang cukup mudah, karena syarat2nya pun tidak susah untuk disiapkan. Berikut caranya:<br />
<br />
1. Siapkan persyaratannya, yaitu: KTP asli, Fotokopiannya 2 lembar, pulpen, dan duit.<br />
<br />
2. Datang ke lokasi pada hari kerja sepagi mungkin sebelum jam 11, kalau bisa habis shubuh langsung meluncur supaya dapat antrian pertama. Ditekankan bagi anda yang rumahnya di daerah pinggiran banget jauh dari lokasi. Hihii.<br />
<br />
3. Setelah sampai di lokasi langsung saja menuju tempat pembuatan SIM. Di Cianjur letaknya di Polres bagian paling belakang.<br />
<br />
4. Masuk ke ruangan tes kesehatan, serahkan fotokopian KTP 2 lembar lalu tunggu panggilannya. Di sini anda akan dicek tinggi badan, berat badan, dan tes mata đź‘€. Saya sendiri melewatkan tes mata ini karena saat bagian saya listriknya sedang mati, padahal kalau dites bisa saja ketahuan rabunnya. Setelah dites anda akan diminta bayar sebesar 20 ribu rupiah.<br />
<br />
5. Serahkan berkas dari ruangan tes medis tadi ke loket penyerahan Persyaratan Pembuatan SIM Baru. Setelah diserahkan, tunggu panggilan tes teori.<br />
<br />
6. Tes teori lalu lintas, tapi sebelum anda dites teori anda akan diberi kuliah dulu selama kurleb satu setengah jam. Saran saya nikmatilah pencerahan tersebut. Hahaa.<br />
<br />
7. Saatnya ujian teori, buktikan bahwa kuliah selama satu jam setengah yg anda nikmati tadi tidaklah sia-sia. Anda harus menjawab soal yang berjumlah 30 dengan benar minimal sebanyak 25, kalau benarnya 24 akan dinyatakan tidak lulus. Tapi enaknya kalau benar semua, anda akan dapat reward 100 ribu seperti yang dijanjikan polisi dosen yang memberikan kuliah pencerahan tadi. Itung-itung anda digratiskan dari biaya pembuatan SIM C. Tapi sebelum tes teori tersebut anda harus menunggu dipanggil lagi dulu.<br />
<br />
8. Tes Praktek, setelah ujian teori, bawa dokumennya ke kantor bagian ujian praktek, serahkan lalu tunggu panggilan.<br />
<br />
9. Setelah ujian praktek, bawa dokumennya ke ruangan produksi. Serahkan dokumennya ke loket yang tengah, lalu tunggu panggilan dari loket pembayaran Bank BRI.<br />
<br />
10. Bayar pendaftaran pembuatan SIM baru sebesar 100 ribu ke loket Bank BRI dan isi formulirnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpYi0r-ezwaFZ8WUkSLXT5Lx5y-ZUGhacYV2H4XelmEbHGDwq0ERMaiDVuLczn8Qm85riNxSABhl8ffqzZt0fPUckpHk5kLdtLuxYaGbty-PcpFJeYmSjuIlgAe7oWGCIAMrrQwznM5BxP/s1600/Loket+Registrasi+Pembuatan+SIM.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpYi0r-ezwaFZ8WUkSLXT5Lx5y-ZUGhacYV2H4XelmEbHGDwq0ERMaiDVuLczn8Qm85riNxSABhl8ffqzZt0fPUckpHk5kLdtLuxYaGbty-PcpFJeYmSjuIlgAe7oWGCIAMrrQwznM5BxP/s320/Loket+Registrasi+Pembuatan+SIM.jpg" width="320" /></a></div>
11. Isi 2 lembar formulir yang didapat dari loket BRI tadi, lalu serahkan ke loket registrasi yang di sebelah kiri, tunggu panggilan.<br />
<br />
12. Masuk studio pemotretan. Di sini anda akan difoto yang nanti fotonya dipasang di SIM.<br />
<br />
13. SELESAI. Setelah difoto, nggak lama kemudian SIM pun jadi.<br />
<br />
Begitulah Cara Pembuatan SIM C (Motor), khususnya di daerah Cianjur. Meski kemungkinannya akan berbeda dengan proses pembuatan di daerah yang lain, saya harap pengalaman yang saya bagi ini tetaplah bermanfaat. Minimal bisa meredam perasaan berlebih dan pikiran2 yang menganggap bahwa bikin SIM ini ribet dan susah, terus belum lagi ditambah dengan perasaan malas yang jadi dasarnya. Bikin saja, siapin persyaratannya. Termasuk jangan lupa bawa duit.<br />
<br />
Oh, ya siapkan juga fisik karena bisa saja anda akan menghabiskan waktu seharian di lokasi sampai SIM tersebut jadi. Saya sendiri datang jam sepuluh, selesai pas maghrib jam 6. Dan jika anda perlu informasi tentang pengurusan STNK hilang, maka anda bisa menyimak artikel <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2015/07/blog-post_26.html">Bagaimana Caranya Mengurus STNK Hilang?</a><br />
<br />
Sekali lagi, demikian artikel<b> Cara Pembuatan SIM C (Motor)</b> semoga dapat bermanfaat. Silahkan like dan komennya, bisa berupa pertanyaan atau tambahan, saya sangat mengharapkannya. Thanx.<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-7727125548653209552015-01-02T09:04:00.001+07:002015-01-02T09:04:05.332+07:00Cinta kepada Allah Melebihi Siapapun<p dir="ltr">Berikut adalah kisah <i><b>Cinta kepada Allah Melebihi Siapapun</b></i> yang dicontohkan oleh Buya Hamka kepada kita semua.</p>
<p dir="ltr">KETIKA dalam sebuah acara Buya Hamka dan istri beliau diundang, mendadak sang pembawa acara meminta istri Buya untuk naik panggung.<br>
Asumsinya, istri seorang penceramah hebat pastilah pula sama hebatnya.</p>
<p dir="ltr">Naiklah sang istri, namun ia hanya bicara pendek.<br>
“Saya bukanlah penceramah, saya hanyalah tukang masaknya sang Penceramah.” Lantas beliau pun turun panggung.</p>
<p dir="ltr">Dan berikut adalah penuturan Irfan, putra Buya, yang menuturkan bagaimana Buya sepeninggal istrinya atau Ummi Irfan.</p>
<p dir="ltr">“Setelah aku perhatikan bagaimana Ayah mengatasi duka lara sepeninggal Ummi, baru aku mulai bisa menyimak. Bila sedang sendiri, Ayah selalu kudengar bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar. Menyenandungkan ‘kaba’. Jika tidak Ayah menghabiskan 5-6 jam hanya untuk membaca Al Quran.</p>
<p dir="ltr">Dalam kuatnya Ayah membaca Al Quran, suatu kali pernah aku tanyakan.</p>
<p dir="ltr">“Ayah, kuat sekali Ayah membaca Al-Quran?”, tanyaku kepada ayah.</p>
<p dir="ltr">“Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpuluh-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah bagi Ayah melupakan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah,” jawab Ayah.</p>
<p dir="ltr">“Mengapa Ayah sampai harus melakukan shalat Taubat?” tanyaku lagi.</p>
<p dir="ltr">“Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,” jawab Ayah lagi.</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxwYxM8NNl5sEEjiMPhT7unwDUIfvnp06jAmxvgdZuAWs-vfVAIVz8KM8hLqOWwwGTKFtCSCxOXrvs0L7nik9w7EG7mtOyDHJMf-QEXeJb1gKU8MHdl_SnTeJrKtXgYHg-vfqDgJRPuSIK/s1600/26cinta-Allah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxwYxM8NNl5sEEjiMPhT7unwDUIfvnp06jAmxvgdZuAWs-vfVAIVz8KM8hLqOWwwGTKFtCSCxOXrvs0L7nik9w7EG7mtOyDHJMf-QEXeJb1gKU8MHdl_SnTeJrKtXgYHg-vfqDgJRPuSIK/s640/26cinta-Allah.jpg"> </a> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-63182867876858859792014-12-30T09:26:00.001+07:002014-12-30T09:26:49.140+07:00Permusuhan Yahudi dan Nasrani<p dir="ltr">Terkait dengan <i><b>permusuhan Yahudi dan Nasrani</b></i> ini Allah SWT berfirman :</p>
<p dir="ltr">"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah :" Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yangbenar)." </p>
<p dir="ltr">Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120).</p>
<p dir="ltr">Ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang kafir tidak akan pernah senang kpd orang Islam yang menampakkan keIslamannya.</p>
<p dir="ltr">Orang-orang yg menampakkan keIslamannya karena mengetahui dan jujur bahwa sesungguhnya petunjuk Allah itu adalah yang benar, karena mereka tahu tidak ada agama disisi Allah kecuali Islam.</p>
<p dir="ltr">Namun saat ini begitu banyak orang-orang yang mengaku Islam namun bangga dengan perbuatan orang-orang kafir dan justru mereka murka ketika ada orang Islam menjaga agamanya disetiap waktu dan kesempatan selalu menampilkan Islam.</p>
<p dir="ltr">Hal ini berdasarkan dari Qatadah meriwayatkan :" Telah disampaikan kepada kami bahwasanya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda :" Akan tetap ada suatu kelompok dari umatku yang terus berjuang memegang teguh kebenaran, dimana orang-orang yg menentang mereka tidak dapat memberi mudharat kepada mereka, sehingga datang perintah (keputusan) Allah." ( Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, hadits tsb dikeluarkan dalam kitab Shahih, dari Abdullah bin 'Amr). (Dikutip dari grup Line IHBTR-AMDK-BNIS)</p>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivlmFa9hm_72A3h_dyYN9dIJ1WjkEyxXMichYO9X5rCgWxovID4sODWI-A3u1H8wkKJF-fACFuwBqeFwaaiWKlvweqMQkUWqsgaxsLbs179ebvPS64iTLpbfVlqFzH95LswrVXoUzLGo6V/s1600/kristenyahudi-300x225.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"> <img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivlmFa9hm_72A3h_dyYN9dIJ1WjkEyxXMichYO9X5rCgWxovID4sODWI-A3u1H8wkKJF-fACFuwBqeFwaaiWKlvweqMQkUWqsgaxsLbs179ebvPS64iTLpbfVlqFzH95LswrVXoUzLGo6V/s640/kristenyahudi-300x225.jpg"> </a> </div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-54439919810376336532013-09-09T05:13:00.000+07:002013-09-09T05:13:02.292+07:00Hari Ke 22: Membuat Laporan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKqTEfeMfu3cPy_PF_k1gpq7pC-_nwB8O71MWTHmAcoiSiJIPHcebq5l6xynHWrGPFzopD1kNIqaOXQWSo1K825I_OdpGf05CWBOo3SYw_LlRIIHf2RQ3GOKcU3O5iLk-ZIOQL4fKOLux_/s1600/DSC05114.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKqTEfeMfu3cPy_PF_k1gpq7pC-_nwB8O71MWTHmAcoiSiJIPHcebq5l6xynHWrGPFzopD1kNIqaOXQWSo1K825I_OdpGf05CWBOo3SYw_LlRIIHf2RQ3GOKcU3O5iLk-ZIOQL4fKOLux_/s1600/DSC05114.JPG" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Jelas
sudah, semuanya. Ternyata keluarga besar Pak Tarmin sudah merencanakan ini dari
jauh hari. Dari awal ramadlan beliau selalu menyediakan kami lauk untuk sahur
dan berbuka, bersama Mba Umm, Mba Cici dan yang lainnya Pak Tarmin menyediakan
kami hidangan bermacam-macam yang pada awalnya membuat kami kebingungan untuk
menyikapi hal tersebut. Betapa tidak, setiap hari kami disuguhi makanan terus
bagai sekawanan orang yang terpandang dari negeri kerajaan yang karenanya kami
pun tidak menolak sama sekali. Tapi, yang jelas bagaimanapun kami merasa tidak
enak sekali, apakah pelayanan itu tidak memakan biaya yang banyak?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Setelah
kami konfirmasi, terciptalah sebuah kesepakatan untuk menyisihkan uang kas kami
kepada keluarganya Pak Tarmin guna kebutuhan masaknya. Mudah-mudahan dengan
penyerahan uang tersebut bisa memperjelas keadaan, walau sebenarnya dari awal
beliau ikhlas menyuguhi kami. Lagian, buat apa uang kas yang sedianya selalu
turun setiap minggunya selain untuk kebutuhan masak? Oleh karena itu, kami
menyerahkan saja uang tersebut pada keluarga Pak Tarmin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Agenda
kami hari ini adalah kembali melanjutkan pekerjaan kami yang kemarin belum
selesai, yaitu mengecat bagian Mushalla dan rumahnya Pak Tarmin. Pada bagian
Mushalla ada bagian yang mesti ditambah dan diganti, yakni bagian langit-langit
yang tampak sudah usang dan menambah bagian yang belum terpasang sama sekali.
Pemasangan ini diserahkan kepada Pak Tarmin sendiri, karena beliau memang
paling ahli untuk memasang langit-langit tersebut. Sedangkan kami cukup
mengecat-ngecat saja bagian yang belum dicat, karena memang masih banyak bagian
pengecatan tersebut yang belum terselesaikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Sebagaimana
kesepakatan yang telah lalu, bahwa durasi pengecatan ini dicukupkan sampai
menjelang siang saja selebihnya adalah waktu kami untuk istirahat atau
santai-santai. Lebih jelasnya, pagi tadi pengecatan berakhir saat cat yang
tersedia sudah habis terpakai semuanya, padahal masih ada bagian yang belum
terselesaikan. Tapi, mau bagaimana lagi catnya memang sudah habis, terpaksa
pekerjaan kami dihentikan pas menjelang siang tadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Sebelum
dzuhur tiba, kebanyakan dari kami pada sibuk membersihkan diri setelah bekerja
tadi. Sedangkan yang lainnya hanya siap-siap berwudlu saja, karena mungkin
mereka ini tadi paginya sudah mandi atau mungkin yang cuma wudlu itu tidak ada
rencana untuk mandi sama sekali. Meskipun begitu, insya Allah sore harinya pada
mandi semua. Usai bersiap-siap, segera kami mengisi Mushalla yang pada waktu
dzuhur ini tidak dihiasi oleh jama’ah perempuan. Jadi, bagian Mushalla yang
biasanya dibagi dua dengan tirai hijab, kini menjadi satu saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Usai
dzuhur itu kami disibukkan dengan kedatangan dosen DPL yang akan tiba besok
hari, saat dosen tersebut datang kami mesti menyerahkan tugas laporan kegiatan
KKN kami padanya. Oleh karena itu, siang ini kami mesti membuat laporan
tersebut dengan sedikit mengingat-ngingat apa saja yang selama dua minggu ini
telah kami kerjakan. Bagi yang merekam agenda selama dua minggu itu melalui
catatan, tentunya hal ini mudah saja hanya tinggal menyalin catatan agenda
tersebut ke lembar laporan kegiatan yang telah disediakan. Namun, perkara ini
menjadi sangat merepotkan bagi mereka yang tidak ada catatan sama sekali,
diperparah lagi dengan ingatan mereka yang pas-pasan. Mereka yang kebingungan
mengisi laporan itu tidak kehabisan akal, cukup menyalin saja lembar laporan
punya temannya atau tidak menyalin dari laporan kegiatan perkelompok. Masalah
isi laporannya bagaimana, paling tidak jauh berbeda dengan kegiatan pribadi
yang sudah dilaksanakan. Mengisi laporan tersebut tidaklah memakan waktu yang terlalu
lama, sehingga saat semuanya telah beres sebagian dari kami langsung pergi
tidur siang sampai ashar tiba.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Rupanya
kumandang adzan belum mampu membangunkan kami yang lagi enak tidur siang, tapi
untungnya selalu ada orang yang membangunkan kami, jadi barulah disadari kalau
adzan tengah berkumandang. Berbeda dengan dzuhur tadi, shaf perempuan pada
shalat ashar sekarang ramai diisi oleh jama’ahnya. Meskipun hanya diisi oleh
anak-anak mengaji, tapi setidaknya shaf tersebut sudah ada yang mengisi dari
pada dzuhur tadi yang tidak ada sama sekali. Tampaknya sore hari ini tidak ada
kesibukan yang berarti, selain seperti biasa kami mesti menyiapkan diri kami
untuk menghadapi aktifitas malam yang kebanyakan bertugas mengisi di Masjid dan
Mushalla-Mushalla luar. Tapi, ada juga yang sekarang bagiannya piket, seperti
biasa juga mesti menyiapkan hidangan berbuka kami nanti yang tinggal diambil
saja dari salah satu keluarga besarnya Pak Tarmin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Saat
waktu berbuka tiba—<i style="mso-bidi-font-style: normal;">alhamdulillah</i>—es
campur telah siap untuk kami santap. Dikarenakan es campur tersebut dibuatnya
banyak, maka ada alasan bahwa satu gelas buat saya tidaklah cukup. Oleh karena
itu, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menambah porsi lagi. Tidak lama
setelah itu, kami bersiap-siap untuk shalat Maghrib dulu kemudian sesudah itu
acara berbuka dilanjutkan lagi dengan makan makanan berat yang selalu kami
nanti-nantikan kebersamaannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Bagi
yang akan bertugas mengisi tarawih, tidak usah makan berlama-lama apalagi
mengambil porsi yang banyak. Soalnya, sebelum berangkat mereka mesti menyiapkan
diri sesiap mungkin, belum lagi resiko jika makan dengan porsi yang banyak
karena khawatirnya akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Dengan
begitu waktu maghrib terasa sangat pendek sekali, karena beberapa kesibukkan
yang meliputi mereka. Sedangkan saya sendiri santai saja, karena saya sendiri
sedang tidak ada tugas. Awalnya saya ada jadwal mengisi juga di Mushalla luar,
tapi karena kami bertiga sedangkan kami memakai motor maka cukup dua orang saja
yang berangkat, yaitu Yasin dan Marhalim. Mengenai jadwal saya mengisi hanya
sekadar menemani saja, bukan mengisi dalam pengertian bertugas ceramah atau
mengimami shalat tarawih. Oleh karena itu, saya mengisi di Mushalla sini saja
menemani Husairi dan Irsyad yang sedang bertugas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Saat
waktu shalat tarawih lewat, suasana Ramadlan di pedusunan kami coba bangun
kembali dengan kegiatan tadarrus yang dikumandangkan di Mushalla. Sayangnya,
tidak bertahan sampai berjam-jam tadarrusan pun berakhir sebelum pukul sembilan
malam pada <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/09/membuatlaporan.html" target="_blank"><i><u><b>Hari Ke 22: Membuat Laporan</b></u></i></a> ini. []</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-44132904620795519892013-08-31T05:18:00.000+07:002013-09-09T05:19:46.951+07:00Hari ke 21: Isya di Luar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/03/hari-ke-20-membantu-masak-bukaan.html" target="_blank">Hari Ke 20: Membantu Masak Bukaan</a><b>. </b></span>Sekarang pada <i><u><b>Hari ke 21: Isya di Luar</b></u></i>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiFyx0my9JggR0Id2tduDovr8GbKzSXvx_rp28wqxDNbIkWt5cYvF80hq0Jove_5Nc-EIPeBM7BFzSsU23LC-04gh8Ipy80UuhZ12lTJvDPJpqKovVIWvyr6WV079uSTut-ezyvnq3WzyX/s1600/Post.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="262" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiFyx0my9JggR0Id2tduDovr8GbKzSXvx_rp28wqxDNbIkWt5cYvF80hq0Jove_5Nc-EIPeBM7BFzSsU23LC-04gh8Ipy80UuhZ12lTJvDPJpqKovVIWvyr6WV079uSTut-ezyvnq3WzyX/s1600/Post.JPG" width="400" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Tega
sekali mereka ramai-ramai di sana makan sahur, sedangkan saya masih tertidur di
kamar sendirian. Apa mereka mau membuat saya supaya tidak sahur dengan cara
membiarkan saya terus tertidur? Untung saja saya bangun juga, ketika dalam
tidur sayup-sayup saya mendengar ocehan mereka yang membuat ramai satu rumah. Saya
terbangun, keluar kamar lalu melihat segerombolan dari mereka yang sudah
mengisi penuh kursi ruang tengah yang melingkari meja di tengahnya. Di atas meja
itu terlihat tidak ada ruang lagi melainkan semuanya telah diisi oleh hidangan
sahur yang cukup beraneka ragam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Sebelum
menyantap sahur, saya pergi ke kamar mandi dulu untuk cuci muka. Menuju kamar
mandi yang berada di luar rumah itu saya mesti melewati ruang tengah dulu yang
karenanya saya pun bisa melihat apa yang mereka lakukan di ruang tengah tadi.
Sekembalinya dari luar, saya langsung ke dapur mengambil bagian saya yang sudah
di piring. Namun, sebelum di dapur itu saya mesti melewati ruang tengah lagi
yang tampaknya tidak ada tempat lagi bagi saya untuk menduduki kursi bagus
berwarna merah yang sudah diisi oleh mereka. Terpaksa, saya duduk di belakang
mereka yang masih menyisakan kursi panjang yang tidak lebih bagus dari pada
kursi merah tadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Menyantap
sahur di kursi panjang yang tidak penuh diisi oleh orang telah membuat saya
kedinginan, ketika pintu rumah yang dekat dengan ruang tengah itu terbuka lebar
dan mempersilahkan hawa dingin dari luar untuk menyerang saya yang tengah
sendirian menghadap langsung ke pintu tersebut. Berbeda dengan posisi mereka
yang tidak menghadap langsung ke pintu dan ditambah lagi dengan panas tubuh
mereka masing-masing yang dapat menghangatkan satu sama lainnya. Sehingga,
meskipun hawa dingin itu masuk di saat posisi mereka yang tengah berdempetan,
maka dinginnya itu tidak akan terlalu terasa sebagaimana yang saya rasakan
dinginnya di belakang mereka. Disebabkan karena hal itu, makanya saya kurang
menghendaki jika harus duduk di posisi tersebut yang mengakibatkan saya menjadi
kedinginan oleh hawa pagi yang masuk. Namun, karena keterlambatan saya bangun
tadi, saya menjadi kalah cepat untuk menempati posisi duduk yang enak buat
santap sahur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Sebelum
shubuh berkumandang saya sempatkan untuk minum dua gelas, supaya nanti saat menjalani
puasa mulut saya tidak terlalu kekeringan. Lalu, kami pun siap-siap ke Mushalla
saat adzan tengah berkumandang. Pagi itu shaf laki-laki berjumlah lebih banyak
dari pada shaf perempuan yang berjumlah lima orang saja dan itupun masih mereka
yang merupakan keluarga besar Pak Tarmin. Usai shalat, aktifitas pribadi
berjalan seperti biasa sampai tibanya pukul tujuh pagi yang merupakan saatnya
bagi kami untuk melanjutkan proyek kami yang kemarin belum selesai, yaitu
proyek pengecatan Mushalla. Berhubung sekarang catnya sudah beli lagi jadi
pengecatan pun dilanjutkan. Tapi, sekarang kerjaan kami ditambah dengan
pengecatan rumahnya Pak Tarmin yang pengerjaannya difokuskan pada bagian luar
rumahnya saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Sebagaimana
yang telah direncanakan, pukul tujuh kami langsung mengambil alat pengecatan
yang baru dibeli lalu pengecatan pun dimulai. Pertama kami melanjutkan separuh
dari Mushalla yang belum terselesaikan semuanya. Bagian Mushalla tersebut
adalah dinding, langit-langit dan pagar kayu yang kemarin pengerjaannya
terhenti disebabkan catnya yang telah habis. Setelah di Mushalla dirasa telah
cukup, kemudian pengecatan beralih ke rumah Pak Tarmin. Rumah tersebut kami cat
pada bagian luarnya saja, karena jika semua bagian rumahnya dicat tentunya cat
yang tersedia tidak akan mencukupi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Memang
warna bagian luar rumah beliau ini banyak yang sudah terkontaminasi oleh
berbagai kotoran yang bermacam-macam. Sehingga, membuat warna asli tembok
rumahnya menjadi pudar tidak karuan. Dan alasan lain kenapa bagian luar rumah
beliau dicat, yaitu mengingat akhir-akhir ini adalah musimnya untuk berbenah
rumah sebagai rangka penyambutan akan suasana Ramadlan dan Hari Raya nanti.
Sebenarnya yang perlu dicat bukan hanya bagian luarnya saja, tapi bagian dalam
pun seharusnya dicat juga karena warna bagian dalam pun sudah agak pudar.
Namun, ini semua tergantung pada situasinya nanti, jika ada keputusan untuk
mengecat bagian dalamnya juga maka —insya Allah— bisa. Tapi, kalau tidak, syukurlah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Proses
pengecatan pagi itu berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan, namun tetap
saja kami membutuhkan waktu yang cukup lama walaupun sudah dilakukan secara
bersama-sama. Sehingga, sampai tibanya waktu menjelang dzuhur pun pengecatan
belum selesai semuanya. Terpaksa, kami mesti melanjutkannya besok hari,
sedangkan ba’da dzuhur telah kami proyeksikan waktunya untuk santai-santai tapi—
insya Allah— santainya yang bermanfaat. Seusai shalat ashar, waktunya bagi kami
untuk siap-siap menghadapi aktifitas malam hari, ada juga yang seperti biasa
mengajar TPA di Mushalla. Sedangkan yang lain juga tidak kalah sibuknya mesti
menyiapkan hidangan buka buat kami semua, meskipun sebenarnya tugas tersebut sudah
lebih ringan dengan adanya peran Ibu yang selalu memasakkan hidangan buka buat
kami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Waktu
buka telah tiba, kami mengawalinya dengan segelas bubur kacang ijo yang dibuat
oleh Mbak Umm tadi sore, pada tiap gelas tersebut ditambah dengan agar-agar
yang dicetak mirip es krim yang katanya dibuat oleh Nur. Tampaknya rizki di
waktu buka ini seperti tidak ada habisnya, saat Pak Tarmin sedikit telat
mengantarkan es campur untuk kami yang telah buka duluan dengan bubur kacang
ijo dan dua macam agar-agar. Terpaksa, pemberian Pak Tarmin itu harus
menganggur dahulu selama beberapa jam yang mungkin nantinya ada dari kami yang
memakan suguhan beliau tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Ba’da
maghribnya barulah kami menikmati makanan berat, hidangan yang beraroma pedas
cukup menggoda kami untuk mencicipinya. Padahal kebanyakan dari kami sudah tahu
persis bagaimana resikonya jika makan makanan pedas yang dapat mengganggu
ritual shalat tarawih nanti. Namun, tampaknya resiko itu tidak terlalu
diindahkan, manakala rasa lapar telah menggelayut dari tadi. Beberapa orang
dari kami tampaknya menghiraukan resiko tersebut, termasuk saya sendiri yang
nanti bakal tugas ceramah di Mushalla luar. Saya memilih bungkam saja jika
harus makan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">karo </i>sambel yang bisa
membuat saya sibuk keluar masuk kamar mandi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Usai
makan-makan, kemudian kami bersiap-siap untuk berangkat tugas keluar guna
mengisi Mushalla-Mushalla. Sedangkan, yang tugasnya di sini tetap tinggal untuk
mengisi Mushalla sini bersama Pak Tarmin. Saya, Yasin dan Marhalim kini mengisi
di Mushalla paling jauh yang berada di ujung dusun. Walaupun jaraknya jauh kami
tetap berangkat dengan jalan kaki saja, menembus pekatnya jalanan kampung yang
masih minim penerangan. Sebenarnya bisa saja kami pergi dengan motor, tapi
karena kami bertiga maka jalan kaki saja, mengingat setiap motor yang kami
pinjam pun tidak boleh dibawa bertiga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Sebelum
pulang kami disuruh mampir dulu ke salah satu rumah jamaah yang ada di sekitar
Mushalla, di rumah tersebut kami disuguhi kolak pisang yang sudah lama saya
tidak merasakannya. Beberapa lama setelah kami mencicipi kolak pisang tadi,
maka kami pun pamit untuk pulang ke rumah. Di jalan sebelum kami tiba di rumah,
ada Ibu warung yang memanggil kami dari pintu rumahnya untuk mampir mencicipi
es dawet buatan beliau. Rizki memang tidak pandang situasi, meskipun kami sudah
kenyang masih saja ada yang memberi. Awalnya Ibu itu mau menyajikannya di gelas
supaya kami memakannya di tempat, namun kami langsung memintanya agar dibungkus
saja karena keadaan perut kami yang sudah tidak memungkinkan. Tanpa ada raut
wajah yang kecewa atas permintaan kami tersebut, beliau langsung saja membungkuskannya
untuk kami. Dan tidak lama kemudian, kami pun pamit meninggalkannya.
Sesampainya di rumah, es dawet itu pun habis disikat oleh teman-teman. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";">Begitulah </span><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";"><span style="font-family: "Trebuchet MS","sans-serif";"><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/09/isyadiluar.html" target="_blank"><i><u><b>Hari ke 21: Isya di Luar</b></u></i></a> ini</span>, cukup melelahkan namun insyAllah bernilai ibadah. Aamiin.[]</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-63800961383965093652013-03-04T11:59:00.000+07:002013-03-04T12:11:31.207+07:00Hari Ke 20: Membantu Masak Bukaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlV-NT4n7BU2gasYN4VZBa4KdV4fy4_TQ5tg1C4z-xNPaQEmx9LDL_lMe71ae2TMUOCzlLIwOzwRHczighhEHDWGiZLXYdfMPENNSh1VSW8Bpfv17yXfKjcz-Umg8wXEo51wE6KHMrKKxX/s1600/CIMG387post3.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlV-NT4n7BU2gasYN4VZBa4KdV4fy4_TQ5tg1C4z-xNPaQEmx9LDL_lMe71ae2TMUOCzlLIwOzwRHczighhEHDWGiZLXYdfMPENNSh1VSW8Bpfv17yXfKjcz-Umg8wXEo51wE6KHMrKKxX/s400/CIMG387post3.JPG" width="400" /></span></a></div>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Beranjak pada <b>Hari Ke 20: Membantu Masak Bukaan</b>,<b> </b>Pukul tiga pagi umam bangunkan saya tidur, bertanya siapa yang piket masak hari ini. Namun, dia telah bertanya kepada orangnya langsung, yaitu saya. Rengekannya meminta saya untuk cepat memanaskan sayur yang sudah dimasak kemarin dengan lauk yang saya sendiri baru lihat waktu itu, yakni telur kuah santan yang diberi oleh keluarga Pak Tarmin. Saat tengah di dapur sendirian, saya tidak menyadari jika Pak Tarmin berdiri di lawang pintu dapur.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“sayurnya sudah dipanaskan?” kejut Pak Tarmin.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“hh, belum” jawab saya yang baru menyadari bahwa itu beliau.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Segera, saya langsung menyalakan kompor di samping untuk memanaskan lauk pemberian beliau tersebut. Pagi itu hanya saya saja yang sibuk di dapur, partner piket saya, Zakir masih belum bangun juga. Sedangkan, satu lagi Yohan, pergi ke Surabaya dari kemarin. Tidak mengapa, wong cuma memanaskan tok. Beberapa lama kemudian, barulah dia datang ke dapur, membantu saya yang sudah dari tadi menyiapkan sahur di dapur. Gilirannya adalah menuangkan hidangan sahur dari panci ke piring-piring. Saat semuanya sudah siap, kita mesti sibuk lagi membangunkan teman-teman yang masih tidur. Namun, ketika saya membangunkan mereka bangkit dengan segera menyambut ajakan saya tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tinggal beberapa menit saja adzan shubuh berkumandang, sehingga tidak ada waktu luang untuk tidur-tiduran lagi, namun semua siap-siap melaksanakan shalat shubuh di Mushalla. Mushalla sederhana yang jamaahnya lumayan ada peningkatan, termasuk pada shubuh kali ini yang saya rekam terdapat satu orang jamaah luar yang melaksanakan shalat shubuh bersama kami di sana. Tapi, bukannya seorang pemuda, melainkan orang tua yang datang dengan sepeda motornya. Sebelum pulang, beliau juga menyempatkan diri bersama kami untuk wirid pagi seusai shalat shubuhnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Untuk mengisi hari di suasana ramadlan kali ini kami tidak mempunyai agenda kegiatan apapun selain melanjutkan pengecatan Mushalla yang belum terselesaikan juga, masih tersisa 40% kerjaan lagi yang mesti kami selesaikan. Sebelum pengecatan itu saya sendiri sedang sibuk mencuci peralatan dapur yang kotor sehabis waktu sahur tadi dipakai. Sedangkan Zakir entah berada di mana, sebab ketika saya cari di kamar dia tidak ada. Adapun yang di luar hanya Marhalim, Basirun, dan Yasin yang sedang sibuk mengecat. Saat saya lagi sibuk-beres-beres di dapur, Yasin minta saya segera bantu mereka di Mushalla yang hanya ada dua orang, sedangkan yang lain pada pergi ke luar entah ke mana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sampai menjelang siang tiba, di Mushalla tetap hanya kami berempat saja yang sibuk mengecat. Pekerjaan kami itu terhenti ketika modal cat yang kami punya telah habis, sedangkan beberapa sudut bagian Mushalla masih ada yang belum kena cat. Terpaksa, penyelesaian pun harus tertunda sampai menunggu dana cadangan turun. Dan ketua bilang, cat baru akan segera dibeli besok hari, insya Allah. Menjelang siang, bagiannya yang tidak ada tadi baru balik ke rumah guna beristirahat setelah seharian beraktifitas di luar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebelum adzan, semuanya dibereskan lagi karena Mushalla akan digunakan untuk shalat dzuhur. Setelah shalat, waktu yang berjalan terasa begitu hambar karena biasanya ba’da dzuhur kami selalu menunggu sesuatu yang bisa dimakan, yaitu makan siang. Namun, kini waktu seakan telah dikonversi secara halus dalam suasana Ramadlan yang lebih barakah jika digunakan untuk suatu hal yang bermanfaat dari pada hanya sekadar menunggu waktunya jam makan. Maka dari itu, waktu siang ini mesti disiasati supaya mengandung nilai ibadah yang dapat diterima oleh-Nya. Terserah, apa mau membaca, mengaji, menulis, yang penting bingkai aktifitas tersebut dalam frame ibadah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sore hari saya sedikit terkejut oleh Husairi yang meminta saya untuk menemani Ibu masak di rumahnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“yang bener, nih?!”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">“bener”, pungkasnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kalau sudah begini, ada indikasi kalau Ibu bakal membuatkan lagi makanan buka buat kami. Betapa bingungnya kami menghadapi dan membalas rizki yang mengalir melalui Ibu ini, tidak ada yang bisa diharapkan dari kami jika diharuskan membalas pelayanan besar beliau. Kami hanya bisa mendoakan Ibu yang masih merupakan keluarga besarnya Pak Tarmin ini, mudah-mudahan Allah melimpahkan kasih dan sayang-Nya pada mereka. Amin. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br />
Ketika saya bersama Zakir memenuhi panggilan Husairi tadi, ternyata benar, di dapurnya Ibu tengah masak-masak lalu kami pun dimintanya untuk membantu beliau. Segera, saya pun langsung mengambil alih sebuah penggorengan yang sedang tidak ada operatornya. Kerja saya hanya melanjutkan perkedel yang belum dimasak semuanya, awalnya saya dicegah beliau karena khawatirnya saya tidak bisa. Namun, ketika mendengar beberapa kata saya terkait cara menggoreng perkedel tersebut, maka Ibu pun percaya dengan sedikit memuji. Dan saat beliau melihat kerja saya menggoreng perkedel itu, bertambahlah pujiannya pada saya. Sebaliknya beliau malah menyindir hasil kerjanya Nur yang acak-acakan saat menggoreng perkedel tersebut. Di sudut lain ada Zakir yang terlihat sibuk tengah memindah-mindahkan nasi ke wadah yang berbeda, namun tidak memerlukan waktu yang lama dia mampu menyelesaikannya, lalu beralih menuangkan es cendol ke gelas-gelas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kerja kami dihentikan saat Ibu menginstruksikan kami untuk berhenti membantunya, karena memang semuanya telah selesai disiapkan. Atas perintah Ibu tersebut, maka kami pun pergi saja ke ruang tengah nonton TV bareng Rauf yang sudah dari tadi stand by di sana. Beberapa saat kemudian kami balik ke rumah lagi, mengingat kami mesti menyiapkan makanan untuk berbuka nanti yang tinggal disajikan saja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sebagaimana yang telah disiapkan tadi, sebelum shalat maghrib kami berbuka dengan es cendol buatan Ibu yang manis. Namun, sayang es cendol buatan Ibu tersebut tidak habis semuanya, karena ternyata Ibu membuatnya kebanyakan. Padahal, beberapa orang dari kami tengah berada di luar. Tahu begini, tadi kami tidak akan membuat banyak-banyak. Tapi, yang membuat bukan kami juga, sih. Ibu, kok. Ya, sudahlah, nanti malam habis tarawih juga mungkin ada yang minum lagi. Ibu yang membuatnya santai-santai saja, malah kita yang repot sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Ba’da maghrib, barulah kami menyantap-makanan yang berat. Sebagian dari kami yang malam ini tugasnya sebagai imam tarawih atau khotib tidak berani untuk makan banyak-banyak, karena mereka khawatir bakalan tidak kuat untuk mengimami atau berceramah dalam keadaan perut yang lagi penuh. Sedangkan saya sendiri tengah santai-santai saja, meskipun shalat tarawih nanti dalam keadaan perut yang kenyang. Karena yang penting sekarang saya sedang tidak mengimami ataupun menjadi khotib setelah tarawih. Memang, saya sendiri merasakan bagaimana ketika perut yang baru kenyang mesti mengimami shalat tarawih, sudah perasaan agak nervous malah ditambah lagi dengan keadaan perut yang tidak enak. Seperti kemarin, sebelum tarawih perasaan agak gugup, ditambah juga dengan perut yang baru kenyang. Huft, nggak enak banget. Tapi, —alhamdulillah— saat maju jadi imam lalu saya fokus dengan posisi tersebut, rasa gugup berangsur menghilang berikut dengan perut kenyang yang tidak saya rasakan lagi. Namun, tetap bagaimanapun juga kalau perut kekenyangan sungguh tidak enak sekali untuk bergerak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tidak lama setelah makan, yang bagiannya tugas tarawih ke Mushalla dan Masjid luar segera menyiapkan dirinya untuk berangkat, mengingat jarak yang akan mereka tempuh menuju tempat-tempat tersebut lumayan jauh dari sini. Salah-salah, mereka bisa terlambat bertugas jika terlalu berlama-lama di rumah. Di sisi lain, saya, Marhalim, dan Yasin tinggal di sini karena kami yang sekelompok tugasnya memang di Mushalla ini. Jika Marhalim jadi imam, Yasin sebagai khotibnya, sedangkan saya kosong saja karena bagian saya kemarin sudah. Bagiannya mereka berdua tugas ini, lebih lama waktu yang dihabiskannya ketimbang kemarin saya yang bertugas saat menjadi imam. Sehingga, waktu menunjukan pukul delapan tepat saat semuanya bubar dari Mushalla. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br />
Begitulah KKN di <b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/03/hari-ke-20-membantu-masak-bukaan.html" target="_blank">Hari Ke 20: Membantu Masak Bukaan</a></b> ini, semoga bernilai manfaat. []</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-570855420835946332013-02-21T09:52:00.001+07:002013-03-04T12:07:47.048+07:00Hari Ke 19: Shaum Pertama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiah8N1M1hMDBE0hPa5kXLKidwZzMTAuTB1jtNKmjn9UPfiMLPiFL5vnXT6qVmm2A7k-vIjwEoZEJyS-SedHJAoQ74yziU7l4zAha-q-AleH8yRHOMGsph3vQ2hZir-N8FTFmwdaoSwGJj/s1600/CIMG3988blog.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Ke 19: Shaum Pertama" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiah8N1M1hMDBE0hPa5kXLKidwZzMTAuTB1jtNKmjn9UPfiMLPiFL5vnXT6qVmm2A7k-vIjwEoZEJyS-SedHJAoQ74yziU7l4zAha-q-AleH8yRHOMGsph3vQ2hZir-N8FTFmwdaoSwGJj/s1600/CIMG3988blog.JPG" title="Hari Ke 19: Shaum Pertama" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Setengah empat kurang kami dibangunkan oleh mereka yang sekarang adalah bagiannya untuk piket masak. Dan sekarang adalah hari pertama bagi kami untuk menjalankan ibadah shaum. Saat mereka bangunkan kami, masakan yang mereka buat telah siap untuk disajikan. Maka, saat itu juga kami langsung cuci muka kemudian santap sahur. Mengenai makanan sahur tersebut, sebenarya bukanlah orang piket yang masak, namun Ibu warga sini yang dengan baik hati berinisiatif untuk memasakkan sahur buat kami. Kesediaan beliau itu tidaklah diminta oleh siapa-siapa, namun —sekali lagi, insya Allah— atas inisiatif beliau sendirilah yang membuatkannya untuk kami.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebelum adzan shubuh berkumandang —alhamdulillah— semuanya telah selesai. Sebagian dari kami memilih baca qur’an untuk menunggu shubuh, sedangkan sebagian lagi ada juga yang tengah sibuk dengan laptopnya yang memutar lagu In Team berjudul kalimah cinta. Setelah tiga lagu dimainkan, barulah adzan shubuh berkumandang dan lagu pun dimatikan. Yang masih di kamar segera menyiapkan diri mereka untuk pergi ke Mushalla, ada yang masih di kamar mandi mengambil air wudlu, dan ada juga yang sudah duluan berada di Mushalla dari tadi. Geliat ramadlan di sini kami rasakan sangat berbeda dengan atmosfir di kampung kami masing-masing, ternyata di sini tampak lebih sepi dari apa yang kita perkirakan sebelumnya. Sungguh, mengingat ngingat seperti ini, kami pun jadi rindu akan suasana kampung sendiri, jadi ingin segera pulang. Namun, hadirnya kesan yang tercipta di sini juga tidak dapat kami pungkiri keberadaannya. Warga yang ramah, rukun, dan solid adalah nilai tersendiri yang membuat jempol kami mengacung buat mereka.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Hari ini kami kehilangan satu personel tim yang cukup diandalkan keberadaannya, Yohan harus pergi ke Surabaya memenuhi panggilan kantornya. Di sana dia akan tugas ramadlan selama satu minggu, lalu kembali lagi ke tempat KKN untuk hari-hari penutupannya. Dia berangkat pagi ini bersama motor kerjanya yang selalu ia bawa ke manapun, termasuk ke tempat KKN ini. Di sini, motor tersebut mesti banyak berurusan dengan jalanan yang kurang bersahabat, karena di sini rata-rata jalannya pada berlubang dan bebatuan semua, beda dengan medan di Surabaya yang mulus-mulus saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Pagi sekarang yang tepatnya berada di bulan ramadlan cukup berbeda dengan pagi di beberapa hari sebelumnya, kali ini kami tidak harus menunggu-nunggu sarapan pagi dimulai, dan apapun yang kami lakukan pada pagi-pagi ini bukanlah untuk menunggu sarapan pagi disajikan. Namun, justru pagi ini menjadi terasa lebih panjang waktunya jika digunakan untuk mengerjakan suatu proyek yang besar. Hal tersebut dikarenakan, waktu luang yang biasanya digunakan untuk menunggu sarapan pagi, kini tiada. Namun, sekarang waktu tersebut digantikan oleh waktu kerja yang panjang sampai menjelang siang.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebagaimana pagi sekarang, kami harus melanjutkan pekerjaan kami yang kemarin belum terselesaikan, yaitu mengecat Mushalla. Di sini kami mengkombinasikan dua warna antara putih dan hijau, putih ditempatkan untuk dinding dan langit-langit, sedangkan hijau untuk pagar kayu Mushalla. Pengecatan dilakukan secara bergantian, dikarenakan peralatan yang kurang mencukupi. Jika yang satu tengah mengecat, maka yang lainnya membersihkan tembok atau kayu yang hendak dicat dari kotoran yang dapat mempengaruhi warna cat. Proyek pengecatan ini memakan waktu yang cukup lama sekali, dimulai sejak pagi-pagi dan berakhir saat menjelang siang. Bahkan, setelah dzuhur pun pengecatan masih berlanjut, karena meskipun hanya sekedar Mushalla sederhana, bagian Mushalla yang perlu dicat cukup banyak sekali. Malah, kami beranggapan bahwa pengecatan ini juga akan berlanjut sampai besok hari. Dan ternyata memang benar, ketika pengecatan dihentikan saat ashar tiba maka terpaksa pengecatan akan dilanjutkan pada besok paginya. Namun, —alhamdulillah— selama beberapa hari mengecat kami tidak direpotkan oleh cuaca yang kurang bersahabat sebagaimana pada hari-hari sebelumnya yang sering diguyuri hujan. Sehingga, dengan cuaca yang baik ini pengecatan pun bisa berjalan dengan lancar dan tanpa ada hambatan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Saat menjelang maghrib, Husairi tampak lebih aktif dalam menyiapkan hidangan berbuka bagi kami. Husairi memang bisa diandalkan, mungkin karena hubungannya yang baik dengan Ibu tetangga, kami pun bisa dapat kiriman untuk hidangan berbuka. Sehingga, dia yang memang bagiannya piket hari ini tidak harus repot-repot lagi menyiapkan makanan untuk kami. Cukup menyajikannya saja, sudah jadi. Sebenarnya bukanlah Husairi saja yang pergaulannya cukup baik dengan warga sini, Pa Che dan ketua kami Irsyad juga perlu diperhitungkan sebagai pembuka jalan hubungan yang baik bagi kami dengan warga sini. Memang, terkadang di antara kami ada yang susah ketika mesti bergaul dengan warga sekitar, oleh karena itu dengan adanya sosok-sosok seperti mereka ini sangatlah penting bagi kami demi mengangkat nama mahasiswa KKN secara keseluruhan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Alhamdulillah, bersamaan dengan berkumandangnya adzan maghrib maka kami pun berbuka, es kelapa degan buatan Ibu memang ampuh untuk menghapus haus dan dahaga kami setelah seharian berpuasa. Meskipun sederhana, tapi kami cukup mensyukuri atas nikmat yang diberikan Allah melalui Ibu tetangga kami tersebut. Hanya karena kebaikannya yang tulus ikhlas itu saja kami menjadi senang dengan keluarga beliau, sehingga kami merasa tidak enak juga saat dibuatkan masakan olehnya. Mau menolak pemberian beliau yang seolah-olah terlalu memanjakan kami, takutnya akan menimbulkan suatu kesalahpahaman. Kami menjadi bingung, dan dengan kebingungan tersebut hanya menimbulkan sikap diam kami terhadap segala pemberian beliau.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Saat tarawih tiba, saya menjadi menyesal telah banyak menghabiskan makanan berat ketika ba’da maghrib tadi. Mengingat sekarang adalah waktunya bagi saya untuk mengimami shalat tarawih di Mushalla sini yang sudah penuh diisi oleh jama’ah ibu-ibu dan bapak-bapak, serta beberapa anak muda. Perut ini terasa begah karena terlalu kekenyangan. Andaikan tadinya saya merasa bakal seperti ini, kelak saya akan urungkan niat saya untuk makan sebelum isya seperti tadi. Namun,ternyata ketika saya tengah mengimami, begah itu tidak terlalu terasa oleh saya. Saya hanya fokus dengan shalat saya yang takutnya banyak menemui kekeliruan di dalamnya. Karena, saya sendiri baru pertama kali menjalani tugas sebagai imam tarawih seperti sekarang ini. Jadi, saya cukup hati-hati dengan setiap bacaan yang diucapkan. Awalnya saya agak gugup berdiri sebagai imam di depan orang-orang sekampung, tapi sedikit demi sedikit saya pun bisa tenang menghadapinya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Setelah giliran saya mengimami tarawih, kini tugasnya teman saya untuk berceramah di depan jama’ah yang semuanya asli orang Jawa, sedangkan teman saya ini adalah orang sumatera yang canggung untuk berbahasa Jawa. Terpaksa, bagaimanapun juga yang penting dia berceramah meski menggunakan bahasa Indonesia yang bagi sebagian kecil warga kampung sini tidak memahaminya. Usai tarawih, kegiatan di Mushalla pada <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-19-shaum-pertama.html" target="_blank"><b>Hari Ke 19: Shaum Pertama</b></a> ini pun tetap berlanjut dengan tadarrusan yang dibacakan oleh beberapa teman kami yang cukup konsisten untuk menghidupkan suasana Mushalla dengan cara tersebut. []</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-5300793704076470032013-02-12T05:52:00.000+07:002013-03-04T12:07:59.775+07:00Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYZlYAiZpxjZTKDbqXiWgyfIk4MkTvd2VQfhuRQxKiHSWC9A66PF_7sO6oS9ILpYrAubOSHtww5guonD5Ek6GYbNYTbPgF4abuXo48Gk2iBKvOFlikN4Pgs4Yfx2ClK2_nkArbBq7UY3Bq/s1600/CIMG3807.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYZlYAiZpxjZTKDbqXiWgyfIk4MkTvd2VQfhuRQxKiHSWC9A66PF_7sO6oS9ILpYrAubOSHtww5guonD5Ek6GYbNYTbPgF4abuXo48Gk2iBKvOFlikN4Pgs4Yfx2ClK2_nkArbBq7UY3Bq/s1600/CIMG3807.JPG" title="Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketua pos kami sedikit kecewa dengan keputusan pemerintah yang seakan-akan telah menggagalkan puasa pada hari hari ini, padahal semalam beliau bersama warga telah melaksanakan shalat tarawih dan syukuran menyambut bulan suci Ramadlan. Kekecewaan tersebut ia tampakkan saat bangun pagi pukul setengah empat tadi.<span style="font-size: small;"> </span>Awalnya ia bersikukuh untuk tetap puasa pada hari ini meskipun pemerintah telah memutuskan puasa pada hari sabtu, tapi karena dia kurang dukungan dari yang lain maka dengan agak terpaksa dia pun tidak jadi sahur pada pagi itu. Sebenarnya terserah saja dia mau puasa kapan juga, jika mau puasa hari ini berarti ikut Muhammadiyah. Tapi, esensinya bukan masalah ikut siapanya, malah yang perlu dicamkan alasannya dia ikut Muhammadiyah atau pemerintah itu apa? jangan sampai hanya sekadar untuk ikut-ikutan saja, tanpa ada ilmu dan ijtihad sama sekali.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Menjelang shubuh tiba, lampu Mushalla telah dihidupkan sebagai langkah pertama untuk menarik jamaah melalui pancaran cahayanya. Namun, upaya tersebut tampak biasa saja, sehingga tidak ada cara lain bagi kami kecuali mengumandangkan adzan pada waktunya. Pada awal kedatangan kami di sini, Mushalla masih tampak sepi dari jamaah. Tapi, akhir-akhir ini —alhamdulillah— ada perkembangan meskipun dalam jumlah yang sedikit dan itu juga jamaah yang masih dalam lingkungan keluarga Pak Tarmin sendiri. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Apalagi shubuh, dzuhur, dan ashar yang dahulu jamaahnya tidak ada yang mengisi selain dari kami, sekarang ada perkembangan. Pada waktu shalat shubuh, selain dari kami ada beberapa jamaah yang masih dari keluarga Pak Tarmin sendiri. Pada waktu shalat dzuhur, jumlah jamaah hampir sama dengan waktu shubuh. Dimulai dari Ashar ini, anak-anak TPA yang mengaji cukup meramaikan isi Mushalla dengan jumlah mereka yang cukup banyak. Saat maghrib dan isya, Mushalla diisi oleh keluarga Pak Tarmin dan sebagian anak TPA yang belum pulang. Tapi, karena sekarang musim Ramadlan, shalat isya di Mushalla menjadi penuh sekali. Dan jamaah yang membludak pada waktu tersebut, dikarenakan warga sekitar yang hendak menjalankan shalat tarawih berjamaah di sini. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Saat shalat shubuh selesai Pak Tarmin dan jamaah perempuan tampak masih ada pada tempatnya guna mengikuti wirid, namun ketika kultum pagi disampaikan Pak Tarmin dan keluarganya membubarkan diri dari Mushalla. Sedangkan, kami berusaha untuk tetap istiqomah melangsungkan kultum setiap harinya sebelum bubar dari Mushalla. Namun, setelah kultum pun belum bisa bubar begitu saja, karena seringkali Pak Ketua mengadakan rapat koordinasi sebagai gambaran aktifitas pada hari ini. Dulu rapat tersebut berupa evaluasi terkait keberadaan kita di sini, namun akhir-akhir ini entah kenapa evaluasi diganti menjadi koordinasi yang di antara keduanya jelas-jelas sangat berbeda pengertiannya. Meskipun begitu, kami masih tetap berada dalam satu jalur kebersamaan melalui adanya rapat semacam itu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai dari Mushalla, seperti biasa yang bagiannya piket sekarang adalah saatnya untuk menyibukkan diri mempersiapkan makanan buat kami sarapan pagi. Hari ini adalah hari terakhir bagi kami untuk makan pada pagi hari dan hari terakhir bagi kami untuk makan siang saat sebelum bulan suci Ramadlan datang. Meskipun begitu, makanan yang disajikan pada hari ini tetap saja sebagaimana biasanya, tidak ada yang istimewa. Mungkin, hanya sedikit tambahan lauk sisa makanan semalam yang membuat beda lauk pagi ini. Tapi, mau bagaimanapun juga, selayaknya kita tetap bersyukur meski suatu saat berada dalam keadaan yang kurang kita kehendaki sekalipun.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai makan tadi, pagi ini kami tidak terlalu disibukkan oleh suatu kegiatan apapun, apakah pergi ke ladang, ada proyek pengecoran, atau pergi silaturahmi ke rumah warga. Kegiatan kami hari ini cukup santai-santai saja, sedikitnya ada kerjaan pun hanya tadi saja menemani teman memperbaiki sound system Mushalla. Itu pun cuma nonton saja, soalnya saya memang tidak mengerti kalau masalah begituan. Jadi, mendingan diam saja, salah-salah bisa jadi saya malah kesetrum. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Mengingat hari ini adalah hari jum’at, maka pukul sebelas kami hentikan aktifitas kami selain persiapan untuk shalat jum’at. Pada jam-jam sekitar itulah saatnya kamar mandi menjadi antrian bagi kami semua, namun tidak perlu memerlukan waktu yang lama karena setengah jam setelahnya kami pun berangkat menuju masjid yang jaraknya terbilang jauh. Sebagian dari kami ada juga yang numpang ikut Pak Tarmin yang memakai motor. Ada juga yang awalnya jalan kaki, tapi pas di tengah perjalanan ada warga yang baik hati kasih boncengan untuk dua orang di antara kami. Tapi, yang lebih malang lagi ada dari kami yang sepanjang perjalanannya ditempuh melalui jalan kaki saja, subhanAllah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Meskipun saat kami berangkat jum’atan agak berceceran, tapi saat kepulangannya kami bersamaan dan ramai-ramai jalan kaki dengan beberapa warga lainnya yang tidak mengendarai motor. Sejam setelah tibanya kami di rumah, tiba-tiba di luar terdapat satu kardus alat-alat pengecatan yang terdiri dari cat tembok, cat kayu, kuas, dan lain-lain, namun entah siapa yang telah membawanya ke sini. Namun, yang jelas saat itu juga kami langsung berinisiatif untuk mengecat Mushalla, mengingat sudah lama kami berencana untuk mengecat Mushalla tersebut yang warnanya sudah banyak yang lusuh. Namun, sayangnya rencana kami itu selalu digagalkan oleh ketiadaan anggaran, dengan alasan bahwa dana yang bersumber dari sponsor belum cair. Tapi, sekarang —alhamdulillah— permintaan kami dijawab, meski agak terlambat ditanggapinya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ada waktu sejam setengah untuk mengecat sebelum ashar tiba, namun tampaknya mustahil sekali jika harus selesai dalam waktu yang sesingkat itu. Dan memang hal itu terbukti dengan hasil kerja yang hanya bisa menyelesaikan 30% dari keseluruhan persentase pekerjaan kami yang dilakukan sampai adzan ashar berkumandang. Ba’da asharnya, Pa Che bersama beberapa orang lainnya malah melanjutkan pengecetan di tengah aktifitas anak-anak mengaji. Tapi, hanya sekadar pengecatan ringan yang dilakukan pada pagar kayu bagian luarnya saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Di luar menjelang tibanya adzan isya berkumandang, terlihat banyak sekali warga yang berdatangan ke Mushalla, volume ini sangatlah berbeda dengan waktu-waktu shalat lainnya. Saya jadi sedikit menyangsikan jka Mushalla sesederhana ini mampu menampung banyaknya warga yang berdatangan. Bapak-bapak, pemuda, dan anak-anak ada semua di hari pertama tarawih ini, belum lagi ibu-ibu yang memadati sisi kanan Mushalla yang jumlahnya bisa mengisi penuh bagian tersebut. Ditambah juga dengan jama’ah yang datangnya terlambat, yang sudah pasti akan menempati bagian paling belakang yang dekat dengan pintu pagar. Jadi, semua bagian Mushalla terpadati penuh oleh jamaah shalat isya dan tarawih kali ini. Tapi, alhamdulillah sejumlah warga yang telah datang ke Mushalla, mampu ditampung dan dapat menjalankan shalatnya secara khusyuk. Usai tarawih, aktifitas Mushalla berlanjut pada tadarrusan yang berakhir pada pukul sembilan malam sekaligus mengakhiri <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-18-pengecatan-mushalla.html" target="_blank"><b>Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla</b></a> i<span style="font-size: small;">ni</span>. []</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-59927076361807913072013-02-08T05:36:00.001+07:002013-03-04T12:08:08.168+07:00Hari Ke 17: Sebar al-Qur'an<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUXHrfRBIsdo2kHqEPMLRr5QbibgquVjvc-D_2HsTcH2pMJHIVpxw7ILdvy5DJAVW2_-xC2KynhiV5M-sORNyp-m45YqWJ6GofV65LgAI64papB1S3-jIHqayupvn4LbDzJngfRIrIYRJr/s1600/DSC05117==.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Ke 17: Sebar al-Qur'an" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUXHrfRBIsdo2kHqEPMLRr5QbibgquVjvc-D_2HsTcH2pMJHIVpxw7ILdvy5DJAVW2_-xC2KynhiV5M-sORNyp-m45YqWJ6GofV65LgAI64papB1S3-jIHqayupvn4LbDzJngfRIrIYRJr/s1600/DSC05117==.JPG" title="Hari Ke 17: Sebar al-Qur'an" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Beberapa hari ini langit terlihat begitu mendung, pagi, siang, dan malam tidak ada hentinya menampakkan raut cakrawala yang kelabu. Pemandangan seperti ini tidak jauh lagi akan berujung pada turunnya hujan ke bumi Purwodadi secara berkala. Bagi siapapun yang mempunyai kepentingan untuk menjemur, hujan ini bisa menjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena secara bersamaan sinar matahari yang dibutuhkan untuk cepat mengeringkan pakaian tidak bisa muncul. Ditambah lagi dengan kepentingan warga sini yang hendak pergi berladang, namun jalanan dihadang oleh arsiran hujan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tapi, di sisi lain hujan sangat diharapkan sekali bagi warga yang butuh dengan kuota air yang cukup guna mengisi sumur dan bak-bak mandi mereka. Belum lagi tanaman-tanaman yang membutuhkan air hujan itu sendiri, dan hewan-hewan ternak yang juga perlu air untuk minum. Oleh karena itu, betapa semuanya berjalan seimbang dan penuh dengan perhitungan yang tepat oleh yang menciptakan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Pagi hari berjalan seperti biasanya, Umam dan Irsyad bertugas hari ini untuk piket kebersihan sekaligus masak. Pergerakan mereka cukup baik, mereka tidak terlalu disibukkan oleh persiapan makan pagi yang bagi mereka itu cukup memerlukan waktu yang tidak seberapa saja. Justru mereka cukup cekatan membersihkan semua bagian rumah mulai dari menyapu, mengepel, merapikan kursi, dan lain-lain. Kolaborasi pekerjaan antara Irsyad dan Umam ini dianggap yang terbaik di antara kami. Perpaduan daya kreatifitas yang dipunyai oleh keduanya cukup berperan dalam menciptakan situasi yang kondusif pada rumah pos satu ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sambil menunggu masakan pagi siap, seperti biasa saya menyibukkan diri dengan netbook Acer saya. Sekarang tidak ada waktu untuk berkomunikasi dengan Aibara lagi, karena tampaknya kiriman pesan saya kurang diharapkan saat kesibukan selalu meliputi hari-harinya. Di samping itu, malas juga kudu jalan kaki ke tanjakan jalan yang dua tingkat tersebut, ditambah dengan hanya sekadar untuk menarik sinyal Indosat yang nyangkut-nyangkut di pohon kelapa. Lebih baik saya memantapkan tulisan saya yang sering tertunda oleh berbagai macam kegiatan di sini yang cukup menguras tenaga.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Cukup lama kami menunggu aksi Umam dan Irsyad di dapur, berharap pekerjaan mereka di sana bisa menciptakan karya yang memuaskan untuk kami. Dan akhirnya beberapa lama kemudian mereka menjawab kondisi kami dengan sarapan pagi buatan mereka berdua. Sarapan pagi tidak menyita waktu yang terlalu lama, tapi persiapannya lah yang membuat kami menunggu-nunggu. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai sarapan pagi, semua bersiap-siap untuk sibuk dengan kegiatan masing-masing yang sudah ditentukan tadi pagi setelah kultum. Kali ini saya berencana untuk membagikan al-Qur’an ke Mushalla-Mushalla dan Masjid yang ada di sekitar Dusun Sumber Blimbing ini. Menurut salah satu jama’ah Masjid yang kami temui saat membagikan al-Qur’an, di sini terdapat tiga Mushalla dan satu Masjid yang tersebar dalam jarak yang agak berjauhan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Operasi kami yang rencananya dijalankan saat pagi hari tersebut, justru tertunda karena situasi yang kurang kondusif. Dan akhirnya kami bisa jalan saat sore hari tiba. Sebelum itu, siang harinya Yasin minta ditemani keluar untuk mencari tukang cukur. Sebelum berangkat kami cukup direpotkan dengan kendaraan yang belum ada, rencananya mau pinjam ke Bapak tapi sayang motornya sedang dipakai ke ladang. Akhirnya, kami kembali ke rumah dan ternyata motor Yohan lagi nganggur. Tanpa pikir panjang lagi, Yasin pun meminjamnya. Pukul setengah dua kami meluncur membelah jalan kampung yang cukup basah habis disirami hujan. Saat di jalan, kami belum cukup yakin di mana tempat cukur tersebut berada. Maka, kami pun bertanya, tapi sayangnya kami bertanya ke satu orang yang masih membuat kami kebingungan. Sehingga, kami pun sempat bolak-balik di jalan raya Donomulyo yang kiri kanannya masih agak kosong dari bangunan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tidak lama setelah bolak-balik tadi, akhirnya kami menemukan tempat cukur juga. tempat cukur tersebut terletak di dekat gapura perbatasan antara Desa Purwodadi dengan Purworejo, tidak jauh dari sana terdapat warnet. Mengenai warnet, di Donomulyo sini sangat jarang sekali. Mungkin, hanya satu-dua saja yang jaraknya jauh dari tempat KKN kami. Termasuk tempat yang tengah kami singgahi sekarang ini, tempatnya benar-benar jauh dari pos I. Saat Yasin sedang gilirannya dicukur, rencananya saya mau menyempatkan diri ke warnet tapi dicegah sama dia, dan ternyata giliran dia dicukur memang tidak menghabiskan waktu yang lama. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dari tempat cukur, kami bertolak kembali pulang dan singgah dulu di pos empat. Pos ini terletak di sekitar perbatasan antara Desa Purwodadi dengan Desa Purworejo, yang dari sini juga dekat jika mau pergi ke pasar Donomulyo. Sesuai namanya, pos empat ini dihuni oleh empat orang, yaitu Amin, Sugiero alias Sugiono, Miftahuddin, dan Arshavin alias Munawwir. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa pos empat ini merupakan pecahan dari pada pos tiga yang dihuni oleh orang kesekretariatan. Di pos empat ini terdapat sebuah Masjid yang bernama Eyang Soponyono, Soponyono ini sama halnya dengan “siapa nyana” yang berarti siapa kira atau siapa sangka. Lebih jauh lagi kenapa bisa disebut Soponyono, karena siapa sangka bahwa di daerah terpencil seperti ini ternyata ada seorang sosok yang terpandang, maksudnya Eyang Soponyono ini. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Terkait Eyang Soponyono, sebelum tahun 1912 beliau adalah seorang pangeran dari kesultanan Yogyakarta yang mengasingkan diri ke Malang Selatan. Hal tersebut beliau lakukan guna menghindari pendudukan Belanda yang sarat dengan kekejaman terhadap daerah asal beliau waktu itu. Kini di lokasi itu berdiri Masjid dan tidak jauh dari Masjid tersebut terdapat bangunan berupa makam keluarga beliau yang berjumlah lima kuburan. Menurut penuturan salah seorang teman di sana, tempat tersebut sering ramai sekali dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai daerah. Bahkan, orang-orang besar pun tidak luput dari daya tarik makam Eyang Soponyono ini. Termasuk, keluarga kesultanan Jogja yang juga pernah datang ke tempat tersebut. Apalagi, musim-musim sekarang yang sedang berdekatan dengan bulan Ramadlan, sudah pasti ramai dikunjungi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da ashar, kami pun pulang dari pos empat menuju pos tiga. Di pos tiga, Yasin mempunyai kepentingan dengan ketua KKN untuk menarik kembali uang iuran KKN yang pernah ia bayar sebelumnya. Setelah percakapan yang cukup alot, akhirnya Yasin memenangkan haknya mendapatkan duit dari ketua KKN itu sejumlah empat ratus ribu. Setelah mendapatkan uangnya, lalu kami pergi meninggalkan pos tersebut dan pulang kembali menuju pos kami sendiri. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Maghrib di tempat kami sekarang mendadak jadi ramai sekali, banyak bapak-bapak yang berkumpul di depan rumah Pak Tarmin guna melangsungkan acara syukuran penyambutan bulan suci Ramadlan. Dalam acara tersebut, sebagaimana pengajian warga lainnya banyak menyuguhkan makanan yang mustahil bagi kami untuk menghabiskannya dalam satu duduk. Sehingga, pada akhirnya makanan tersebut yang awalnya dimakan di tempat, malah dibawa pulang juga ke rumah masing-masing. Baru kali ini saya tahu ada acara syukuran, demi menyambut bulan suci Ramadlan dengan suguhan yang banyak sekali. Namun, bagaimana persiapan kita yang akan mengarungi lautan Ramadlan secara total dengan setiap amalan didalamnya yang dapat diterima oleh Allah SWT?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai acara tersebut, isya di Mushalla pun menjadi penuh dan berbeda dengan seperti biasa yang jamaah laki-lakinya hanya kami-kami saja. Hal ini dikarenakan setelah isya nanti di Mushalla tersebut akan dilaksanakan shalat tarawih berjamaah. Entah siapa yang memutuskan jika hari ini dimulai tarawih, apakah mungkin mereka ini bareng dengan Muhammadiyah, mau puasa besok? Karena pertanyaan tersebut hanya sebatas dalam hati, maka biarlah mereka tarawih ba’da isya. Sedangkan, saya memilih diam dan menunggu keputusan pemerintah yang waktu ini belum sah. Sebenarnya saya tidak diam juga, sebelum isya waktu itu saya berupaya melalui ketua pos kami agar mengkonfirmasi dulu, apa ikut Muhammadiyah atau Pemerintah? Kalau puasa besok, berarti ikut Muhammadiyah. Sedangkan pemerintah kemungkinan puasa di hari lusanya. Tapi, seolah-olah saja dia tahu segalanya tentang perkara ini dan menjawab bahwa kita ikut pemerintah dan pemerintah akan puasa besok. Saya bantah lagi, bahwa yang puasa besok itu Muhammadiyah, pemerintah belum ada keputusan karena sekarang masih sidang. Dia pun malah berpaling dan meninggalkan saya pergi. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Baiklah, akhirnya hanya saya bersama Yasin yang tidak ikut tarawih pada <span style="font-size: small;"><b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-17-sebar-al-quran.html" target="_blank">Hari Ke 17: Sebar al-Qur'an</a></b></span> ini, karena kami akan mengikuti pemerintah yang keputusannya belum bulat. Setelah tarawih selesai, kemudian saya pergi menuju rumah tetangga guna menonton siaran langsung sidang isbat yang menetapkan bahwa Ramadlan jatuh pada besok lusanya, Sabtu, 21 Juli 2012, bukan jum’at. Akhirnya, yang tarawih tadi mengurungkan niatnya untuk puasa hari jum’at, dan beralih pada hari sabtu. []</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-18100379512312412202013-02-07T07:54:00.000+07:002013-03-04T12:08:15.349+07:00Hari Ke 16: Rizki yang Tak Terduga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpXJxi3lb5j5meo8kN6XURla6OovzYi0tZvDMS6aUxtOvyPPdsR5r8JSZe74ISYf2-xgAv1RVKet14j-Trbfh6q2nbHc8SLpIfDF-tVdKwVy7qINpnwzDn2L9k8XdSK2btPerLsvfxzuq_/s1600/CIMG3957.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari ke 16: Rizki yang Tak Terduga" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpXJxi3lb5j5meo8kN6XURla6OovzYi0tZvDMS6aUxtOvyPPdsR5r8JSZe74ISYf2-xgAv1RVKet14j-Trbfh6q2nbHc8SLpIfDF-tVdKwVy7qINpnwzDn2L9k8XdSK2btPerLsvfxzuq_/s1600/CIMG3957.JPG" title="Hari ke 16: Rizki yang Tak Terduga" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Setengah empat di sini seakan sudah menjadi tradisi untuk bangun pagi, sampai meskipun tidak bangun pada jam tersebut setidaknya sudah ada yang membangunkan. Terkait yang susah dibangunkan, banyak alasan yang menyebabkan orang tersebut tidak langsung bangun. Mungkin kelelahan, tidur terlalu malam, atau alasan positif apa saja yang menghalanginya untuk bangun dini hari. Meskipun dini hari susah bangun, tapi shubuhnya tetap bangun untuk shalat. Kemungkinan waktu shalat shubuh tidak bangun itu sangat kecil, walaupun ada, sungguh keterlaluan sekali. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da shubuhnya kami semua wirid, kemudian berlanjut ke kultum. Di kampus, kegiatan ba’da shubuh ini bukanlah kultum, tapi kajian kitab yang berbeda dengan kultum itu sendiri. Kajian kitab ini punya waktu yang lebih lama, bisa mencapai maksimal satu jam atau sekurang-kurangnya setengah jam saja. Dan yang mengisi bukan dari jajaran mahasiswa, namun para ustadz sendiri yang tinggal di sekitar kampus. Kajian tersebut bertempat di beberapa lokal yang terpisah menurut angkatannya masing-masing, bukan di Masjid yang sudah ada jadwalnya sendiri dan ditempati oleh kajian lainnya. Namun, dulu kajian kitab ini dilangsungkan di Mushalla, dan semua mahasiswa di tiap angkatan berkumpul di sana dalam satu ruangan yang sebenarnya kurang luas. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Perubahan itu didasari terhadap efektifitas proses pembelajaran pada kajian kitab tersebut, mengingat tidak sedikit mahasiswa yang sudah semester sekian tapi kemampuan baca kitabnya masih kurang. Oleh karena itu, kajian kitab sekarang dipisah-pisah menurut semesternya. Sedangkan terkait kultum yang kami adakan di sini menjadi pengganti dari pada rutinitas, dalam melangsungkan kajian kitab yang ada di kampus pada setiap ba’da shubuhnya. Jika kami mengadakan kegiatan yang sama seperti kajian kitab di kampus, jujur di antara kami masih belum ada yang cukup expert untuk memimpin kajian di depan teman-temannya yang lain.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai kultum pagi, saya, Zakir, dan Yohan langsung pamit mengundurkan diri dari Mushalla. Sebenarnya, setelah kultum masih ada rapat koordinasi. Tapi, seolah-olah kami telah mengetahui apa yang akan diinstruksikan ketua, maka kami pun langsung menuju rumah untuk menyiapkan makan pagi. Karena, instruksi bagi yang piket pada setiap harinya sama saja, selain piket bersih-bersih dan masak kami dicukupkan untuk tinggal menjaga rumah saja. Sedangkan, yang lain mesti aktif menyebar keluar rumah dan mesti berinteraksi dengan warga-warga sekitar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai makan pagi, waktu itu selain kami bertiga sebagian ada yang sibuk ke Balai Desa, karena kebetulan hari ini diadakan acara pengobatan gratis dan bazar murah yang kami adakan di tempat tersebut. Dalam pelaksanaannya, kami bekerja sama dengan Politeknik Malang yang kebetulan mengadakan acara serupa dalam waktu yang bersamaan dengan kami. Namun, yang menjadi alasan mereka bergabung dengan kami adalah pihak Politeknik belum mengantongi perijinan dari Desa dan Kabupaten, sedangkan kami sudah. Tapi, mereka sudah mempersiapkan tim medis lengkap dengan barang-barang pengobatan lainnya yang kami belum cukup matang untuk itu. Jadi, di antara kami mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing dan peranan untuk saling melengkapi satu sama lain, sehingga acara pengobatan gratis pun bisa berjalan dengan lancar. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />D<span style="font-size: small;">i</span> sudut lain dari Balai Desa ada bazar murah yang dikelola oleh kami sendiri, yang terlepas dari kerja sama dengan Politeknik seperti pada acara pengobatan gratis tadi. Menurut penuturan seorang teman yang ada di TKP, banyak warga yang sangat antusias terhadap acara tersebut. Hal itu dikarenakan harga rata-rata yang dipatok pada barang-barang yang dijajakan terbilang sangat menghebohkan warga. Maka dari itu, banyak juga warga yang berebut menginginkan barang yang sama. Akibatnya, teman saya yang bertugas melayani pelanggan yang membludak itu pun kebingungan untuk mengurusinya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Meskipun pembeli terbilang banyak, tetap saja masih ada pakaian yang tersisa. Tapi, sisanya tersebut kami serahkan semuanya ke pihak Desa yang mungkin lebih tahu siapa yang membutuhkan pakaian-pakaian tersebut. Jadi, anggap saja pakaian-pakaian tersebut telah habis tidak tersisa. Namun, ada saja insiden yang hampir menjadi perselisihan serius di antara kami pada acara tersebut. Sejumlah pakaian yang telah dipesan sengaja disimpan rapi di bawah meja dagangan, tapi seorang teman yang karena ketidaktahuannya malah menjual baju-baju tersebut begitu saja. Akhirnya, orang tersebut menjadi sasaran makian teman-teman lainnya yang butuh sekali dengan pakaian tersebut. sempat, baju-baju itu diminta lagi dari pembelinya tapi pembeli tersebut enggan mengembalikan lagi.Terlepas dari ketegangan di atas, masih ada lagi kesalahpahaman lainnya yang menampakkan acara tersebut kurang terkoordinir. Tapi bagaimanapun juga kami tetap mengapresiasi terselenggaranya acara tersebut yang cukup membantu warga untuk memenuhi sedikit kebutuhannya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Di tempat lain, kami yang bertugas piket masak sedikit kebingungan hendak masak apa siang itu. Tapi, ternyata Irma datang ke dapur kami seolah-olah dia tahu jawaban tepat atas semua kebingungan kami bertiga. Siang itu dia membawa sejumlah lauk yang mantap sekali untuk kami santap, kebetulan karena sebagian dari kami ada yang masih di Balai Desa, jadi lauk itu pun sangat cukup sekali buat kami semua yang ada di rumah. Memang, keluarga Irma ini baik sekali kepada kami, kami pikir hampir setiap hari keluarganya mengantar makanan buat kami. Kalau bukan makanan berat, camilan yang datang, atau lauk pauk yang rasanya enak sekali juga diantarnya secara tidak terduga. Subhanallah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Siang menjelang asharnya kami didatangi lagi oleh dua orang dari Balai Desa, kedatangan mereka ini bukan untuk mengantarkan makanan buat kami. Tapi, satu dari dua orang ini adalah teman saya dari pos lain yang mengantar satunya lagi yang merupakan dosen kami dari Surabaya. Kedatangan beliau ke sini sebagai kunjungan rutin dosen STAIL ke lokasi KKN yang dilakukan setiap minggu, pada setiap pekan tersebut beliau bergantian dengan dosen lainnya guna memantau perkembangan kegiatan yang ada di sini. Sebelum Ashar, beliau kembali lagi ke pos tiga saat hujan siang itu mulai reda.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sore hari kami kembali dikirimi oleh keluarganya Irma setoples besar keripik singkong yang gurih sekali. Lagi-lagi kedatangannya tidak diduga-duga oleh kami sebelumnya, sungguh tidak nyana. Rizki memang tidak ke mana, apalagi hari ini rizki tersebut datang begitu saja dan tidak diduga sebelumnya. Namun, hal ini jangan sampai membuat kita menjadi sosok yang terlalu bergantung pada uluran tangan tetangga yang sering memberi kita santunan tersebut, contohnya meskipun tetangga sering memberi lauk untuk kita makan, tapi di dapur kompor kita sendiri harus tetap mengepul. Karena, datangnya pemberian itu tidak pada waktu yang ditentukan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Demikianlah <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-16-rizki-yang-tak-terduga.html" target="_blank"><span style="font-size: small;"><b>Hari ke 16: Rizki yang Tak Terduga</b></span></a>, semoga ber<span style="font-size: small;">manfaat. </span>[]</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-33550450671710979532013-02-06T05:49:00.002+07:002013-03-04T12:08:59.069+07:00Hari Ke 15: Petik Pucuk Tembakau<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVYIdFWp3RxWASI7VqNVZErjIZJC94I5Bu8y1VT5nBKl_zwhy04gTGJ2rzL1r41WFTtOD4ntm6hy4vFz51CpXoORfIvLYCWbcq2DEb534S575JUD6mIjI_xGkZuXmMSbtMsBR8q1RUMocJ/s1600/buruh-petik-tembakau-01%5B1%5D.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Hari Ke 15: Petik Pucuk Tembakau" border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVYIdFWp3RxWASI7VqNVZErjIZJC94I5Bu8y1VT5nBKl_zwhy04gTGJ2rzL1r41WFTtOD4ntm6hy4vFz51CpXoORfIvLYCWbcq2DEb534S575JUD6mIjI_xGkZuXmMSbtMsBR8q1RUMocJ/s1600/buruh-petik-tembakau-01%5B1%5D.jpg" title="Hari Ke 15: Petik Pucuk Tembakau" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Ilustrasi</span></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terkait hari ini kami terbilang cukup bebas beraktifitas, tapi bagaimanapun juga semestinya kami tidak tinggal diam saja meski dalam keadaan seperti ini. Seperti biasa kami bisa jalan-jalan di sekitar area pedusunan, singgah-singgah di rumah warga atau ke ladangnya juga. Aktifitas tersebut kami lakukan setelah sarapan pagi selesai semua, memastikan dahulu siapa yang keluar rumah dan siapa yang<span style="font-size: small;"><b> </b></span>tinggal di rumah yang mesti piket kebersihan dan masak. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Bagi teman-teman yang tugas masak pagi, mereka mesti pagi-pagi menanak nasi agar sarapan bisa dilaksanakan sesegera mungkin. Makanya, kalau bisa nasi sudah dimasak sebelum shalat shubuh, karena kegiatan shalat shubuh di Mushalla berlanjut ke wirid pagi dan kultum, belum lagi rapat koordinasi yang semuanya itu membutuhkan waktu sampai jam lima lebih dua puluh menit. Jika pada jam tersebut nasi masih baru dimasak, maka tunggu saja 90 menit ke depan nasi tersebut baru bisa diangkat. Sedangkan lauknya tidaklah memakan waktu yang terlalu lama, karena dari sembilah puluh menit yang ada cukup tujuh puluh persen dari waktu tersebut lauk pun sudah bisa disiapkan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tapi, ada juga yang bagiannya piket masak ini lebih memilih untuk masak nasi goreng buat sarapan paginya, dengan alasan nasi semalam masih ada sisanya. Pemilihan nasi goreng sebagai menu sarapan pagi ini hanya memerlukan waktu kurang lebih tiga puluh menit saja, tidak seperti menyajikan menu biasanya yang menyita waktu cukup lama. Namun, yang pasti penyajian menu nasi goreng di pagi hari jangan sampai setiap hari. Karena, mungkin dapat menyebabkan berbagai resiko yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, kami sudah mengusahakan untuk tidak mengkonsumsinya terlalu sering.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Hari ini yang bertugas piket masak adalah bagiannya Marhalim, Pa Che, dan Husairi. Kebetulan tadi pagi mereka menyajikan menu nasi goreng yang tidak terlalu memakan waktu terlalu lama, hanya cukup memasak satu macam lauk saja sebagai tambahannya masakan pun jadi. Pukul tujuh pagi sarapan sudah selesai, saatnya bersiap-siap memenuhi ajakan Ibu tetangga untuk pergi ke ladang tembakau yang luasnya sejauh mata memandang. Sebelumnya kami sudah pernah diajak ke ladang miliknya yang lain, dan baru kali ini kami terjun langsung ke ladang tembakaunya yang beberapa minggu lagi akan dipanen.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Selama di ladang tembakau, kami membantu beliau untuk mencabuti pucuk terakhir yang tumbuh di setiap tanamannya. Menurut Ibu, Hal ini dianjurkan supaya tembakau tersebut cepat dipanen. Dari sekian banyaknya tembakau yang tumbuh, banyak sekali pucuk yang belum kena cabut. Sehingga kerja kami pagi itu harus lebih keras lagi, mencabuti pucuk sebanyak mungkin sampai tidak ada yang terlewatkan oleh kami. Di tengah pekerjaan, Ibu berinisiatif menawari kami degan miliknya, lalu disuruhnya Rauf agar memanjat pohon yang ada di sekitar ladang tembakaunya. Sayang, dari beberapa kelapa yang dipetik semuanya hanya kelapa cengkir saja yang didapat. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Selain memotongi pucuk tembakau, kami juga membantu untuk memunguti daun-daun yang mati kekeringan. Kerja ini juga tidak kalah lamanya seperti memotongi pucuk tembakau tadi, sampai saya sendiri yang sedang memakai kaos hitam sangat terasa panasnya sinar matahari pagi yang menjelang siang tersebut. Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya kami pun pulang ke rumah. Ada waktu sejam setengah sebelum dzuhur datang, maka kami pun singgah dulu di rumah Ibu sambil menikmati fasilitas di dalamnya. Lumayan, bisa nonton TV. Lagian, sudah lama dan jarang-jarang juga saya nonton TV. Bola yang menjadi program siaran favorit saya saja hampir nggak pernah ditonton lagi, apalagi yang lain. Mumpung sekarang lagi ada kesempatan, jadi dimanfaatin saja. Tapi, bagaimanapun juga sebelum dzuhur kami mesti balik ke rumah untuk persiapan shalat dzuhur.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da dzuhur, makanan pun telah siap untuk disantap. Kali ini, Husairi yang tadi ditinggal sendiri oleh rekan piketnya dibantu oleh Nur dan Ibunya masak di dapur. Otomatis masakan yang kami santap rasanya enak sekali, dan racikan bumbu yang dituangkan benar-benar terasa. Beda dengan bumbu yang biasa dibuat yang terkesan kurang jelas rasanya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sehabis makan, siang itu saya habiskan dengan menulis. Namun, seperti biasa sejam sebelum ashar tiba saya sempatkan untuk tidur siang membalas aktifitas di ladang tadi pagi yang cukup melelahkan. Namun, saat ashar tiba saya tidak langsung bangun begitu saja, mesti ada yang membangunkan. Memang, sedikit susah jika saya tidak dibangunkan oleh orang lain. Saat keluar menuju kamar mandi saya sedikit malu jika terlihat oleh orang luar, karena raut muka yang baru bangun tidur dan mata yang masih bengkak-bengkak tampak jelas jika tersorot oleh cahaya luar rumah. Maka, saya pun berjalan dengan terburu-buru berharap tidak ada orang yang melihat saya. Sesampainya di belakang rumah, kondisi sudah aman.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da ashar tampak banyak sekali anak-anak yang hendak mengaji, namun tenaga pengajar yang biasa menangani anak-anak tersebut kini sedang banyak urusan di luar. Mau tidak mau saya mesti menemani teman saya yang sendirian ngajar itu, sebenarnya dia tidak sendirian juga karena ada Nur yang biasa mengajar di Mushalla itu. Tapi, yang benar saja mereka mengajar berduaan seperti itu, nggak genah. Maka dari itu, saya bantu mereka juga untuk mengurusi anak-anak mengaji di Mushalla.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebagaimana biasa, jam lima lewat anak-anak baru bisa bubar. Kebanyakan dari mereka pada pulang ke rumahnya, tapi sebagian ada juga yang masih tinggal di Mushalla. Karena, mereka yang tinggal ini akan les belajar pada usai maghrib nanti. Tidak diduga, usai maghrib kami diajak Pak Tarmin ke acara syukuran yang diadakan oleh tetangga sebelah. Sedangkan, yang mengurus anak-anak les kembali diambil alih oleh teman saya yang biasa mengajari mereka. Katanya, syukuran itu diadakan dalam rangka mensyukuri sepeda motor yang baru dibeli oleh yang punya hajat. Acara tersebut singkat saja, sehingga sebelum isya tiba acara sudah selesai. Dari acara tersebut banyak sekali makanan yang disuguhkan, sampai-sampai kami merasa tidak sanggup jika harus menghabiskan makanan tersebut di tempat. Jadi, kami membungkusnya saja lalu dibagikan di rumah, karena kebetulan rumah lagi ramai oleh anak-anak yang les tadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Menjelang isya di <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-15-petik-pucuk-tembakau.html" target="_blank"><b><span style="font-size: large;">Hari Ke 15: Petik Pucuk Tembakau</span></b></a> ini tiba, tidak disangka Abang semester datang bertamu ke Pos kami. Bang Beni, mahasiswa semester akhir bersama temannya yang belum saya kenali itu menyempatkan diri singgah ke tempat kami. Kebetulan, bang Beni ini adalah orang asli Malang Selatan juga yang lagi libur dari kuliahnya. Tapi, Ramadlan nanti beliau akan kembali ke Surabaya guna menjalankan tugas Ramadlan yang diterimanya dari STAIL. Ba’da isya beliau pamit, karena khawatir beliau akan kemalaman di jalan. []</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><i><span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: x-small;">Gambar: http://www.antarafoto.com/bisnis/v1343184001/buruh-petik-tembakau</span></span></i> </span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-88630911665718796382013-02-05T11:05:00.002+07:002013-03-04T12:09:09.417+07:00Hari Ke 14: Pergelaran Tabligh Akbar<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS7w5ahpHphOkbGcYOKXfgMiagUV8go7tJ0Ti9XDb6XA4L9WdPk51EydogxCzHaMJsMC15BjtWI43A3P3hFoLqwml2fr1Yyzqccx3rryvm-zcY_q-MwKz2tkd40YEpnjWXIe5yaV9CPFWW/s1600/15alHabsyi-360x239%5B1%5D.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Hari Ke 14: Pergelaran Tabligh Akbar" border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS7w5ahpHphOkbGcYOKXfgMiagUV8go7tJ0Ti9XDb6XA4L9WdPk51EydogxCzHaMJsMC15BjtWI43A3P3hFoLqwml2fr1Yyzqccx3rryvm-zcY_q-MwKz2tkd40YEpnjWXIe5yaV9CPFWW/s1600/15alHabsyi-360x239%5B1%5D.jpg" title="Hari Ke 14: Pergelaran Tabligh Akbar" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Ilustrasi</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jika <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-13-terkagum-aksi-vokal-seekor.html" target="_blank">hari kemarin</a> sibuk dengan acara pengajian, sekarang saya harus banyak berurusan dengan kamar mandi. Akibat dari semalam yang terlalu kebanyakan makan, maka sekarang saya merasakan konsekuensinya. Betapa perut ini tidak enak sekali rasa-rasanya, mungkin inilah yang dinamakan dengan begah. Pagi ini saja saya sudah beberapa kali pergi buang air besar, baru sejam setengah tadi buang air sekarang malah pergi buang air lagi. Tahu begini, saya jadi menyesal telah makan cukup banyak di pengajian-pengajian kemarin itu. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Padahal jam delapan nanti kami akan dijemput oleh mobil pick up yang mengantar kami ke tempat acara Tabligh Akbar yang akan diselenggarakan nanti malam. Pagi ini kami hanya akan membantu mempersiapkan acara tersebut, bersama teman-teman Pos lainnya yang juga bergabung dengan kami. Sebelum berangkat saya pastikan diri saya siap untuk kerja bakti di sana, maka dari itu saya juga meyakinkan jika perut saya baik-baik saja selama berada di Pos lima tempat acara diselenggarakan tersebut.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ketika mobil datang, hanya kami bertiga saja yang diangkut, yaitu saya, Zakir, dan Basirun. Sedangkan, yang lainnya telah pergi duluan, ada yang dengan motor berdua, bahkan ada juga yang jalan kaki menempuh jarak kurang lebih satu kilometer dari sini ke tempat tersebut. Dan beberapa orang saja yang tinggal di rumah yaitu mereka yang <span style="font-size: small;">lagi</span> tugas piket kebersihan dan masak. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tiba di tempat, kami langsung gabung bersama teman-teman dari Pos lain dan warga sekitar untuk berkoordinasi menyetting tempat acara sebaik mungkin. Panggung minimalis yang juga merupakan mimbar tempat penceramah tampil, terletak di depan masjid. Dikarenakan tanah kosong yang tersedia kurang luas, maka lahan yang biasanya digunakan untuk tanaman kami sulap menjadi tempat duduk bagi para tamu. Begitupun juga dengan teras rumah warga di sekitar lokasi, yang kami jadikan sebagai tempat lesehannya. Tidak lupa juga dengan tempat parkir yang ditempatkan persis di bahu jalan yang cukup lebar untuk menampung motor dan mobil yang parkir. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ada sekitar tiga jam, waktu yang kami habiskan untuk gotong royong tersebut, dan sekarang saatnya kami pulang ke pos masing-masing dengan satu tumpangan yang sama yaitu mobil pick up. Dari Pos lima, awalnya teman-teman minta pergi ke Sumber Blimbing dulu, katanya pengen keliling dulu ke Pos I kami. Jika seandaikan mau ke Sumber Blimbing dulu, maka mobil harus diputar balik. Dan bagaimanapun juga sopir yang lebih tahu, oleh karena itu mobil pun lurus saja searah dengan posisi parkirannya. Jadi, kami pun pergi menuju Pos dua dulu yang tempatnya cukup jauh ke pedalaman. Selanjutnya kami menuju ke Pos tiga yang tempatnya cukup strategis untuk menjangkau posko lainnya, tapi tetap jauh-jauh juga. Tidak usah berhenti terlalu lama, setelah mereka turun, mobil pun kembali melaju menuju pos selanjutnya yaitu Pos empat. Pos empat ini adalah pos pecahan dari pada Pos tiga, begitupun juga dengan Pos lima yang merupakan pecahan dari pada Pos dua. Jadi awalnya KKN kami ini berjumlah tiga Posko saja, tapi dikarenakan Desa Purwodadi ini cukup luas, maka pergerakan kami pun lebih ekspansif lagi dengan pembentukan Pos yang baru. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dari Pos empat, mobil terus melaju menuju jalan raya Donomulyo untuk singgah sebentar di sebuah bengkel mobil. Dari sana, barulah mobil kembali ke jalanan utama Desa Purwodadi dan melewati lagi Posko-Posko yang tadi telah disinggahi termasuk Pos lima tempat kami kerja bakti tadi. Terhitung satu jam lamanya kami berada di atas mobil, selama itu juga kami cukup kepayahan menghadapi panasnya matahari siang yang lumayan panas, ditambah mobil yang kami tumpangi tersebut melaju dengan performa yang kurang baik. Namun, dari pada itu semua kami cukup menikmati perjalanan pulang tersebut. Baru kali itu saya bisa berkeliling desa yang sarat dengan kesan dan <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/" target="_blank">siratan makna</a> yang terkandung di dalamnya. Betapa tidak, seolah-olah saya, Rauf, dan Basirun tengah berlomba menyapa orang-orang yang kami lewati dari atas mobil reot itu. Yang di ladang, di depan rumah, dan di jalanan tidak luput dari kami yang hanya mengandalkan kata “monggo” saja ketika menyapa orang-orang tersebut. Meskipun begitu, setiap mereka yang kami sapa tampak senang juga.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da dzuhur kami tiba di rumah, kemudian ke kamar mandi mengambil wudlu lalu shalat. Di sudut lain, makan siang sudah menunggu kami. Maka, ketika shalat telah selesai kami langsung menyerbu dapur. Perjalanan yang lama tadi cukup menguras perut saya, sehingga betapa lahapnya kami menyantap makanan itu. Usai makan, saya pun beranjak menuju kamar untuk bergelut dengan tulisan yang baru. Sebelum Ashar tiba, saya tutup aktifitas siang ini dengan tidur lelap sampai adzan dikumandangkan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Seperti biasa, ba’da Ashar geliat aktifitas sore hari diramaikan oleh anak-anak TPA yang mengaji di Mushalla. Namun, kali ini yang mengajar cukup satu orang saja, mengingat banyak dari kami yang tengah bersiap-siap pergi menuju acara Tabligh Akbar yang kami selenggarakan di Pos lima. Namun, sampai Maghrib usai mobil yang dijanjikan akan menjemput kami belum datang juga. Tapi, tidak lama kemudian mobil yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Bersama kami ada beberapa warga yang ikut ke pengajian tersebut, termasuk mbah Supi yang pernah saya ceritakan kemarin. Meskipun sudah termasuk sepuh, namun beliau masih cukup bugar untuk menghadiri pengajian-pengajian seperti ini. Mengingat di kampugnya saja, saya sering lihat beliau juga yang selalu hadir di tiap acara yang warga selenggarakan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tiba di tempat, adzan Isya tengah dikumandangkan oleh seorang teman kami yang asli Papua. Suaranya begitu bagus sekali, sempat saya kira bahwa suara adzan tersebut bersumber dari music player yang diputar. Tapi, setelah saya dengar dengan seksama, ternyata suara adzan itu adalah suara dia, tidak nyana. Selang satu jam kemudian, barulah acara pun bisa dimulai. Dimulai dengan sambutan dari ketua Takmir Masjid setempat, kemudian sambutan dari Kepala Desa, Pak Suyono yang saat penyambutan kami beliau tidak hadir karena ada urusan di luar. Kemudian dilanjutkan ke acara inti yaitu Mau’idzah-hasanah yang disampaikan oleh Ust. Ahmad Najib yang didatangkan dari Kota Malang. Selama satu jam lebih beliau tampil di panggung, menggugah semua jamaah yang datang dari berbagai dusun sekitar desa Purwodadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Pukul sepuluh lebih acara pun selesai, semua warga berhamburan membubarkan diri dari tempat acara menuju jalan utama. Kontan jalanan pun jadi ramai, namun tidak menyebabkan kemacetan sama sekali. Di tempat lain, kami masih harus beres-beres dan mempreteli semua atribut-atribut tempat acara yang digelar secepat mungkin. Panggung, tenda, kursi-kursi dan yang lainnya mesti kami bereskan malam itu juga, mumpung semuanya masih kumpul jadi kami tidak menunda-nundanya lagi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tapi, karena tadi kami datang satu mobil bersama warga, maka kami pamit duluan. Di tengah jalan gerimis mulai turun, namun tidak terlalu membasahi kami yang lagi menumpang mobil terbuka. Setibanya di rumah gerimis tetap saja masih gerimis, entah kapan dikonversikan menjadi hujan yang lebat, yang penting kami sudah tiba di rumah dan sekarang saatnya untuk langsung tidur saja dan menyudahi <span style="font-size: large;"><b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-14-pergelaran-tabligh-akbar.html" target="_blank">Hari Ke 14: Pergelaran Tabligh Akbar</a></b></span> ini. []</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"><i>Gambar: http://www.solopos.com/2011/08/15/tabligh-akbar-3-111457</i></span> </span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-88193033103880534292013-02-04T06:20:00.002+07:002013-03-04T12:09:49.294+07:00Hari Ke 13: Terkagum Aksi Vokal Seekor Burung<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br /><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcT_7qj5mOot2GR_hRGuvILtdgFJxecldMwz3PXqvBc3WKSzHuqoMQvdMmgMEZ37nv0lqsQNoNvQ2TsxlO0VJuVUkLFuN91bZ9wlB-utGcGtDSJka5hZ2o-ZAuV_hygRoljx11K4VyZHms/s1600/kacerjantan-4%5B1%5D.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcT_7qj5mOot2GR_hRGuvILtdgFJxecldMwz3PXqvBc3WKSzHuqoMQvdMmgMEZ37nv0lqsQNoNvQ2TsxlO0VJuVUkLFuN91bZ9wlB-utGcGtDSJka5hZ2o-ZAuV_hygRoljx11K4VyZHms/s200/kacerjantan-4%5B1%5D.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;">Ilustrasi</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Saya tidak menyangka jika hari ini akan sibuk sekali, hal ini bukan karena saya tidak mengetahui adanya agenda yang sudah ada, namun saya sedikit menganggap enteng terhadap acara-acara yang saya ikuti tersebut. Sehingga, saat di tengah acara yang lagi berlangsung baru saya sadari ketidaksiapan saya tersebut untuk mengikutinya. Kesibukan yang sejatinya mengaitkan ketahanan fisik dan mental, namun kali ini justru malah melibatkan perut juga yang harus tahan digempur bertubi-tubi oleh berbagai makanan yang disajikan pada setiap acara yang diikuti. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Acara-acara kegiatan hari ini yang terbilang belum siap untuk diikuti tersebut berawal dari pagi hari yang biasanya ada kegiatan, namun pagi ini kami terasa kosong. Tidak seperti <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-12-hujan-pertama.html" target="_blank">kemarin-kemarin</a> yang setiap pagi setelah sarapan selalu ada kerjaan di luar, semacam di ladang atau kerja bakti bersama warga sekitar. Pagi ini kami sangat terbuai oleh agenda yang kosong seperti ini, ketiadaan informasi dari wakil ketua yang sekiranya ada sesuatu yang mesti kami kerjakan menjadi alasan kuat kami terkait jam pagi yang kosong tersebut. Hanya saja pagi itu saya bersama Zakir berinisiatif pergi bersilaturahmi ke daerah warga, apa di ladangnya ataupun cuma di rumahnya saja. Maksud kami supaya pagi itu tidak terlalu kosong untuk dilewatkan. Sebenarnya, bagi saya pribadi kekosongan ini masih bisa saja ditambal oleh kegiatan saya sendiri, saya bisa menenggelamkan diri pada cerita harian yang saya tulis. Namun, karena hal itu tercium agak egosentris maka lebih baik saya pergi bersilaturahmi ke ladang warga bersama Zakir menyusul Yohan dan Husairi yang sudah duluan pergi. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Saat di tengah perjalanan menuju ladang kami melihat mbah Supi yang tengah santai di depan rumahnya, melihat beliau kami pun langsung menyapanya. Sapaan yang maksudnya hanya sekadar menyapa saja itu beliau balas dengan ajakannya agar kami singgah dulu. Baiklah, tidak ada salahnya kami mengobrol-ngobrol bareng beliau. Di depan rumah beliau kami ngomong ngaloer ngidul, dan ada setengah jam lebih kami habiskan waktu di tempat tersebut. Dalam obrolannya secara total kami berdua menggunakan bahasa Indonesia, namun beliau yang biasa berbahasa Jawa malah agak memaksakan diri untuk berbahasa Indonesia juga. Memang, bagusnya harus seperti itu biar obrolan kami dapat dimengerti oleh satu sama lainnya. Bersamaan dengan kicauan burung yang tergantung bersama sangkarnya di depan rumah, kami terus saja mengobrol meski tidak mengerti dengan bahasa jawa beliau yang sesekali keluar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sesekali juga saya melirik anggunnya burung yang aktif bergerak di dalam sangkarnya yang sempit, kami juga ditakjubkan oleh aksi vocal burung tersebut yang lihai memainkan berbagai suara. Entah burung apa namanya itu, yang jelas kehebatannya itu bisa menyerupai nada suara tokek dan suara-suara lain yang tidak saya ketahui. Bersama Zakir, saya terkagum-kagum dengan burung tersebut sampai-sampai lupa bahwa kami tengah berbincang-bincang dengan mbah Supi. Di sebelah burung tersebut, ada burung sejenis yang lebih muda dengan bulu-bulunya yang masih acak-acakan. Burung ini belum bisa menyerupai lihainya burung yang dewasa dalam memainkan berbagai macam suara kayak tadi, hanya suara kicauan anak burung saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tidak lama setelah suguhan mengagumkan itu, kami pun pamit meninggalkan kediaman mbah Supi. Kemudian, selanjutnya kami memutuskan untuk balik saja ke rumah. Di tengah perjalanan sebelum ke rumah, kami merubah niat dan menuju rumah tetangga yang sering kami singgahi ladangnya. Di rumah tersebut, bukan suguhan macam-macam yang kami dapati namun di sana kami enjoy menonton TV. Sebelum dzuhur tiba, barulah kami balik ke rumah menyiapkan diri untuk shalat berjamaah di Mushalla <i>karo </i>rencang-rencang. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Kesibukan saya hari ini dimulai saat ba’da dzuhur, waktu itu kami diundang khataman oleh sebuah rumah yang berada tidak jauh dari tempat kami. Sebelumnya saya sendiri belum tahu khataman itu seperti apa, jadi baru kali ini saya tahu setelah mengikuti acara tersebut. Pada khataman ini kami seolah-olah dianggap sebagai tamu kehormatan oleh sang tuan rumah, karena selain kami hanya ada Pak Tarmin, Pak Darkoun, dan saudaranya Pak Tarmin saja yang mengikuti khataman tersebut. Jalan acaranya adalah pertama Juz satu sampai tiga puluh ditulis berurutan, kemudian setiap orang melingkari satu nomor juz dari ketiga puluh tersebut. Kemudian, nomor yang dilingkari tersebut dibaca oleh orang yang melingkarinya. Setiap satu juz yang selesai dibaca, maka beralih ke juz lainnya yang belum dilingkari nomornya di kertas yang disediakan tadi. Begitulah seterusnya, sampai semua juz terbaca. Dan salah satu dari kami membacanya menggunakan pengeras suara yang menghadap ke jalanan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebelum khataman usai, kami disuguhi makanan yang banyak sekali oleh tuan rumah. Sehabis makan-makan, kami juga masih dibungkusi makanan sebanyak tiga tingkat, yang pertama makanan besar, kedua makanan ringan, ketiga makanan besar tapi dalam porsi yang lebih kecil. Usai dibungkusi itu, barulah kami bisa meninggalkan tempat yang cukup royal tersebut. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Acara kedua diselenggarakan sebelum Isya, yang ini pengajian biasa namun suguhannya sama luar biasanya dengan acara tadi siang. Di tengah acara kami disuguhi makan dan sebelum pamitan juga dibungkusi makanan lagi. Dipikir-pikir makanan tadi siang saja masih ada, sekarang siapa yang mau menghabiskan makanan yang baru didapat ini? Masing-masing teman ada, kasih ke tetangga semuanya pada ikut acara juga. Baiklah, akan saya simpan buat besok dan tinggal dihangatkan saja nanti. Pulang dari pengajian itu langsung kami shalat Isya, tidak lama setelah shalat kami diajak oleh Pak Tarmin menghadiri ngaji lagi di rumah warganya. Suguhannya sama, makanan yang banyak telah disediakan bagi kami. Ada makanan besar yang dimakan di tempat, lalu ada juga makanan yang dibungkus dan dibawa pulang. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dengan tiga bungkus makanan yang ada, saya menjadi sedikit kebingungan bagaimana menghabiskannya. Selain dibesokkan, makanan ini juga dicampur dengan yang lain. Jadi, yang bagian piket tidak usah capek-capek masak, cukup menghangatkan saja makanan yang sudah ada tersebut. Setelah pulang dari pengajian yang ketiga ini, mata saya sudah terlalu lelah untuk dipaksa terbuka lebih lama. Pada khataman tadi siang saja saya sudah setengah mati menahan kantuk yang sangat, namun karena dapat giliran baca yang dijaharkan pakai speaker, maka ngantuk tersebut menjadi hilang. Tapi, bagaimanapun juga sekarang lebih baik saya langsung tidur saja dan akh<span style="font-size: small;">i<span style="font-size: small;">ri <b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-13-terkagum-aksi-vokal-seekor.html" target="_blank">Hari Ke 13: Terkagum Aksi Vokal Seekor Burung</a></b></span></span>, biar makanan ini urusannya dilanjutkan besok pagi. []</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"><i>Gambar: http://www.kumpulangambar.com/gambar-burung.php</i></span> </span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-55209531340631965922013-02-04T06:20:00.001+07:002013-03-04T12:10:15.618+07:00Hari Ke 12: Hujan Pertama <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br /><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHXyEoOHCi4kgLHx9lgOTwFBNRVyHrHBKwN7VgGDWqvq5CtSEq6kdlgQ8XQFwwLLJmTkPdfVnbu691aeblvV3zo5KPBHYu6USL1q1QnjqUYhX1CBXhHC1JTDXihHeJAqzOqhuCN9aKljBi/s1600/7Rain_on_the_field%5B1%5D.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHXyEoOHCi4kgLHx9lgOTwFBNRVyHrHBKwN7VgGDWqvq5CtSEq6kdlgQ8XQFwwLLJmTkPdfVnbu691aeblvV3zo5KPBHYu6USL1q1QnjqUYhX1CBXhHC1JTDXihHeJAqzOqhuCN9aKljBi/s200/7Rain_on_the_field%5B1%5D.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Terbangun dari lelapnya tidur <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-11-kerja-bakti-bersama-warga.html" target="_blank">tadi malam</a>, saya langsung ke luar rumah hendak menuju kamar mandi yang berada di luar. Tersadar dari tidur yang lelap malam tadi, Kultum yang disampaikan oleh Pa Che, telah cukup mengakhiri kegiatan kami di Mushalla pada shubuh tadi. Usai itu, kini saatnya saya, Zakir, dan Yohan sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan pagi. Persiapan yang kami lakukan kali ini cukup terlambat, karena kami mulai memasak nasi saja<span style="font-size: small;"> </span>pukul lima lebih dua puluh menit. Berbeda dengan biasanya, yang pukul lima pas sudah bisa dimasak. Keterlambatan ini menuai sedikit protes dari teman-teman saat makanan telah siap disajikan. Karena, mereka merasa sudah terlalu lama menunggu kami menyiapkan makanan yang baru disajikan pada pukul tujuh lebih dua puluh menit.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Agenda hari ini seakan-akan terpending dari segala aktifitas, dikarenakan air hujan yang secara terus menerus turun semenjak tengah malam tadi. Hujannya tidak deras sama sekali, namun butiran airnya tidak henti-henti jatuh sepanjang hari. Seusai sarapan pagi, kami yang biasanya pergi menyebar ke mana pun yang kami kehendaki kini hanya bisa terkurung di dalam rumah. Seolah-olah menanti hujan berhenti, kami benar-benar hanya bisa diam dan tinggal di rumah saja. Jikalau kami memaksakan pergi keluar atau ke ladang, dikhawatirkan tidak ada yang punyanya sama sekali. Maka dari itu, kami lebih memilih untuk tinggal diam di sekitar rumah saja. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Menyempitnya ruang gerak kami <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-12-hujan-pertama.html" target="_blank">hari ini</a>, terlihat saat beberapa orang dari kami yang biasanya suka pergi ke ladang, namun kali ini dia hanya bisa pergi ke rumah tetangga saja yang jaraknya memang tidak seberapa jauh dari rumah yang kami tinggali. Bagi saya, Zakir, dan Yohan yang merupakan petugas kebersihan dan masak hari ini, menganggap situasi ini biasa saja. Karena, dengan menjadi petugas piket, maka semua kewajiban yang mesti dilaksanakan hanya ada di sekitar rumah saja. Di tengah rintikan hujan waktu itu, saya berada di Mushalla untuk membersihkan tempat tersebut yang sebenarnya tidak tampak kotor sama sekali, karena Mushalla tersebut memang setiap hari dibersihkan. Namun, karena sudah menjadi agenda tempat yang mesti dibersihkan, maka mau tidak mau Mushalla tersebut mesti disapu dan dipel bersih. Serta tidak lupa kaca jendela dan langit-langitnya mesti dibersihkan terlebih dahulu juga.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Di tempat lain, Zakir tengah sibuk membersihkan rumah berikut dengan dapur yang kotor sehabis tadi dipakai masak. Sedangkan, Yohan pergi keluar belanja keperluan dapur. Namun, di sudut lain teman-teman yang tidak bertugas tengah asyik dengan kesibukannya mesing-masing. Menurut salah seorang teman saya, kalau dingin-dingin kayak begitu condong kepingin tidur terus. Alasannya, karena situasi yang memang mendukung untuk begitu ditambah lagi kalau mau berkatifitas juga tidak bisa, tidak seperti biasanya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Semenjak pertama kami berada di sini, belum pernah ada hujan sama sekali selain hujan yang tengah mengguyur Desa Purwodadi ini. Dan sekalinya hujan turun, sepanjang hari butiran air dari langit tidak ada henti-hentinya jatuh bersamaan dengan dinginnya angin yang berhembus. Menurut warga yang saya temui, di daerah tersebut memang sudah lumayan lama tidak turun hujan yang dimungkinkan juga karena sekarang sudah menginjak musim panas, ujarnya. Sehingga, hujan yang turun ini berlangsung hanya sesekali saja. Menyimak sedikit penjelasan tersebut, maka saya pun memaklumi dan tidak heran lagi jika hujan ini tidak bosan-bosan mengguyuri tanah Sumber Blimbing. Namun, yang disayangkan pakaian yang saya jemur mesti menjadi korban karena hujan tersebut. Semua jemuran yang digantung di belakang rumah menjadi basah semua, padahal sudah dijemur seharian kemarin dan lupa belum saya angkat.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Saat bersih-bersih di Mushalla, tampak dua anak tetangga yang sedang dimandikan di tengah guyuran hujan. Terlihat juga Rauf yang lagi sibuk mengurusi dua anak yang bernama Adil dan Dafa itu. Karena masih bocah, asik saja kedua anak-anak itu mandi di luaran rumah sambil telanjang. Sehingga, terlihat jelas bagaimana bentuk tubuh Adil yang gendut, berbeda dengan tubuh kecil Dafa yang kurus-kurus. Usai dimandikan oleh Rauf, kemudian Dafa dan Adil diambil alih oleh Nur yang biasa mereka sebut sebagai mbak Nung. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sedikit menyinggung Nur, seperti yang pernah diceritakan sebelumnya kalau dia adalah anaknya Pak Tarmin sang Kepala Dusun, dia baru saja lulus dari MAN yang ada di Donomulyo sini. Sebelum keberadaan kami, Nur berperan sebagai pengganti Bapaknya yang mengajar anak-anak mengaji di Mushalla. Namun, saat kedatangan kami di sini peranan Nur tergeser oleh kami, dan sekarang dia Cuma perlu menyimak dan sedikit membantu kami mengajari anak-anak TPA. Dengan posisi kami sekarang, harapannya bisa memberikan sesuatu yang baru, yang bermuatan positif demi berlangsungnya aktifitas TPA di Mushalla. Mengingat Mushalla ini adalah sentral dari pada Dusun Blimbing yang membuat semua warga dusun berkumpul di sini. Contohnya, selain kegiatan belajar mengajar seperti TPA, Mushalla ini juga setiap malam minggunya sering menyelenggarakan acara pengajian yang dikhususkan untuk remaja-remaja sini. Adapun pengisinya adalah seorang ustadz yang didatangkan jauh dari luar desa sini, tapi yang terakhir ini dari kami yang mengisi acara pengajian tersebut.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sampai siang tiba, entah apalagi yang kami lakukan setelah tadi terakhir saya bersih-bersih di Mushalla. Tapi, saat sebelum dzuhur tiba, kami bertiga kembali sibuk menyiapkan makanan siang yang diperuntukkan bagi semua anggota Pos I. Usai makan siang, kini bagiannya Yohan yang mesti mencuci piring dan membersihkan dapur yang berantakan sehabis dipakai barusan. Kalau Yohan sibuk dengan kewajibannya, maka kami berdua bebas melaksanakan aktifitas apapun. Oleh karena itu, saya langsung buka Netbook guna melakukan kebiasaan saya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sampai tibanya Ashar, aktifitas menulis itu saya akhiri dengan tidur siang. Pada sore hari hujan masih saja mengguyuri tempat kami. Seakan tanpa hentinya, di saat ramainya geliat aktifitas Mushalla pun suara rintikan hujan mengiringi paduan suara anak-anak TPA yang tidak beraturan. Meskipun begitu, anak TPA tetap semangat menjalani proses belajar bersama kakak-kakak KKN-nya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Kumandang adzan Maghrib menggema ke sekitar dusun Sumber Blimbing yang basah, dalam keadaan seperti itu semakin sedikit saja jama’ah yang tertarik untuk pergi shalat ke Mushalla. Namun, beberapa orang di antara kami ada juga yang masih pergi mengisi Mushalla di RT sebelah dengan konsekuensi tidak terlalu banyak orang yang mengapresiasi panggilan ke Mushalla. Meskipun begitu, insya Allah kami tetap konsisten untuk mengisi Mushalla tersebut dan tidak mau kalah dengan Pak Darkoun yang merupakan ketua jamaah di sana.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da Isya pada <b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-12-hujan-pertama.html" target="_blank">Hari Ke 12: Hujan Pertama</a></b> ini, beberapa orang kembali dari Mushalla Baitussalam tersebut. Selama di sana Pak Darkoun lah ketua jama’ah yang menemani mereka mengobrol ngaloer ngidul. Setibanya di rumah itu, mereka langsung menuju dapur guna menyantap jatah makan malam mereka yang telah disiapkan sedari ba’da Maghrib tadi. Sedangkan, yang lainnya telah duluan makan sebelum Isya datang. []</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"><i>Gambar: http://andrilex.blogspot.com/2012/04/tentang-hujan.html</i></span> </span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-47190174002228769092013-02-03T21:24:00.002+07:002013-03-04T12:10:24.412+07:00Hari Ke 11: Kerja Bakti bersama Warga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qywdDKjkpdHqWzujXO_TUWg7ixbtApN0d189bibuNBRfyPwFRptm9SpuYETp0crHhOzYFJ0W9InKo2r46uZmkAviwKkGiChD2Zz3et0v0kc5dOm3jdm8RToLVoiR7yHmH7oAt188c22b/s1600/CIMG3847==.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qywdDKjkpdHqWzujXO_TUWg7ixbtApN0d189bibuNBRfyPwFRptm9SpuYETp0crHhOzYFJ0W9InKo2r46uZmkAviwKkGiChD2Zz3et0v0kc5dOm3jdm8RToLVoiR7yHmH7oAt188c22b/s200/CIMG3847==.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hari ini warga cukup disibukkan dengan agenda memperbaiki jalanan rusak, tepatnya jalan menanjak yang sering kami singgahi untuk mencari sinyal HP. Di samping jalanan yang menanjak, di sana juga banyak sekali lubang-lubang berbatu yang cukup membahayakan pengendara yang melintasi jalan tersebut. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebelum kami terjun ke lapangan, seperti biasa kami disibukkan oleh urusan pribadi. Ada yang pergi ke tanjakan untuk teleponan, ada yang sibuk di depan laptop, dan ada juga beberapa orang yang lebih memilih tidur-tiduran sambil menunggu tibanya sarapan pagi disiapkan. Sedangkan saya sendiri, satu dari sebelas anggota Pos I memilih untuk melanjutkan tulisan terkait <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-10-antara-shalat-isya-dengan.html" target="_blank">hari kemarin yang belum selesai.</a></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dua puluh menit setelah sarapan pagi, barulah kami turun ke jalanan untuk kerja bakti bersama warga Dusun Sumber Blimbing yang sudah tiba duluan di lokasi. Dalam pengerjaannya, pertama kami membersihkan lubang-lubang yang tersebar di badan jalan dari batu dan kerikil. Sebagian dari kami melakukannya dengan cara menyapu, sedangkan yang tidak kebagian mendapatkan sapu maka cukup pakai tangan saja. Setelah lubang-lubang di jalanan bersih dari bebatuan, selanjutnya saya dengan yang lainnya harus bolak-balik menyuplai pasir dan koral yang ada di dekat Pos kami. Kerja begini kami lakukan secara bergantian, beberapa orang yang berpasangan mengangkut pasir melalui karung yang dibentangkan oleh dua buah bambu yang dimasukkan ke sisi karungnya. Ada juga yang mengangkutnya dengan menggunakan Artco, yang bebannya terasa lebih berat dibandingkan berdua membawa pasir menggunakan karung tadi. Jelas, ini karena Artco yang dibawa oleh satu orang saja. Tapi, bagi orang sudah biasa bawa b<span style="font-size: small;">e</span>ginian, mungkin ini akan terasa biasa saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Terhitung ada tiga jam lebih, kami bekerja bakti bersama warga memperbaiki jalanan yang rusak. Sebenarnya jalan yang ada di Dusun Sumber Blimbing ini rata-rata sudah diaspal semua. Namun, karena telah dimakan usia, maka banyak yang mengalami kerusakan semacam lubang-lubang besar yang mengganggu dan membuat jalan tersebut tampak jelek. Jalanan yang rusak itu, warga tambal dengan campuran semen saja. Bukan dengan aspal yang bisa merogoh kocek lebih banyak lagi, karena terkait dana perbaikan jalan ini, hanya tergantung pada dana warga dusun yang peduli untuk berpartisipasi. Jadi, jangan heran jika tambalannya hanya dengan beberapa sak semen saja. Meskipun ditambal dengan campuran semen, tapi jalanan pun menjadi lebih mulus untuk dilalui.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Akhirnya sebelum Dzuhur tiba, kerja bakti dapat diselesaikan. Mahasiswa KKN yang ikut membantu, langsung pergi meninggalkan jalanan guna membersihkan diri ke kamar mandi yang seketika itu menjadi rebutan mahasiswa untuk mandi. Dalam keadaan tubuh yang segar, waktu shalat dzuhur pun kami lalui dengan tenang. Sebelum makan siang siap, terlihat bagiannya Marhalim, Pa Che, dan Husairi tengah sibuk meracik masakan untuk kami. Setengah jam setelah usainya shalat dzuhur, barulah kami bisa merasakan hidangan makan siang yang cukup mengobati kegundahan perut kami yang habis dikuras pada kerja bakti tadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Setelah makan, mayoritas dari kami langsung pergi tidur siang. Hal ini dilakukan dalam rangka membalas aktifitas tadi pagi yang cukup melelahkan dan menguras tenaga. Tiba waktu Ashar, seperti biasa anak-anak TPA sudah stand by di Mushalla mendahului kakak-kakaknya ini. Terhitung ada setiap hari geliat aktifitas sore hari di Mushalla ini tidak pernah libur dari kegiatan mengaji anak-anak. Meskipun begitu, tampak antusiasme anak-anak yang mengaji tidaklah surut sama sekali. Berbeda jika kemarin-kemarin kami mengajar di Surabaya, setiap TPA pasti ada hari liburnya. Terkait murid-muridnya pun kami merasa lebih mudah mengatur anak-anak sini, tidak terlalu banyak membuat keributan sendiri. Lima belas menit sebelum Maghrib, Mushalla pun sepi dari anak-anak TPA yang pulang ke rumahnya masing-masing. Tinggal kami saja yang meramaikannya sekarang, itupun kami dibagi lagi karena ada beberapa orang di antara kami yang mesti ke Mushalla luar guna menghidupkan aktifitas Shalat Fardlu di sana. Terkait Mushalla itu, kami memutuskan sebuah ketetapan baru untuk mengisi Mushalla Baitussalam tersebut yang ada di RT sebelah. Jadi, setiap waktu shalat tiba, maka di antara kami pasti ada yang pergi ke Mushalla sana. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da Isya, dua orang yang bertugas mengisi Mushalla tadi kembali pulang ke rumah. Mereka yang datang itu kemudian mengambil jatah makan malamnya yang telah disiapkan sebelum Isya tadi. Sebelum <b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-11-kerja-bakti-bersama-warga.html" target="_blank">Hari Ke 11: Kerja Bakti bersama Warga</a></b> kami akhiri, kebanyakan dari kami pergi silaturahmi ke rumah tetangga yang sudah akrab-akrab dengan kami. []</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-27955302753659325192013-02-03T21:24:00.000+07:002013-02-12T06:02:00.045+07:00Hari Ke 10: Antara Shalat Isya dengan Yasinan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicqaLjb7EGlXDaD-CDU6Gu74TGgNW1CFgf5gYGAY0RmFyqlI-aYcorCFo8ajzBhpr3wJMwSwRzVNXHWQKLYNWmqL7N9Nj3Jq-DgTgknYaMl-_yC7DxK4j-ZRMKZx7G0uCsGQojzAtYOt76/s1600/CIMG1168==.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicqaLjb7EGlXDaD-CDU6Gu74TGgNW1CFgf5gYGAY0RmFyqlI-aYcorCFo8ajzBhpr3wJMwSwRzVNXHWQKLYNWmqL7N9Nj3Jq-DgTgknYaMl-_yC7DxK4j-ZRMKZx7G0uCsGQojzAtYOt76/s200/CIMG1168==.JPG" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Shubuh ini saya lalui di sebuah Mushalla yang minim jama’ah itu, Baitussalam namanya. Sebelumnya, saya tidak berencana jika akan shalat di tempat tersebut. Namun, karena Basirun mengajak saya, maka saya pun langsung memenuhi ajakan tersebut. Waktu masih menunjukkan pukul empat pagi, saat kami bertiga berangkat menuju Mushalla tersebut yang berjarak setengah kilo meter dari rumah pos. Di tengah jalanan yang masih gelap, saya, Basirun, dan Yasin mengisi perjalanan dengan obrolan ngaloer ngidul. Sehingga, tak terasa jika kami telah sampai di Mushalla yang dituju.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Pintu yang menyambung ke pagar kayu Mushalla, melintang pada sebuah jalan yang mengantar kami masuk ke dalam Mushalla itu. Pintu Mushalla yang masih tertutup, lalu ditambah juga dengan lampunya yang belum menyala mengartikan bahwa belum ada orang selain kami bertiga di sana. Saat lampunya dinyalakan cahayanya sudah mulai redup, mungkin tidak lama lagi lampu ini akan diganti. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebelum adzan shubuh berkumandang, kami melakukan shalat tahiyyatul masjid yang tidak lama setelah shalat tersebut waktu shubuh pun datang. Dengan suara terbaiknya, Yasin mengambil peranan sebagai muadzin Shubuh ini. Di tengah adzan yang berkumandang, datang seorang bapak-bapak yang <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-9-tadabbur-alam-ke-pantai.html" target="_blank">sebelumnya telah diceritakan</a>. Beliau adalah ketua jama’ah Mushalla tersebut, namun sayang selama ini beliau kesusahan menggaet jama’ah yang terdiri dari warga sekitar Mushalla. Terkait bapak ini, beliau mempunyai satu anak laki-laki yang sudah 10 tahun mondok dan sekarang tengah menjalani masa tugasnya di daerah Bromo. Menurut beliau, anaknya itu kini telah mengislamkan lima orang asli sana yang sebagaimana diketahui bahwa mayoritas penduduk Bromo, khususnya suku Tengger adalah beragama Hindu. Kini, beliau pun merindukan anaknya, karena beliau merasa sudah cukup lama tidak berjumpa dengan anak semata wayangnya itu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Setelah iqamat, kemudian beliau maju menjadi imam. Suaranya begitu keras dan menggelegar ke seisi Mushalla. Tapi, sayang makharijul-huruf yang beliau ucapkan banyak yang tidak sampai, pikir kami mungkin itu karena faktor usia beliau yang sudah tergolong sepuh. Ketika shalat masih pada rakaat pertama, shaf kami ditambah lagi oleh seorang jama’ah yang usianya lebih tua ketimbang ketua jam’ah Mushalla tadi. Selesai shalat shubuh, lalu kami sedikit berbincang-bincang. Namun, dari apa yang diperbincangkan banyak yang tidak saya mengerti karena obrolannya yang berbahasa jawa. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Pukul lima lebih sepuluh menit, kami pun pamit meninggalkan Mushalla dengan dua orang bapak-bapak yang masih tinggal di sana. Saat keluar Mushalla ternyata langit masih gelap juga, tapi sekarang tidak terlalu seperti waktu berangkat tadi. Lima belas menit kemudian kami tiba di rumah Pos, di ruang tengah ada anggota Pos III juga yang kumpul bersama anggota Pos kami. Mereka datang ke sini guna berkoordinasi terkait program pengobatan gratis yang segera dilaksanakan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Sebelum sarapan pagi siap, ada waktu sejam lebih buat saya santai-santai bersama netbook saya. Belum ada sejam saya pun merasa bosan, kemudian saya beranjak pergi ke tanjakan jalan guna mencari sinyal HP lalu menghubungi Aibara. Namun, kayaknya di sana dia lagi sibuk bersiap-siap untuk hari pertama kerjanya. Katanya, dia kerja di sebuah perusahaan penerbitan lalu menjabat sebagai editor PAI. Mendengar berita tersebut, saya pun jadi bahagia. Akhirnya, beberapa bulan mengharapkan kerja di sebuah penerbitan, kini tercapai juga. Memang, Aibara ini orangnya suka sekali bergelut dengan buku-buku, dan tentunya juga dia suka menulis. Maka, ketika kini dia bekerja di tempat semacam itu, insya Allah dia akan menjalaninya dengan senang hati. Sadar akan keadaannya yang lagi repot, maka saya pun mengakhirinya. Lalu, saya turun lagi dan balik ke rumah. Sesampainya di rumah, Basirun, Yasin, dan Rauf belum juga selesai menyiapkan sarapannya. Sambil menunggu sarapan jadi, kemudian saya kembali ke netbook saya guna menulis lagi. Lima belas menit kemudian barulah sarapan pagi itu siap untuk disantap, dan saya pun beranjak meninggalkan tulisan saya sementara. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Setelah sarapan, kemudian kami membantu Pak Tarmin yang sedang mengayak pasir di samping Mushalla. Dua jam lamanya kami mengayak pasir yang banyak itu, lalu kami lanjut ke sebuah sumur yang ada di belakang rumah untuk menggalinya. Sebelum adzan berkumandang, semua kerjaan sudah kelar. Setelah Dzuhur, yang bagian piket masak sibuk menyiapkan makan siang. Namun, tidak memerlukan waktu lama, makanan pun jadi. Hidangan yang disajikan tidaklah begitu istimewa, biasa saja seperti kebanyakan menu yang telah dibuat. Sampai tiba Ashar kuhabiskan waktu dengan tidak ada mood menulis sama sekali, terlalu banyak kekecewaan pada hari ini sehingga kuberalih untuk langsung tidur saja. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Seorang teman menyadarkan saya jika Ashar telah tiba, aksinya itu memang berbarengan dengan berkumandangnya adzan dari Mushalla. Basirun pun maju menjadi Imam, memimpin kami mendirikan shalat Ashar berjamaah. Geliat aktifitas ba’da Ashar menyambung ramainya aktifitas shalat berjamaah tadi yang telah banyak diisi oleh anak-anak TPA mengaji. Terlihat betapa antusiasnya raut wajah anak-anak, yang tengah menyimak tayangan tata cara berwudlu yang benar yang ditampilkan pada sebuah proyektor/LCD. Kegiatan ini tidak berlangsung lama, karena dari sejam setengah belajar ngaji, waktu mereka mesti dibagi dengan belajar membaca al-Qur’an, menulis aksara Arab, dan lain-lain.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Seusai mengaji, gemuruh suara islami di Mushalla tidak surut begitu saja. Sambil menanti tibanya waktu Maghrib, Fahrurrazi dengan sigap menyetel murottal dari laptopnya. Lalu, dua puluh menit kemudian barulah adzan dikumandangkan. Sampai tibanya Isya, yang bertugas piket lagi sibuk-sibuknya menyiapkan makan malam kami. Sebelum yasinan yang akan dimulai sebelum Isya, makan malam kami sudah siap. Di antara kami yang tinggal di Pos hanya saya, Marhalim, dan Yasin, sedangkan yang lainnya pergi yasinan ke rumah warga yang dapat giliran untuk menggelar acara tersebut. Memang, yasinan di kampung sini biasa digelar di rumah warga secara bergilir, tidak seperti di tempat lainnya yang biasa dilaksanakan di Masjid saja. Lalu, menurut saya sendiri yang menjadi permasalahan di sini adalah pelaksanaan yasinan ini terlalu mepet ke waktu shalat Isya. Sehingga, seringkali waktunya Isya tiba malah ditabrak begitu saja hanya karena yasinan itu. Dan saya rasa, hal ini tidak hanya terjadi pada acara yasinan saja, tapi acara-acara pengajian warga yang lainnya juga selalu dilaksanakan saat waktu shalat Isya tiba. Hal di atas sangat dikhawatirkan dapat memunculkan paradigma menyimpang terkait pentingnya mendirikan shalat awal waktu pada waktu-waktu shalat lainnya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tampak lima menit setelah saya shalat Isya di Mushalla, datang teman-teman yang baru selesai ngaji yasinan. Mereka langsung menuju Mushalla untuk shalat Isya yang belum sempat mereka laksanakan di tempat yasinan tadi. Saking sibuknya karena belum shalat, adzan Isya yang sudah dikumandangkan dua puluh menit yang lalu mau dikumandangkan lagi oleh mereka yang baru datang ini. Namun, kami cegah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebelum menutup <b><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-10-antara-shalat-isya-dengan.html" target="_blank">Hari Ke 10: Antara Shalat Isya dengan Yasinan</a></b> ini, kebanyakan dari kami pergi keluar untuk bersilaturahmi ke rumah warga sekitar yang sebagian besar telah kami kenal, dan sering bertemu di banyak kesempatan pula. []</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-55617770500518495282013-02-02T07:23:00.000+07:002013-02-12T06:02:13.572+07:00Hari Ke 7: Panen Kacang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_E9J0YU6azAS8u8G7F-gkYxpgoXuzz5gD1W3t3MlHmSlsRWSlVjsYTtw4A5OYk67vu7Kzzt7_3_B9baGruSv-6c96RhI1A2MuIqm_DYG-AVkqKnmTn5WG7nYzxa_NyLLhFL2xXoBNgVKW/s1600/CIMG4281.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_E9J0YU6azAS8u8G7F-gkYxpgoXuzz5gD1W3t3MlHmSlsRWSlVjsYTtw4A5OYk67vu7Kzzt7_3_B9baGruSv-6c96RhI1A2MuIqm_DYG-AVkqKnmTn5WG7nYzxa_NyLLhFL2xXoBNgVKW/s200/CIMG4281.JPG" height="240" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Terkait hari ini, Pak Ketua membagi anggotanya menjadi 3 bagian. Yang pertama, piket masak dan kebersihan rumah tetap tinggal dan fokus mengurusi rumah. Kedua, bagian saya dan Zakir yang mesti membantu Pak Tarmin mengecor di depan rumah. Bagi saya mengecor ini sesuatu yang menantang bagi saya, karena saya sendiri kurang ada pengalaman sebelumnya terkait aktifitas ini. Ketiga, lima orang sisanya mesti pergi ke ladang-ladang membantu siapapun <span style="font-size: small;">wa</span>rga yang ditemui di ladangnya. Pak ketua menegaskan agar ketika kita pergi ke ladang tidak selalu pergi ke tempat yang sama atau kebun yang itu-itu saja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Ba’da shubuh kami bersiap-siap menjalankan apa yang dikomandokan oleh Irsyad, yang bagian piket masak dan kebersihan rumah sudah sibuk duluan menyiapkan nasi untuk sarapan kami. Sedangkan yang lain, persiapan mereka masih terbilang santai-santai saja karena rata-rata semua kegiatan dilakukan setelah makan pagi. Beda lagi dengan Irsyad yang sudah siap-siap pergi ke Kepanjen, bilangnya mau follow-up kerjasama dengan pemerintah sana terkait acara pengobatan gratis yang akan segera dilaksanakan. Dan kebetulan dia adalah panitia intinya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Kali ini yang bagiannya masak baru bisa menyiapkan sarapan jam tujuh lebih 10 menit, beda dengan <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-keenam-8-juli-12-bersua-di-haflah.html" target="_blank">hari-hari biasanya</a> yang sudah siap pada jam tujuh kurang dua puluh menit saja. Alasan jelasnya saya kurang tahu kenapa. Apakah karena nasinya telat? Tidak. Apa mungkin mereka masak menu spesial? Mana ada, sarapan pagi yang mereka siapkan gak ada bedanya dengan yang lain. Biasa-biasa saja. Namun, baiklah kami tetap mensyukurinya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Setengah jam kemudian, semua urusan makan sudah terselesaikan. Selanjutnya, kami siap-siap menempati pos kami yang telah ditentukan. Bagian saya dengan Zakir menunggu dimulainya proyek ngecor kamar mandi yang dimulai oleh Pak Tarmin, namun dalam penantian kami berdua tiba-tiba Yasin mengajak kami ke ladang dan bilang bahwa ngecor nggak jadi, Pak Tarminnya saja pergi ke ladang. Ya, sudah. Kami pun langsung bangkit dari tempat duduk, terus ganti baju lalu pergi bareng-bareng ke ladang. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Kali ini kami hendak menuju ke sebuah ladang yang belum pernah saya singgahi, tapi kalau lewat mungkin pernah, saat kami membantu warga mengerjakan mega proyek tandon yang ada di atas bukit. Di ladang ini, sang pemilik meminta kami untuk membantunya panen kacang tanah. Di tengah perjalanan menuju ladang, kami temui bapak-bapak yang lagi sibuk mengurusi kambing yang baru selesai dieksekusi. Di antara bapak-bapak itu ada Pak Tarmin yang terlibat langsung mengurusi kambing nahas tersebut. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Sepuluh menit kemudian kami pun tiba di ladang Ibu yang kami belum tahu namanya tersebut. Padahal, sering sekali kami menemuinya. Saya sendiri tanya ke teman-teman, mereka juga malah nggak tahu. Setibanya itu, saya, Zakir, Rauf, Umam, dan Basirun dengan nafsunya mencabuti tanaman kacang yang kebanyakan sudah matang tersebut. Karena saking nafsunya, Zakir malah sempat salah cabut. Tapi, maklum sih, cabutan pertama. Mungkin, yang pertama itu dia memang belum bisa membedakan mana tanaman kacang yang dimaksud.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Terhitung ada sejam lebih kami habiskan waktu di sana. Di tengah kekhusyuan kami yang lagi serius mencabuti kacang tersebut, tiba-tiba Bapak pemilik kebun menawari kami kelapa muda miliknya yang masih nangkring di pohon. Baiklah, karena ada Rauf kami pun terima tawaran Bapak tadi. Dan dengan senang hati pula Rauf bersedia kami andalkan. Namun, sayang Rauf tidak terlalu mahir dalam memilih kelapa yang masih muda. Karena, terlihat dari buah kelapa yang dipetik masih dapat yang tua juga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Setelah makan kelapa muda, kemudian Bapak menawari kami makan kacang bakar. Bagi saya kacang bakar tersebut adalah sesuatu yang baru, saya baru menikmatinya di kebun itu. Kali ini Bapak yang bertindak sendiri membakar kacang tanah yang masih mengikat dengan tumbuhannya, jika kacang-kacang tersebut terlepas atau jatuh-jatuh maka berarti kacang tersebut matang dan sudah siap disantap. Saat kacang tanah tersebut masak dan siap dimakan, warna aslinya berubah menjadi hitam dan menyatu dengan dedaunan yang terbakar. Kami yang hendak makannya pun harus rela hitam-hitaman dengan kacang tersebut. Karena banyaknya kacang yang dibakar, maka kacang pun kami bungkus dan dibawa pulang ke rumah. Selain itu, kami juga membawa dua karung kacang tanah lainnya yang dibawa pulang ke rumah Ibu. Terkait kacang tanah tersebut, sebenarnya belum waktunya untuk dipanen. Namun, Bapak pemilik kebun tersebut rela demi kami yang kemungkinan hanya sekali berada di kampungnya. Oleh karena itu, beliau bersedia menunjukkan aktifitas panen kacang tanah yang meskipun belum pada saatnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Sepulang dari kebun, saya langsung meluncur ke kamar mandi guna membersihkan diri. Karena, sebagaimana biasa sehabis dari kebun badan selalu menjadi gatal-gatal. Setelah mandi, waktu pas menunjukan shalat dzuhur dengan keadaan tubuh yang terasa lebih segar dari pada sebelumnya. Beranjak ke waktu makan, lagi-lagi yang bagian piket ini telat menyiapkan. Terlalu berlarut-larut mengurusi urusannya di dapur. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Ada waktu dua jam sebelum Ashar tiba, namun mood lagi malas beraktifitas yang menguras tenaga dan pikiran saya. Sehingga, yang tadinya berencana memanfaatkan waktu siang itu dengan menulis, malah tidak jadi. Sedangka, yang lain sibuk menyiapkan laporan kegiatan KKN per satu minggu yang akan dikumpulkan besoknya. Katanya, dari Surabaya akan ada dua orang dosen pembina lapangan yang datang ke setiap Pos KKN guna memantau perkembangan kegiatan kami di sini. Oleh, karena itu sebaik mungkin kami menyiapkan laporan tersebut yang nantinya akan diserahkan dan disahkan oleh beliau-beliau itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Ba’da Ashar, geliat aktifitas yang paling ramai berlangsung di Mushalla. Seperti biasanya di sana anak-anak belajar dan mengaji al-Qur’an dengan antusias sekali, menurut saya itu terjadi karena mereka merasakan suasana baru yang menampilkan sosok-sosok pengajar yang berbeda dari sebelumnya. Di tempat lain, sebagian dari pada kami aktif membantu Pak Tarmin mengerjakan proyek pembangunan kamar mandi yang beberapa hari kemarin sempat tertunda. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Menjelang Maghrib, Pak Kamis, Ketua KKN kami datang dengan motor sekretariatnya. Kedatangan beliau ke Pos I guna menindaklanjuti semua program-program yang telah dicanangkan pada jauh-jauh hari sebelumnya. Pak Kamis beruntung sekali datang ke sini –seakan-akan beliau mempunyai kesaktian mencium bau makanan dari jarak jauh– malam hari menjelang Isyanya beliau ikut beserta kami ke sebuah pengajian yang di dalamnya menyuguhkan berbagai macam hidangan makanan yang banyak sekali. Setiap menu yang disajikan tidak luput dari daging di dalamnya, entah daging ayam ataupun daging kambing. Royalnya acara malam itu tidak sebatas sajian makanan yang dihidangkan di tengah-tengah acara saja, namun saat acara mau selesai pun setiap tamu diberi satu keranjang makanan dengan porsi yang besar sekali. Kontan, Pak Kamis pun merasa beruntung, bahagia dan sejahtera berada di Pos kami. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Usai pengajian itu, Pak kamis pun pulang kembali ke sekretariat yang kali ini dia ditemani oleh Umam dan Yohan yang hendak menghadiri rapat koordinasi di tempat tersebut. Sekembalinya Umam dan Yohan dari rapat, waktu telah menunjukkan jam setengah sebelas malam yang saatnya bagi kami semua penghuni Pos I untuk istirahat dan menutup rangkaian acara pada <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-7-panen-kacang.html" target="_blank">Hari Ke 7: Panen Kacang</a> ini . []</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-101640527665624142013-02-02T07:22:00.004+07:002013-02-12T06:02:19.113+07:00Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj01pTqIst-UzNBLX6PrV3p-qNwJ5iyOOmfWOuXDR5jV4pzeQtdv5Hy_ahQdFjEwPIb8fcsbKA91kSbAfsWNN0UfmWlzpr-U0aYAcc25sjWysG_eBe3Gj448lx1f-Bo_GmEDv7oFsAEDLtx/s1600/CIMG4295==.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj01pTqIst-UzNBLX6PrV3p-qNwJ5iyOOmfWOuXDR5jV4pzeQtdv5Hy_ahQdFjEwPIb8fcsbKA91kSbAfsWNN0UfmWlzpr-U0aYAcc25sjWysG_eBe3Gj448lx1f-Bo_GmEDv7oFsAEDLtx/s200/CIMG4295==.JPG" height="240" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sama seperti<span style="font-size: small;"> <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-7-panen-kacang.html" target="_blank">pagi kemarin</a>, <span style="font-size: small;">p</span></span>agi ini kembali diselimuti hawa dingin yang sangat, bersama hembusan angin yang cukup kencang saya telah berada di luar rumah menuju kamar mandi. Kebetulan kamar mandi pagi ini sedang kosong, sehingga saya bisa leluasa masuk untuk buang air kecil dahulu kemudian berwudlu. Setelah urusan saya di kamar mandi kelar, di luar tampak Basirun yang sedang menunggu dengan kedua matanya yang masih merem-melek.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Saat kuselesai mengenakan atribut shalat, terdengar suara khas Pa Che yang mengumandangkan adzan shubuh dengan baik. Sepuluh menit setelah adzan, shalat shubuh pun dimulai. Rauf maju, mengimami dua belas ma’mum yang ada di belakangnya. Shalat yang diimami Rauf, tidak perlu menghabiskan waktu yang lama, cukup tujuh menit saja shalat pun selesai. Di belakang, semua ma’mum berdzikir dan berdo’a sendiri sesuai urusannya masing-masing. Sebelum bubaran, seperti biasa kultum pagi yang diisi oleh Zakir meramaikan suasana Mushalla yang sederhana ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Karena hari ini merupakan jadwal saya piket, maka selesai dari Mushalla saya bersama dua orang lainnya langsung sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Berbeda dengan teman-teman lain yang tengah asyik di ruang tengah. Sedangkan, yang lain ada juga yang tiduran di kamar. Kembali ke dapur, saya, Zakir, dan Yohan tengah fokus membuat nasi goreng yang berbeda dengan nasi goreng yang selalu kita temui di Surabaya. Jika di Surabaya, warna nasi goreng yang kita konsumsi warnanya semu-merah. Yang warna tersebut dihasilkan karena campuran saos tomat yang menyatu dengan nasi. Sedangkan, kami semua di sini lebih setuju dengan nasi goreng yang warnanya hitam oleh campuran kecap di dalamnya. Karena dari rasanya pun sangat berbeda, lidah sunda, jawa, dan kalimantan kami lebih mentolerir rasa kecap yang melekat pada nasi goreng buatan kami ini. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Denga<span style="font-size: small;">n</span> hidangan nasi goreng yang sederhana ini, kami sudah cukup mensyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh<span style="font-size: small;"> Allah</span> kepada kami. Usai makan, kerjaan dapur pun masih belum kelar. Masih banyak piring-piring kotor yang mesti dibersihkan, dan giliran pertama yang bertugas mencuci piring tersebut adalah saya. Saat saya mencuci piring, dua rekan piket saya juga tengah sibuk dengan kerjaan rumah yang harus diselesaikan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Selesai mencuci piring, kuberalih ke Mushalla yang ada di sebelah rumah guna membersihkan semua isi di dalamnya. Selain itu, halaman depan Mushalla pun tidak luput dari sapuan tangan yang banyak sekali dikotori dengan sampah. Meskipun, sapu lidi yang paling ampuh menyapu sampah di depan Mushalla tersebut tidak ada, maka tangan kosong pun masih bisa menunjukkan aksinya yang tidak kalah dengan kualitas seikat lidi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Tugas piket kami hari ini berlarut hingga menjelang siang, lalu dilanjutkan dengan mempersiapkan hidangan makan siang yang menunya berbeda dengan tadi pagi. Siang ini kami sangat beruntung sekali, sebelum dzuhur tiba seorang tetangga datang ke dapur kami mengantarkan sejumlah lauk pauk yang terlihat sangat istimewa. Sehingga, makan siang nanti kami tidak usah repot-repot lagi memasak lauk yang macam-macam. Cukup menanak nasi, sudah jadi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da dzuhur, saatnya bagi kami semua untuk mencicipi hidangan yang diberi oleh tetangga tadi. Sungguh, hidangan masakan yang dibuat sangat bercita rasakan yang tinggi. Kami mengakui masakan yang kami rasakan tadi, memang asli buatan orang yang sering berkutat dengan urusan dapur. Usai makan siang, kini giliran Yohan mencuci piring kotor yang menumpuk di dapur. Namun, bukannya mencuci piring dahulu, dia malah pergi bersama Umam mengisi acara OSPEK di SMP sekitar sini. Ya, sudah tunggu saja sampai Yohan balik ke rumah lagi.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Selesai makan-makan, kami beralih ke aktifitas masing-masing. Saya sendiri kembali berurusan dengan netbook guna mengerjakan tulisan hari ini yang baru saja dimulai. Sampai tibanya Ashar, baru tiga paragraf saja yang bisa saya kerjakan. Memang, hal itu cukup beralasan mengingat saya sendiri yang masih amatiran dalam hal tulis menulis ini.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Dua puluh menit menjelang sore tiba, saya kembali meneruskan tulisan yang belum jadi. Setelah itu, kebanyakan dari kami pergi bersilaturahmi dengan menyisakan beberapa orang saja yang tinggal untuk mengajar ngaji anak-anak. Saya lihat aktifitas di Mushalla sangat meriah sekali dengan pengajaran yang cukup atraktif dan menuai apresiasi yang bagus dari anak-anak yang mengaji. Antara mengajar ngaji dengan bersilaturahmi, sangatlah cukup bagi kami untuk menghabiskan sore ini sampai tibanya waktu adzan Maghrib berkumandang. Namun, sebelum Maghrib tiba Yohan pun pulang ke pos dan langsung saya perintahkan dia supaya mencuci piring yang ia tinggal pergi saat tadi siang.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Ba’da Maghrib, giliran kami bertiga sibuk lagi menyiapkan makan malam yang disantap tepat sebelum Isya. Kali ini kami menyuguhkan makanan yang tidak kalah wah-nya dengan makan siang. Lauknya terdiri dari mie rebus, peyek mie, dan kerupuk yang setiap porsinya ditampung pada piring yang sedang. Sehingga, saat nasinya yang disajikan belakangan hampir tidak muat lagi ditampung oleh piring tersebut.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai makan malam, adzan Isya berkumandang. Piring-piring kotor yang sehabis dipakai makan tadi tidak langsung dicuci, malah Zakir membiarkannya sampai ba’da shubuh tiba. Ba’da Isya, agenda kami selanjutnya adalah kunjungan ke pemuda-pemuda kampung yang suka nongkrong di sekitar Balai Dusun. Kunjungan kami itu menghabiskan waktu dua jam yang di tengah obrolannya tidak luput dari hisapan rokok pemuda-pemuda tersebut, dan sebenarnya kami sendiri tidak kuat jika berada di tengah-tengah perkumpulan semacam itu. Mengingat asap rokok sendiri yang sangat mengganggu bagi kami. Namun, karena sedikit menghormati mereka, jadi tentunya kami membiarkannya saja.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />Usai dari kunjungan itu, waktu menunjukkan jam sepuluh malam. Saat yang pas bagi kami untuk pergi beristirahat dan menutup <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-8-repot-piket-lagi.html" target="_blank">Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi</a> ini. Namun, setibanya di rumah saya sendiri masih bergelut dengan netbook selama setengah jam lamanya, dan akhirnya netbook pun saya tinggal tidur begitu saja. []</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-41266226899207468132013-02-02T07:22:00.003+07:002013-02-12T06:02:44.435+07:00Hari Ke 9: Tadabbur Alam ke Pantai<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5w64Yi7zLr03PBwU9eRZAt7QNGc1P1X8dWZt9Z1oziRNkffdkyuJQKW2jPRSs7sPjZieY581UxLkGrS4tXnNMInVS40dy5zgLJTHLLoF0hkuxGELNjfMxwsH-al6FmOqR_e6to_MYvIzY/s1600/20120711(040)==.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5w64Yi7zLr03PBwU9eRZAt7QNGc1P1X8dWZt9Z1oziRNkffdkyuJQKW2jPRSs7sPjZieY581UxLkGrS4tXnNMInVS40dy5zgLJTHLLoF0hkuxGELNjfMxwsH-al6FmOqR_e6to_MYvIzY/s200/20120711(040)==.jpg" height="240" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">Hawa dingin pagi ini benar-benar telah membangunkan saya, pukul setengah empat saya benar-benar terperanjat dari sofa ruang tengah tempat saya tidur semalaman. Tidak seperti biasanya, sekarang ini hawa dingin seakan-akan telah menerobos dan merobohkan dinding rumah pos kami. Begitu berbeda dengan <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-8-repot-piket-lagi.html" target="_blank">Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi</a> sekarang dinginnya begitu melekat di badan, bagaikan embun yang melekat pada dedaunan di pagi hari. Meskipun dingin ini begitu sangat, namun tetap kupaksakan untuk menerjangnya. Pikirku, mau nunggu sampai kapan lagi dingin itu mau berubah menjadi hangat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Akhirnya, setelah tadi mengambil air wudlu dari kamar mandi, hawa dingin itu malah tambah dingin lagi yang dikarenakan cipratan airnya yang dingin juga. Segera kuberanjak ke kamar meraih jaket KKN yang cukup tebal dan hangat itu, dan ternyata memang ampuh badan tidak terlalu terasa dingin lagi saat mengenakan jaket tersebut. Dan sampai jam lima pagi pun saya masih tetap memakai jaket KKN itu. Beranjak dari Mushalla, saya langsung santai-santai dengan netbook saya guna menyelesaikan cerita hari kemarin yang belum kelar. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Saat mood terasa bosan, saya pun beralih dan pergi keluar rumah mencari sinyal guna menghubungi Aibara yang sudah cukup lama tidak berkomunikasi dengannya. Sesampainya di jalanan yang menanjak, barulah saya dapatkan sinyal HP-nya. Sulit memang, kalau pakai HP di sini. Cukup tiga puluh menit saja saya berada di luar, kemudian kembali ke Pos lagi melanjutkan tulisan sekaligus menunggu masaknya makanan yang dibuat dari tadi pagi. Kali ini yang dapat giliran masak, yaitu Umam dan Irsyad. Seperti biasa, selain cuma memasak mereka juga mesti bersih-bersih rumah dan yang lainnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Karena pekerjaan rumah itu juga, mereka berdua jadi harus rela tinggal di rumah dan tidak ikut dengan kami ke pantai yang berjarak sekitar 7 km dari rumah Pos, dari jarak 7 km tersebut perjalanan menuju pantai membutuhkan waktu sejam lamanya. Agenda hari itu adalah saatnya bagi kami untuk tadabbur ke pantai, bersama keluarga besar tuan rumah kami berangkat ramai-ramai tepat setelah sarapan pagi selesai. Selain itu, semua anggota Pos lima juga ikut bersama kami. Sehingga terhitung ada sekitar dua puluhan orang, rombongan kami pergi ke pantai menyusuri sela-sela bukit yang terdiri dari hutan jati, pohon mahoni, dan ladang-ladang milik warga sekitar. Adapun medan yang kami lalui sangat beragam pula, di awal perjalanan kami mesti melalui jalanan yang berbatu, kemudian jalan tanah biasa yang lebih mudah untuk dipijaki, masuk ke hutan yang sejauh mata memandang dipenuhi jati yang tertata rapi, dari hutan jati masuk ke area perhutani yang ditumbuhi pohon mahoni, masuk lagi ke wilayah perkebunan warga yang seperti biasa banyak ditumbuhi tembakau dan kelapa sawit. Perjalanan masih berlanjut saat kami mesti melewati turunan terjal yang cukup berbahaya, kami harus berhati-hati dengan setiap langkah yang diambil. Salah-salah, kami bisa terjatuh dengan kepala terbentur ke bebatuan yang tajam di kanan-kirinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Usai menuruni jalan yang terjal, kami kembali memasuki area perkebunan warga yang tembus langsung ke pantai. Itu artinya, kami telah sampai di pantai. Semak belukar bercampur dengan sampah bekas pembakaran membuka jalan kami menuju pantai tersebut, tidak ketinggalan juga banyak sekali pohon kelapa yang tumbuh menghiasi pantai yang cukup menggiurkan kami untuk mencicipinya. Seolah Pak Tarmin menjawab isi hati saya, tahu-tahu beliau membawa beberapa kelapa muda yang warna kulitnya asli masih hijau semuanya. Namun, kelapa muda yang baru dipetik tersebut kami tinggal dulu, karena pantai yang indah dan masih sangat alami itu lebih menarik perhatian kami ketimbang kelapa muda tadi. Kemudian saya berlari tak terkawal meninggalkan apa yang ada di belakang saya, semakin kencang kumendekat menghampiri ombak yang menyiur dari lautan Hindia. Sejurus gerakan tubuh, kuhempaskan saja badan saya ke tengah-tengah ombak pantai selatan yang besar itu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Dalam jarak yang terukur, kami bermain cukup hati-hati dengan ombak besar itu. Mengingat sudah banyak kasus yang terjadi terkait pantai tersebut, menurut cerita warga, seseorang pernah tewas terseret ombak dan sampai sekarang jasadnya belum diketemukan. Oleh karena itu, kami tidak berani bermain-main hingga ke tengah. Tadi saja, karena terlalu asyik main-main, aksi salah seorang teman saya, Husairi membuat khawatir warga yang ikut bersama kami dan jelas kekhawatiran warga tersebut sangat beralasan ketika melihat teman saya yang berlarian menuju sudut berbahaya dari pantai tersebut, spontan warga yang lebih tahu tentang pantai itu berteriak memanggil teman saya, namun tidak dihiraukan. Melihat kekhawatiran tersebut, saya bersama yang lainnya juga berteriak memanggil dia, tapi tetap diabaikan juga. Akhirnya, seorang teman yang posisinya lebih dekat dengannya mengejar hingga langkahnya terhenti saat dijatuhkan ke air. Yang membuat saya heran, dari cara berlarinya teman saya ini seolah-olah tidak mendengar ketika kami berteriak padanya, terus saja berlari.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Pantai tersebut bertemuan langsung dengan hilir sungai, yang biasa kita sebut sebagai muara. Dari pasirnya tampak berkilau, yang menurut penuturan teman saya itu dikarenakan biji besi yang terkandung pada pasir tersebut. Karena di pantai tidak bisa berenang bebas, maka kami pun pergi ke sungai yang arusnya tenang tidak seperti di pantai. Namun, sebenarnya saya sendiri takut berenang di daerah muara tersebut, mengingat ganasnya buaya muara yang habitatnya pas di perairan tenang seperti itu. Tapi, menurut warga yang sering berada di sini tidak ada buaya di sungai tersebut. Setelah penjelasan itu, maka dengan percaya diri kami pun berenang ramai-ramai. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Saat berenang, kami merasakan suhu air sungai tersebut tidak konsisten, unik sekali. Bagian air yang berada di dasar sungai terasa hangat sekali, hampir terasa panas. Sedangkan, air di bagian permukaan sungai terasa dingin. Dan menurut teman saya lagi, itu diakibatkan biji besi tadi yang terkandung di dasar sungai tersebut yang berupa pasir dan sedikit lumpur. Selain bermain air, kami juga tidak melewatkan sesi pemotretan yang biasa menjadi agenda rutin kami jika menyinggahi suatu tempat yang jauh, apalagi tempat eksotis seperti pantai. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Setelah satu jam lamanya berenang di sungai tersebut, akhirnya kami pun memutuskan untuk balik ke rumah dengan menempuh satu jam perjalanan pulang yang bermedankan naik turun bukit, sungguh melelahkan. Setibanya di rumah, kamar mandi pun menjadi rebutan kami. Menjelang waktu dzuhur tiba, semua urusan saya di kamar mandi selesai dan hanya menyisakan beberapa orang saja yang belum beres.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Ba’da dzuhur, kebanyakan dari kami langsung pergi untuk istirahat siang. Mengingat sepulang dari pantai, cukup menguras tenaga dan membuat kami merasa kelelahan. Sampai tibanya waktu Ashar, kami tidur dan terbangun saat adzan berkumandang. Saat itu Mushalla sudah tampak anak-anak TPA yang baru datang untuk mengaji, padahal ngaji baru akan dimulai dua puluh menit setelah shalat Ashar selesai. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Pada kesibukan yang lain, kami berencana pergi bersilaturahmi ke rumah warga. Namun, hal itu diurungkan mengingat situasi yang tidak kondusif. Setelah maghrib barulah silaturahmi dilancarkan, kami menuju sebuah Mushalla yang hampir tidak ada jamaahnya sama sekali. Mushalla tersebut ramai hanya saat maghrib tiba, sedangkan waktu shalat yang lain kosong. Sebenarnya Mushalla tersebut tergolong bagus dan cukup terawat. Tapi, meskipun begitu tetap saja tidak menjadi daya tarik warga untuk giat beribadah di sana. Mushalla tersebut diamanahkan kepada seorang warga berumur 67 tahun yang cukup terkenal oleh warga lain, beliau pernah hidup di Ambon. Namun, karena peristiwa kerusuhan Ambon yang sering terjadi, maka beliau pulang ke kampungnya ini. Karena rusuh di Ambon tersebut, rumahnya yang dulu bernilai mencapai ratusan juta rupiah itu menjadi sasaran pengeboman yang dilakukan oleh para perusuh setempat. Bekas harta yang ditinggalkan dari pengeboman itu tidak ada selain baju yang melekat di tubuh beliau saat berhasil selamat dari kerusuhan itu. Oleh sebab itulah, beliau tidak betah lalu pulang kampung ke sini. Mendengar cerita beliau tersebut, kami pun menjadi terenyuh. Melihat kegigihan beliau yang sampai sekarang ini bersemangat menjalani kehidupannya yang berbeda dengan sebelumnya saat masih di Ambon dulu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />Tidak terasa malam telah cukup larut, dari tadi maghrib sampai malam jam sepuluh kami asyik mengobrol dan dilayani dengan baik oleh bapak itu. Namun, sekarang lah saatnya untuk mengakhiri kunjungan tersebut sekaligus akhir dari <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-9-tadabbur-alam-ke-pantai.html" target="_blank">Hari Ke 9: Tadabbur Alam ke Pantai</a>. []</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-27199086048937779202013-02-01T07:09:00.000+07:002013-02-12T06:03:20.464+07:00Hari Ke 6: Bersua di Haflah Akhirus Sanah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7FJKPA83DjzycBDxA5S29wvVFG33oMisgAwyUaUYRrnN05rRj-JpEtJl37tS6E1ltfka9y8Oq6qpswh71iLDL_wR7gTm8_yTmPl41Dyc8Q8qh5sF4r2Y9oLz2JxpwK7U3UBfHNm_QSJ7-/s1600/CIMG5434.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Keenam, 8 Juli 12: Bersua di Haflah Akhirus-Sanah" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7FJKPA83DjzycBDxA5S29wvVFG33oMisgAwyUaUYRrnN05rRj-JpEtJl37tS6E1ltfka9y8Oq6qpswh71iLDL_wR7gTm8_yTmPl41Dyc8Q8qh5sF4r2Y9oLz2JxpwK7U3UBfHNm_QSJ7-/s200/CIMG5434.JPG" height="259" title="Hari Keenam, 8 Juli 12: Bersua di Haflah Akhirus-Sanah" width="320" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari kamar tidur saya terbangun jam tiga, kemudian beranjak menuju kamar mandi yang berada di luar rumah. Keluar dari <i>lawang</i>, lagi-lagi saya harus berurusan dengan hawa dingin yang kerap menghadang jalan saya. Namun, tetap saya paksakan diri saya untuk menerjang semua rasa dingin yang menghampiri. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Pada jam itu saya berniat mandi, supaya saat tiba waktunya nanti akan berangkat ke tempat acara saya tidak repot-repot lagi mengantri untuk mandi. Memang <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-kelima-7-juli-12-pengalaman.html" target="_blank">tadi malam</a> saat wirid selesai, Pak Ketua mengharuskan kami menyiapkan diri sepagi mungkin supaya tidak telat menghadiri Haflah Akhirus-Sanah tersebut. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Usai mandi, saya pergi shalat lail. Tibanya ba’da Shubuh ada dua jam bagi saya untuk menulis deskripsi kegiatan KKN ini sebelum berangkat ke PONPES Miftahul Ulum Mentaraman, Donomulyo. Di sudut lain ada Rauf bertiga bersama yang lain sibuk menyiapkan masakan, karena memang hari ini adalah jadwal mereka untuk piket masak sekaligus kebersihan. Saat sarapan siap, saya pun meninggalkan netbook saya sementara. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sarapan pagi waktu itu saya selesaikan dengan cepat, agar saya bisa segera kembali mengerjakan tulisan saya yang belum jadi. Di sisi lain, teman-teman tengah sibuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke tempat acara. Saat semuanya telah siap, mini bus pun datang menjemput kami tepat pada jam tujuh pagi. Namun, selang lima puluh menit kemudian bis tersebut baru bisa menghidupkan mesinnya. Karena, dari tadi kami menunggu tuan rumah yang baru bisa berangkat sejam setelah kami siap.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dengan mini bus merah yang kami tumpangi, semua pun berangkat menuju PONPES yang didirikan oleh sesepuh asli Lombok itu. Saya kira bahwa tempat yang kami tuju ini akan jauh keluar Donomulyo. Namun, ternyata dekat saja. Saat turun dari bis, kami telah disambut oleh warga dan petugas keamanan yang tengah berjaga di sana. Melalui penampilan kami, mereka pun sudah bisa menebak kalau kami adalah mahasiswa yang lagi KKN di kampungnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari seberang jalan yang belum diaspal, rombongan kami pun berjalan menuju gerbang masuk PONPES tersebut. Terlihat ada resepsionis yang sudah siap dari tadi menyambut semua tamu yang datang. Beranjak dari resepsionis, kami pun tak luput dari sambutan bapak-bapak alumni PONPES yang sudah datang duluan dan mengharuskan kami menyalami mereka semua satu persatu. Setelah banyak menyalami tamu undangan, akhirnya kami bisa duduk di teras Masjid yang menghadap langsung ke panggung acara. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di saat kami menunggu acara dimulai, ada seorang mbah menghampiri kami dengan sorban hijau yang dikenakan di pundaknya. Beliau menyalami kami semua, dan sempat berbincang-bincang juga dengan kami. Namun, karena saat perbincangan dengan beliau kami kurang aktif, maka beliau pun permisi meninggalkan kami. Awalnya kami belum tahu jika KH. Solikhin ini adalah orang yang dituakan di PONPES. Padahal, ketika beliau berbincang-bincang dengan kami banyak tamu yang menghampiri dan menciumi tangannya. Tapi, kami baru sadar saat ada teman yang memberitahu kami bahwa beliau adalah pendiri Pondok Pesantren ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Betapa lamanya kami menunggu acara haflah dan reuni ini dimulai, sampai-sampai saya, Zakir, dan Marhalim yang duduk di sebelah ujung kepanasan terkena teriknya matahari pagi yang menjelang siang. Dalam masa penantian itu pula, kami melihat pemandangan yang tidak kami perkirakan sebelumnya. Ternyata rombongan satu pos mahasiswa KKN UNMUH Malang juga menghadiri acara akbar tersebut. Satu persatu bagian laki-lakinya masuk ke tempat kami duduk dan sebagian dari mereka juga sempat bersalaman dengan kami. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sedangkan bagian perempuannya duduk di tribun berbeda yang masih berhadapan dengan tribun laki-laki. Di antara mereka ada dua orang yang bertugas sebagai juru foto, satu di bagian laki-laki dan satu lagi di bagian perempuannya. Dan Kamera yang mereka gunakan bukanlah kamera sembarangan, tapi kamera profesional yang entah apa mereknya. Keren memang, jika dibandingkan dengan kami yang hanya memiliki satu kamera digital yang dikhususkan untuk dokumentasi, dan itupun juga berebut dengan pos-pos yang lain. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala bagi kami. Meskipun keadaan kami seperti ini, kami masih bisa fokus menjalankan program-program KKN yang telah diagendakan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Rangkaian acara diisi oleh sambutan-sambutan yang salah satunya disampaikan oleh pendiri PONPES Miftahul Ulum yang tadi sempat bersalaman dengan kami. Terkait beliau, keterangan terakhir yang saya dapati berbeda dengan pernyataan sebelumnya. Menurut Pak Tarmin, beliau aslinya memang orang sini. Jadi, bukan orang asli Lombok. Karena Pak Tarmin merupakan murid beliau, maka saya percaya sama dia. Dalam sambutannya beliau berbicara lembut sekali, suaranya kecil namun meyakinkan. Meskipun sudah lanjut usia, bahasa yang beliau gunakan tidak sepenuhnya bahasa Jawa tapi bahasa Indonesia pun beliau bisa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah sambutan KH. Solikhin selesai, kemudian panitia mempersilahkan Ust. Kholili yang didatangkan langsung dari Kepanjen untuk mengisi acara inti, yaitu Mau’idzah Hasanah. Beliau menyampaikan sebagian materi dari kitab Ta’lim Muta’alim yang beliau kuasai. Penyampaiannya sangat khas sekali dengan logat maduranya yang sesekali beliau tunjukkan. Ya, ternyata beliau orang Madura yang sebelumnya banyak tamu tidak menyadari hal tersebut. Itu dikarenakan beliau yang sudah cukup mahir menguasai bahasa Jawa. Dan selama beliau berbicara di depan, bahasa Jawa terus yang mendominasi kata-katanya. Saya dan teman-teman yang hadir kebanyakan tidak mengerti apa yang beliau maksudkan, sekali beliau melucu pun kami malah keheranan, lucu karena apa? kalau kami tertawa juga tertawa yang tidak jelas. Cuma ikut-ikutan yang lain ketawa saja. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah acara inti, acara pun ditutup. Namun, sebelum kami beranjak pergi meninggalkan tempat acara, panitia menggiring kami ke sebuah rumah yang di dalamnya sudah tersaji makanan yang enak dan banyak sekali. Selain kami, mahasiswa UNMUH juga telah duluan masuk dan menempati tempat duduk strategis yang dipenuhi dengan piringan kue. Baiklah, biar mereka mendapatkan rejekinya. Dan alhamdulillah, meskipun kami hanya menyantap makanan berat saja. Setelah bagian kami selesai makan semuanya, kami pun pamit meninggalkan rumah tersebut. Singkat memang, tapi karena jemputan sudah menunggu kami pulang, maka tidak ada pilihan lagi selain sehabis makan kami langsung pamit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tiba di Pos, kami pun langsung shalat dzuhur. Setelah itu sebagian dari kami ada yang tidur siang, sedangkan saya kembali ke pangkuan netbook guna mengerjakan tulisan yang terus selalu ada. Ba’da asharnya, banyak anak-anak yang mengaji meramaikan suasana Mushalla sore hari itu. Ketika anak-anak pulang ke rumahnya masing-masing, Mushalla pun kembali seperti semula. Hanya kami saja yang meramaikannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sampai tiba waktunya malam, semua aktifitas berjalan sebagaimana biasanya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh saat Irsyad dan Umam baru pulang dari Pos kesekretariatan. Kepulangan mereka melanjutkan obrolan Yohan dengan Pak Tarmin yang berlangsung di ruang tengah. Obrolan tersebut berlangsung hingga larut malam, saat saya memutuskan untuk tidur lebih awal dan mengakhiri </span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-keenam-8-juli-12-bersua-di-haflah.html" target="_blank">Hari Keenam, 8 Juli 12: Bersua di Haflah Akhirus-Sanah</a> ini</span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">. []</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-3969909545195675432013-02-01T06:49:00.000+07:002013-02-12T06:01:00.150+07:00Hari Ke 5: Pengalaman Merantau<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw_iOlmDD3zloESXDvSdDv60QQKQ0oRsf7T_IApuiFhPKlhyTDIrnfhJxyD-GjVLwipiYbd4UFR-UQbEbWnmbYuP7Dnho7iggP1RvxuO0hWRoox3xwpBztTBYkIJVdHMk7N5GdJOr-X88Q/s1600/DSC05019.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Kelima, 7 Juli 12: Pengalaman Merantau" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiw_iOlmDD3zloESXDvSdDv60QQKQ0oRsf7T_IApuiFhPKlhyTDIrnfhJxyD-GjVLwipiYbd4UFR-UQbEbWnmbYuP7Dnho7iggP1RvxuO0hWRoox3xwpBztTBYkIJVdHMk7N5GdJOr-X88Q/s200/DSC05019.JPG" height="228" title="Hari Kelima, 7 Juli 12: Pengalaman Merantau" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Hawa dingin pagi ini tidak seperti dinginnya pagi kemarin, berhembus terbawa angin kencang yang mengerumuni setiap badan yang coba-coba menerjang. Namun, dingin ini masih bisa ditolerir, karena pada waktu tersebut hawa dingin memang sudah pasti selalu ada. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Terbuai dalam balutan atmosfir pagi, memantapkan selimut untuk tetap melekat di tubuh yang tengah terbaring lelap. Sehingga, seseorang yang berusaha membuyarkan alam bawah sadar temannya, hampir tidak membuahkan hasil sama sekali. Jadi, yang terbaring tetaplah terlelap di tempatnya, sampai waktu bergulir sejam kemudian barulah sebagian dari mereka beranjak memenuhi panggilan adzan Shubuh yang dikumandangkan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semalam usai wirid Isya dilakukan, Pak Ketua menyampaikan sesuatu pada kami bahwa hari ini tidak ada proyek warga yang membutuhkan tenaga kami. Jadi, bisa dikatakan hari ini kami aktifitasnya bebas. Namun, meskipun begitu Pak Ketua berpesan pada anggotanya agar kami selain yang piket di dalam rumah untuk pergi ke kebun-kebun dan membantu siapapun yang kami temui di sana. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tiga puluh menit berselang setelah sarapan pagi dilakukan, selain teman-teman yang piket anggota Pos mesti melancarkan manuver aktifitas yang sebagaimana Pak Ketua instruksikan tadi malam. Tadinya kami berencana memenuhi instruksi Ketua untuk pergi ke ladang, namun tampaknya di depan rumah ada Pak Tarmin yang sedang sibuk mengecor, dengan sigap kami pun membantu beliau dan mengurungkan rencana pertama kami untuk pergi ke kebun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di tengah aktifitas pengecoran, ada si mbah yang lewat hendak pergi ke kebun. Mintanya bantuin beliau untuk memanen jagung, permintaan si mbah pun kemudian dipenuhi Rauf, Basirun, dan lain-lain. Sedangkan, sisanya yang lain tetap membantu Pak Tarmin mengecor. Jam sembilan pagi mereka kembali dari ladang si mbah tadi, membawa hasil yang cukup membanggakan. Saat tiba di Pos Rauf terlihat memboyong dua ikat jagung besar-besar di atas pundaknya. Sedangkan yang lain, saya lupa lagi mereka membawa apa ke Pos. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tidak lama sekembalinya Rauf, Basirun, dan lain-lain dari ladang, kini giliran saya dengan Fahrurrazi alias Pa Che pergi ke kebun. Awalnya Pa Che hendak sendirian pergi ke kebun warga, namun karena ia tidak tahu jalan mana yang hendak dilalui ke tempat yang ditujunya tersebut maka saya pun mengantarnya, karena memang sebelumnya saya pernah ke tempat itu (baca <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-keempat-6-juli-12-giliran-piket.html" target="_blank">hari keempat</a>).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Di sana, kami membantu Ibu warga mengupas jagung yang habis dipanen. Di tengah aktifitas tersebut, kami semua larut dalam obrolan ringan membicarakan hal-hal yang terkait dengan daerah asal saya, Pa Che, dan tempat-tempat yang pernah Ibu jadikan sebagai sumber pengalaman hidup beliau. Beliau bercerita bahwa ia pernah ke Arab Saudi, dan ke Dubai, UEA pada tahun 1994. Di sana beliau bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah milik pengusaha Indonesia. Berbeda jauh pengalamannya dengan bapak yang dulunya pernah merantau ke tanah Papua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dalam obrolan yang hangat itu kami disuguhi kelapa yang bapak petik langsung dari pohonnya, sebenarnya malu membiarkan bapak memanjat sendiri pohon kelapanya, padahal sebelumnya beliau terlebih dahulu menawarkan pada kami agar memanjat pohon tersebut. Tapi, sehalus mungkin saya tolak, karena sadar bahwa saya sama sekali tidak ada pengalaman memanjat pohon yang tinggi-tinggi macam itu. Beda dengan Pa Che, alasannya bahwa dia trauma memanjat pohon yang dulu dia pernah jatuh dari pohon tersebut. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saat semua pekerjaan telah usai, barulah kami pulang. Dengan motornya Bapak mengangkut jagung yang sudah dibungkus dalam karung dan membawa jagung tersebut ke rumahnya. Di belakang kami menyusul beliau yang sudah ada di rumah. Setibanya di rumah beliau, kami disuguhi lagi dengan air dingin yang segar. Alhamdulillah, cukuplah buat kami mengusir rasa haus yang menggelayut di tenggorokan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Dari Ibu, kami pergi balik ke rumah dengan hasil sebongkah buah kelapa di tangan yang dipetik oleh Bapak tadi saat di kebun. Di rumah kami pun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, karena sehabis dari kebun tadi badan terasa gatal sekali. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Siang itu terasa sejuk di daerah yang kami tinggali ini, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin. Dengan kondisi semacam itu shalat dzuhur yang digelar di Mushalla pun menjadi terasa sangat adem untuk dilaksanakan. Irsyad dan Umam yang dari tadi sudah menyiapkan makan siang, memanggil kami semua yang berada di kamar supaya keluar lalu makan. Pekerjaan mereka belum berujung sampai di situ saja, sehabis makan-makan kedua orang ini juga mesti mencuci piring bekas kami makan dan peralatan masak lainnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sampai tibanya waktu Ashar, saya sendiri kembali aktif menulis semua kegiatan yang dilakukan pada hari sebelumnya. Sedangkan yang lain, saya kurang tahu apa yang mereka kerjakan. Yang jelas, bagi saya waktu kosong seperti ini layak dipakai buat nulis. Selain siang hari, saya kerap menulis pada jam-jam ba’da shubuh, siang hari, dan malam. Pada sore hari, orang kesekretariatan datang entah ada keperluan apa. Namun, yang saya tahu Zakir pergi main bola ke daerah Pos lain setelah kedatangan dua orang tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Malamnya, kami melakukan rapat koordinasi membicarakan agenda besok pagi. Katanya, besok kami akan menghadiri sebuah acara akbar yang bertajuk “Haflah Akhiru Sanah” di Mentaraman, Donomulyo. Seusai rapat, kami pun bubar. Sesampainya di rumah, bagiannya Zakir baru pulang ke rumah. Mungkin, dia Maghribnya di Pos dua sana. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jam delapan kurang seperempat aktifitas di rumah berlangsung variatif, ada pula yang pergi silaturahmi ke rumah warga yang pas balik tahu-tahu perut sudah kenyang. Sejahtera memang, KKN di tempat kayak gini. Beberapa hari ini saja, sudah berkali-kali kami dikirimi lauk oleh warga saat menjelang waktunya makan tiba. Jadi, teman yang bagian piket masak tidak usah repot-repot membuat masakan lebih banyak lagi. SubhanAllah wal-hamdulillah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saya sendiri tidak luput dari menyibukkan diri saat waktu malam ini tiba. Awalnya saya dedikasikan waktu untuk menulis, namun saat saya merasa bosan aktifitas tersebut sejenak saya tinggalkan guna mencari sesuatu yang dapat merefresh mood menulis saya kembali. Beranjak dari tempat duduk yang ada di ruang tengah, saya mengitari semua ruang yang ada di rumah. Termasuk dua kamar yang diperuntukkan sebagai tempat tidur bagi kami, saat kumenengok di salah satunya kulihat ada seorang Zakir yang duduk termangu di depan laptop Basirun. Ternyata, dia sedang menonton Bollywood Movie. Kemudian saya pun tergiur, lalu terlarut dalam tontonan tersebut. Dan dengan terpaksa saya tinggalkan laptop saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selang dua jam waktu bergulir, film pun selesai dan malam telah larut. Tidak ada pilihan lain lagi bagi saya saat ini selain mengakhiri aktifitas </span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-kelima-7-juli-12-pengalaman.html" target="_blank">Hari Kelima, 7 Juli 12: Pengalaman Merantau</a> dan </span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">beranjak tidur. []</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-7125533908812667232013-02-01T06:27:00.001+07:002013-02-12T06:01:12.687+07:00Hari Ke 4: Giliran Piket<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiciU34v9lqe1a1j6fsuDne3pjmw5Did1SXsgYJcg9XE9bgNmTBvhOjNbGpPtZicQD28Za2jmzCAE6tJWGT3RGTUnE_ijLrsoeAG6MszMeCfUlpI-_0nNX4HK5OTI7HQUSm7_2lNlYX4wDm/s1600/CIMG0867==.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Keempat, 6 Juli 12: Giliran Piket" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiciU34v9lqe1a1j6fsuDne3pjmw5Did1SXsgYJcg9XE9bgNmTBvhOjNbGpPtZicQD28Za2jmzCAE6tJWGT3RGTUnE_ijLrsoeAG6MszMeCfUlpI-_0nNX4HK5OTI7HQUSm7_2lNlYX4wDm/s200/CIMG0867==.JPG" height="240" title="Hari Keempat, 6 Juli 12: Giliran Piket" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jam setengah empat saya beranjak dari tempat tidur, menerjang hawa dingin pagi itu saya pun meluncur ke kamar mandi. Dari <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-ketiga-kamis-5-juli-12.html" target="_blank">semalam tadi</a> perut saya terasa mules, mungkin karena terlalu banyak makan sambel buatan Rauf. Namun, saya akui sambel buatannya itu memang mantap. Tapi, menyesal juga kalau konsekuensinya harus begini, perut mules yang berujung ke tempat pemancingan lele. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Adzan tiba, kami pun beranjak shalat shubuh berjamaah di Mushalla. Usai shalat dilanjutkan wirid, kemudian kultum pagi disampaikan oleh ust. Yohan yang didatangkan langsung dari Batang, Jateng. Penyampaiannya pun cukup singkat saja. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Saat setelah kegiatan di Mushalla usai, kami pun bubar melanjutkan aktifitas pagi lainnya. Saya, Zakir, dan Yohan langsung sibuk di dapur yang memang hari itu merupakan jadwal kami piket masak. Sebuah cita rasa perpaduan asli antara daerah Cianjur, Balikpapan, dan Batang bercampur menjadi satu di dapur sederhana ini. Namun, karena mind set kita yang memang sudah sama dalam hal makanan, maka kami tanggalkan background cita rasa antardaerah itu pokoknya yang penting masak, buat masakan, lalu makan. Soal masakannya enak atau tidak ya.. anggap saja enak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Disamping memasak, kami bertiga pun mesti membersihkan rumah yang kami tempati. Maka dari itu, tidak semuanya bertiga sibuk di dapur. Setelah masakan siap, anggota Pos dikumpulkan. Kami membentuk formasi melingkar sambil duduk bersila di luar rumah. Acara sarapan berlangsung tidak terlalu lama, karena kebanyakan anggota pos kami makannya cepat-cepat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah sarapan, proyek terbaru dijalankan. Pak Tarmin bersama warganya pergi ke jalanan untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak. Semua warga yang semalam tadi dikumpulkan di acara pengajian telah diinstruksikan untuk kerja bakti esok paginya. Tiga orang di dapur, sementara yang lainnya ikut Pak Tarmin menyusul warga yang sudah ada di TKP. Saya kurang tahu persis apa yang terjadi di jalanan dusun sana, yang jelas warga dan mahasiswa KKN tengah sibuk mengecor dan perbaiki jalan-jalan yang rusak. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah urusan di rumah selesai, jam setengah sepuluh saya ikut teman-teman ke kebun milik warga. Bersama pemiliknya ada saya, Yasin, Husairi, Basirun, Umam, dan Rauf. Serta tidak ketinggalan juga Nur Alfiah anak Pak Tarmin bersama anak warga lain yang belum saya kenal, bilangnya mereka cuma mau cari sinyal HP. Dalam perjalanan menuju kebun yang dituju, di kiri-kanan kami ada ladang milik warga yang banyak ditumbuhi berbagai macam tanaman, namun yang jadi primadona di sini adalah tembakau dan sawit termasuk di kebun milik warga yang akan kami singgahi ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setibanya di kebun, perburuan pertama tertuju pada pohon kelapa. Ibu pemilik kebun meminta kami memanjat pohon yang rendahan saja, namun Rauf kurang menghiraukannya. Akibatnya, setiap kelapa yang ia petik malah dapat yang tua terus. Berbeda dengan Husairi yang panjat pohon lebih rendah, ia selalu dapat yang muda. Jika Rauf dan Husairi sedang di atas pohon, kami yang dibawah cuma bisa bantu pungutin saja, lebih-lebih saya bisa bantuin doa. Sehabis metik kelapa, coklat juga diembat sama Rauf. Memang rauf nih.. tapi, pas tahu ada makanan saya ikut makan juga sih. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Selama di kebun kami tidak hanya menjarahi hasilnya saja, tapi Ibu sebagai pemilik kebun juga kami bantu. Ada jagung yang baru dipanen kami bantu kupasin, ada barang yang perlu dibawa kami bawain. Pokoknya seimbang lah, antara makan hasil kebun dengan membantu pemiliknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Jam setengah sebelas, kami pun pulang membawa hasil yang membanggakan. Alhamdulillah. Kemudian kami pun bersiap-siap pergi shalat jum’at ke Masjid. Untuk shalat jum’at saja, kami harus menempuh jarak yang lumayan jauh antara Pos ke Masjid yang dituju. Ada sekitar 700 m jarak yang mesti ditempuh oleh kami untuk shalat jum’at di Masjid itu. Awalnya kami belum tahu di mana dan seberapa jauh Masjid tersebut, maka dari itu saya berempat jalan kaki menyusul yang lain yang sudah duluan pergi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Usai shalat jum’at, pulangnya saya jalan kaki bersama yang lain. Yohan yang setim piket masak dengan saya, balik duluan dengan Yasin pake motor. Sedangkan saya dengan Zakir, malah ditinggal jalan kaki. Ya sudah, biar saja Yohan sibuk sendirian menyiapkan makanan siang buat teman-teman. Sesudah makan siang, mahasiswa bebas berakifitas. Saya sendiri sibuk mengetik lanjutan tulisan yang belum jadi. Sejam kemudian, saya tinggal tidur Acer milik saya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kumandang adzan Ashar membangunkan kami yang kebanyakan pada tidur siang karena kelelahan, kemudian semua beranjak bersiap-siap dan mengambil air wudlu ke kamar mandi. Saat prosesi shalat tengah berlangsung, anak-anak yang hendak mengaji telah banyak mengisi Mushalla. Kali ini jumlah muridnya lebih banyak dari pada hari kemarin, mungkin ada sekitar 20-an. Sehabis Ashar itu kami pergi seperti biasa bersilaturahmi ke rumah-rumah warga, sekembalinya dari sana saat menjelang maghrib. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Maghrib usai, saya, Zakir, dan Yohan langsung pergi ke dapur. Tapi, Yohan nih malah pergi lagi keluar sama Rauf, entah pada ke mana. Terpaksa kami berdua saja yang menyiapkan makan malam buat teman-teman. Acara makan kali ini tempatnya berbeda, tidak seperti yang biasanya digelar di depan rumah. hal ini karena di luar lagi rame dan teman-teman lagi pada tidak ada di rumah, jadi makan malamnya di ruang tengah saja. Menjelang Isya, semuanya sudah beres tinggal mempersiapkan diri shalat berjamaah di Mushalla. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah shalat Isya dan wirid, kami langsung bertolak kembali ke rumah. Dan tidak lama setelah kami kembali dari Mushalla, barulah bagiannya Rauf dan Yohan balik ke rumah. Lalu, kegiatan malam ini pun berlanjut pada agenda masing-masing. Fahrurrazi menyampaikan sesuatu pada Marhalim, bahwa tetangga sebelah memerlukan tenaganya. Persisnya saya tidak tahu tenaga apa yang diperlukan tetangga tersebut dari dia, mungkin benerin barang elektronik. Yang dipanggilnya Marhalim, Rauf dan yang lain malah ikut-ikutan juga ke tempat tetangga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sekembalinya dari rumah sebelah, Marhalim balik ke rumah sambil tangan kanan mengelus-elus perutnya, ditambah ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa mereka habis makan-makan di sana. Puasnya mereka, tuh. Kalau tahu begini, kenapa tadi saya nggak ikut juga. <i>Huft</i>. Usai sudah </span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-keempat-6-juli-12-giliran-piket.html" target="_blank">Hari Keempat, 6 Juli 12: Giliran Piket</a>. </span></span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">[]</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-3486725052659438242013-01-06T14:14:00.001+07:002013-02-12T06:01:28.023+07:00Hari Ke 3: Jalankan Program<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhigF9LjA7GHEPDinZ3LgNmYDViT5Mez42xXYSccnkymqqAppEUxJC4uO-U3sxNBKAThQtkX8ONuoDHu6OKPlQ6PMECwPh3YmFti3zjAsdhGWEWhkwdiNiafYIepmobHi_Q9-v6uFwQHlho/s1600/DSC04995.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Ketiga, 5 Juli 12: Jalankan Program" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhigF9LjA7GHEPDinZ3LgNmYDViT5Mez42xXYSccnkymqqAppEUxJC4uO-U3sxNBKAThQtkX8ONuoDHu6OKPlQ6PMECwPh3YmFti3zjAsdhGWEWhkwdiNiafYIepmobHi_Q9-v6uFwQHlho/s200/DSC04995.JPG" height="227" title="" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Jam tiga dini hari, berbeda dengan <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-kedua-rabu-4-juli-12.html" target="_blank">hari sebelumnya</a> wakil ketua
kami gigih membangunkan temannya yang masih terlelap. Atas motivasi yang kuat, dia
terus saja membangunkan yang lainnya yang memang susah untuk dibangunkan.
Setengah jam berlalu, barulah semuanya beranjak dari tempat pembaringannya lalu
mengambil air wudlu. Belum sampai di kamar mandi yang letaknya berada di luar
rumah, hawa dingin langsung menyerbu sekujur tubuh yang baru keluar dari balik
daun pintu. Namun, hal itu bukan jadi alasan untuk tidak mendirikan shalat lail
berjamaah di mushalla samping rumah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Balik dari kamar mandi, saya pun
langsung meraih jaket tebal yang sebelumnya memang sudah saya siapkan di
sandaran kursi. Dalam balutan jaket saya berharap bisa mengurangi dinginnya
hembusan angin kencang yang menyelimuti tubuh saya, namun meskipun jaket sudah
saya kenakan tetap saja hawa dingin itu masih terasa. Angin dingin terus saja berhembus saat mentari
menunjukan cahayanya. Tapi, karena sinarnya yang hangat, maka dingin kali ini
masih bisa ditahan dengan selembar kain baju saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-ketiga-kamis-5-juli-12.html" style="font-family: 'Trebuchet MS',sans-serif;" target="_blank">Kali ini</a><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif;">, dapur dadakan telah
siap digunakan. Di atas meja ada kompor terpasang menyambung ke tabung gas lewat
selang. Di sudut lain ada sebuah meja lagi yang disetting untuk menyimpan
peralatan masak lainnya. Dan orang-orang yang berhak menjadi koki pertama
adalah Husairi dan Rauf, selain memasak mereka juga berkewajiban untuk piket
dalam rumah. Sedangkan yang lainnya, sibuk di luar rumah. Mereka yang di luar
rumah terpecah dalam dua proyek sibuk, empat orang mesti pergi ke atas bukit
untuk menyelesaikan proyek tandon, dan sisanya yang lain membantu Pak Tarmin
untuk mengecor kamar mandi rumahnya. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Kegiatan kami pagi itu
berlangsung sampai tibanya waktu shalat dzuhur, menjelang adzan berkumandang
kebanyakan di antara kami pergi membersihkan diri ke kamar mandi yang terletak
di belakang rumah. Kamar mandi berjumlah dua buah, namun yang satu masih dalam
tahap pengerjaan. Satu per satu, kami bergantian keluar masuk kamar mandi. Di
tempat lain, Rauf dan Husairi sibuk mempersiapkan makan siang yang menunya
sayur sup asli paduan cita rasa antara daerah Balikpapan dan Palembang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Usai shalat dzuhur, makan siang
pun sudah siap untuk disantap. Rasa lapar setelah berjam-jam bekerja terobati dengan
hidangan siang waktu itu, meskipun sebenarnya rasa yang diciptakan dalam
hidangan itu kurang mantap, ^_^ peace. Siang berjalan seperti yang
diintruksikan Ketua, terserah kegiatan apa yang hendak dikerjakan. Mengingat
waktu siang, memang pas untuk istirahat. Tapi, meskipun kegiatan siang hari
bisa dibilang fleksibel, tidak seluruhnya mahasiswa KKN memilih untuk tidur
siang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Sore hari setelah Ashar,
pemandangan tampak berbeda sekali dengan sore sebelumnya. Mushalla yang
beberapa hari selalu kosong pada waktu sore harinya, kini diramaikan oleh beberapa
anak yang datang untuk mengaji. Memang tidak terlalu banyak, jumlahnya berbeda
dengan kegiatan ngaji yang biasa berlangsung sebelum kedatangan kami KKN di
sini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Ditafsir ada 70 anak yang
sebelumnya biasa mengaji di Mushalla, sedangkan sore tadi hanya ada 5 anak yang
hadir. Hal tersebut dikarenakan Pak Tarmin yang biasa mengajar kurang bisa
mendapatkan waktu luang pada sore hari, mengingat beliau seorang Kepala Dusun
yang juga terlibat di berbagai perkumpulan warga, belum lagi beliau mesti sibuk
juga mengurusi kebun yang dimilikinya. Sebenarnya ada saja yang menggantikan
beliau untuk mengajar ngaji, Nur Alfiah anak Pak Tarmin yang baru saja lulus
Aliyah bisa juga mengajar ngaji anak-anak warga, namun sekarang alasannya beda
lagi mengingat waktu-waktu sekarang yang tengah masa liburan sekolah. Tapi,
sore tadi memang beda. Mungkin respon masyarakat sekitar yang cepat menanggapi
keberadaan kami di kampungnya, maka anak mereka kembali mengaji di Mushalla.
Dan sebagian dari kami langsung turun tangan mengajar anak-anak untuk mengaji. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Di tempat lain, ada tiga orang
yang sore tadi pergi bersilaturahmi ke rumah warga. Namun seperti biasa, tidak
banyak warga yang kelihatan berada di depan rumahnya. Sehingga, kami pun hanya
berani masuk ke beberapa rumah saja. Sore tadi, kami bertemu dengan keluarga
Pak Ijmain dan anaknya yang masih kecil bernama Aldo (keren emang, namanya
kayak pemain bola), kemudian dilanjutkan ke rumah Bu Titin dan keluarganya yang
baru mempunyai anak satu bernama Veni yang lebih besar umurnya dibanding Aldo
tadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Selesai berkunjung ke rumah
warga, waktu menunjukan pukul lima sore yang mengharuskan kami balik ke Pos
guna persiapan shalat Maghrib. Menjelang shalat Isya, kami mendapatkan undangan
pengajian di rumah warga. Bersama Pak Tarmin, kami bersama-sama pergi ke tempat
pengajian melewati jalanan aspal yang minim penerangan. Namun, karena
pengalaman beliau jalan kami pun lancar-lancar saja. Dan lampu senter yang
dipancarkan dari HP kami seolah tidak berguna bagi beliau.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Sebelum pengajian dimulai,
suguhan pertama adalah siaran langsung antara Tim Garuda VS Fabregas and
Friends yang cukup diminati banyak warga. Namun, tayangan itu tidak berlangsung
lama karena pengajian akan dimulai. Saat TV dimatikan, pengajian pun dimulai.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Pulang pengajian, di Pos menanti
orang Kesekretariatan yang ada perlu dengan Ketua kelompok kami. Sepulang dari
pengajian juga barulah Rauf dan Husairi menyiapkan makan malam kami. Menu yang
sederhana cukuplah untuk menyumpal perut kami yang memang sudah waktunya untuk diisi.</span><br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;"><br /></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">
</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: small;">Usai sudah kegiatan pada <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-ketiga-kamis-5-juli-12.html" target="_blank">Hari Ketiga, 5 Juli 12: Jalankan Program</a> </span><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Selepas makan malam, rapat
evaluasi tidak ada dulu. Kegiatan pun berlanjut pada kesibukan masing-masing,
yang akhirnya berujung ke tempat tidur. []</span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">
</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3623098952332998119.post-42460873423156537632013-01-04T21:00:00.000+07:002013-02-12T06:01:39.061+07:00Hari Ke 2: Makan Bersama di Atas Bukit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCSZu5AScbzmVHtRt4Yy1R9McXFoXK8j4OBAGBeQ6uExKojwBASSgXtp_HKYecc62pJDd_G0la76ORzkVhSn1XjA2bPa4YVTVDyAnYEhQ6OShXfV7cjRmjXH_u2GNCOTMbbszXjTJBtJ47/s1600/CIMG1199.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Hari Kedua, 3 Juli 12: Makan Bersama di Atas Bukit" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCSZu5AScbzmVHtRt4Yy1R9McXFoXK8j4OBAGBeQ6uExKojwBASSgXtp_HKYecc62pJDd_G0la76ORzkVhSn1XjA2bPa4YVTVDyAnYEhQ6OShXfV7cjRmjXH_u2GNCOTMbbszXjTJBtJ47/s200/CIMG1199.JPG" height="209" title="" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Setelah <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-pertama-selasa-3-juli-12.html">hari pertama</a>, lembaran hari kedua KKN kami buka
dengan aktifitas shalat lail yang dimulai jam setengah 4 pagi, dan diimami oleh
Ust. Irsyad sebagai ketua kelompok. Meskipun hawa dingin yang dibawa hembusan
angin kencang pagi itu terasa menusuk tulang, shalat lail pun masih bisa
berjalan dengan khusyuk. Usai shalat lail, Adzan Shubuh dikumandangkan oleh
muadzin yang sebagaimana telah ditetapkan. Mahasiswa STAIL hanya bisa membentuk
2 shaf setengah dengan 5 orang yang mengisi di tiap-tiap shafnya. Memang,
namanya juga Mushalla, jangan heran jika kapasitasnya hanya segitu saja. Seragam
yang dikenakan waktu shalat didominasi oleh Jaket tebal khusus KKN yang
menggambarkan betapa dinginnya shubuh waktu itu dan dipadukan dengan sarung
serta peci menghiasi kepala.</span></div>
<span style="font-size: small;"><br /></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: small;">Sebagaimana aktivitas di kampus,
usai shalat shubuh kami pun wirid 10 menit dan dillanjutkan dengan kultum
selama tujuh menit –ya, iyalah namanya juga kultum. Ya tujuh menit.– kultum
tersebut diisi oleh ust. Husairi yang menyampaikan intisari dari pada hadits
Arbain Nawawi nomor pertama yang mengupas masalah niat. Dengan kelihaian beliau
sebagai “Singa Podium”, materi yang disampaikan cukup jelas sekali dan dapat
dipahami oleh jama’ah yang menyimak. Namun, tetap tidak dapat dipungkiri juga
bahwa masih ada saja sebagian dari pada jamaah yang menyimak di alam bawah
sadarnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Langit terbilang masih gelap saat
mahasiswa <a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-kedua-rabu-4-juli-12.html">KKN </a>memulai kesibukannya pagi itu. Rencananya mahasiswa mau membantu
Pak Tarmin mengecor kamar mandi, namun dikarenakan pasir yang dipesan belum
juga tiba, maka kami pun beralih ke proyek pembangunan tandon yang ada di
puncak bukit. Sebelum pengerjaan “mega proyek” tersebut, mahasiswa cukup
disibukkan dengan pencarian sinyal di HP-nya. Sang ketua kelompok pergi ke
tanjakan jalan yang ada di sebelah utara guna memburu sinyal. Konon, di
tanjakan sana Telkomsel dan Indosat lah yang sinyalnya kencang dan melaju.
Namun, tetap tidak ada harapan untuk modem yang dipasangi kartu Tri. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Usai sarapan pagi dua orang
tinggal di pos, sedangkan sembilan orang lainnya berangkat mengerjakan “mega proyek" tandon masyarakat. Terkait dua orang yang tinggal di pos tersebut,
mereka sibuk dengan perbaikan speaker yang sudah lama rusak. Speaker tersebut
sangat berguna sekali untuk menunjang aktifitas Mushalla. Sekitar 2 km jarak
antara Pos ke Puncak Bukit dilalui lewat berbagai macam medan yang cukup
menantang. Turunan, tanjakan, turunan lagi, tanjakan lagi, turunan lagi,
belokan, dan tanjakan lagi barulah kita sampai di Puncak Bukit tersebut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Setibanya di puncak, kami
ditunggu sebuah bangunan yang tersusun dari rangkaian batu bata yang baru
rampung 70%. Bentuknya menyerupai Ka’bah di Mekah, namun dasar bangunan yang
akan dijadikan tandon tersebut lebih rendah dari permukaan (bukit). Untuk masuk
ke dalam tandon, pekerja harus naik melalui tangga yang terbuat dari kayu.
Ketika kami tiba di sana sudah ada 3 orang bapak-bapak yang melakukan aktifitas
ngecor di dalam tandon yang belum jadi tersebut. Melihat hal itu, dua orang
dari kami pun berinisiatif membantu di dalam, sedangkan yang lain masih terbuai
dalam indahnnya alam asri Puncak Bukit. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Di tengah “sesi pemotretan”, kami
yang di luar disuruh teman kami yang ada di dalam untuk mengambil karungan
pasir yang ada di kaki bukit. Dari tujuh orang yang tengah santai-santai
tersebut, empat orang turun ke bawah. Sesampainya di bawah saya bersama tiga
orang teman saya menemukan sejumlah karung berisi pasir yang beratnya
diperkirakan sekitar 70 kg. Kami tidak langsung mengangkatnya ke puncak,
sebelum teman kami yang lain turun membantu mengangkat pasir tersebut. Lama
kami beristirahat di kaki bukit, menunggu tiga orang teman kami yang lain yang
masih di atas. Ditunggu-tunggu, malah tidak muncul juga. Akhirnya kami pun
mengangkat karungan pasir yang berat itu ke atas. Jujur, saya sendiri kepayahan
mengangkatnya. Hampir tidak bisa mengangkatnya sama sekali. Tapi, untungnya ada
setengah karung pasir yang <i>nganggur</i>
yang bisa menutupi gelagat <i>nganggur</i>
saya. Dengan lancarnya saya angkat pasir
tersebut ke atas bukit, sedangkan teman saya yang lain tengah dalam kepayahan
mengangkat pasir yang lebih berat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Seorang teman saya yang kepayahan
tersebut bilang bahwa lututnya serasa mau lepas saat punggungnya ditimpuk
karung berat, yang lainnya malah lebih kepayahan lagi padahal badannya lebih
besar dari pada saya. Namun, akhirnya karung-karung tersebut bisa sampai di
puncak juga setelah kami melakukannya dengan gotong royong. Sebelum kami
mengakhiri pekerjaan di puncak bukit, sejumlah hidangan makan siang telah
menyambut kami yang sudah kepayahan dan menghapuskannya dengan kenikmatan makan
bersama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Dalam perjalanan pulang dari
bukit kami tidak melalui jalan yang sama saat keberangkatan tadi, seorang warga
yang tadinya ikut bekerja, mengantar kami pulang melalui jalan pintas yang
lebih cepat sampainya. Sesampainya di Pos, kamar mandi menjadi serbuan
mahasiswa untuk membersihkan diri. Tidak lama kemudian adzan pun berkumandang
menandakan tibanya waktu shalat dzuhur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Aktifitas siang itu kemudian
berlanjut ke program masing-masing, ada yang sibuk membaca, duduk di depan
laptop, muraja’ah, dan ada pula yang tidur kelelahan sampai menjelang ashar
setelah tadi kerja cukup berat di atas bukit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Ba’da ashar, anggota pos
dikoordinasikan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyebar bersilaturahmi
ke rumah-rumah warga. Saya, Fahrurrazi, Zakir, dan Marhalim berangkat ke arah
Utara menemui beberapa warga kampung saja. Selain itu, kami juga menemukan
sebuah mushalla yang menurut informasi Pak Sahid seorang warga yang kami temui
di rumahnya mengatakan bahwa mushalla yang kami temukan tersebut hampir tidak
ada sama sekali aktifitas keagamaannya. Shalat wajib saja hanya maghrib yang
ada jamaahnya, selain dari pada itu kosong dikarenakan warga sibuk di ladang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Memang, warga di sini mayoritas
adalah petani. Banyak warga yang menanam jagung, tembakau, kelapa, sawit, dan
lain-lain. Kelapa sawit di sini merupakan tanaman baru bagi masyarakat desa
Purwodadi, sehingga masih banyak warga yang menanamnya atas dasar coba-coba.
Kecuali dusun yang kami tinggali ini sudah mematenkannya menjadi mata
pencaharian yang cukup diandalkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Usai bersilaturahmi, kami pun
balik ke pos dan bersiap-siap untuk shalat maghrib. Setelah shalat maghrib,
kami masih dimasakkan makan malam. Ya, ini menyalahi kesepakatan kita dengan
tuan rumah. Tapi, penyebabnya cukup beralasan, mengingat perabotan dapur yang
belum kami siapkan. Dan rencananya mahasiswa akan masak di dapur berbeda, yaitu
dapur buatan yang memanfaatkan ruang kosong di luar rumah Pak Tarmin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">Saat shalat Isya selesai,
mahasiswa melakukan rapat evaluasi yang diagendakan setiap hari. Dipimpin oleh
ketua kelompok Pos I, rapat berjalan dengan baik dan singkat saja. Begitulah </span><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif; font-size: small;"><a href="http://suratanmakna.blogspot.com/2013/01/hari-kedua-rabu-4-juli-12.html" target="_blank">Hari Kedua, 3 Juli 12: Makan Bersama di Atas Bukit</a>. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS', sans-serif; font-size: small;">Jam menunjukan pukul sembilan
malam, sebagian ada yang pergi tidur, membaca buku, muraja’ah hafalan qur’an
dan ada juga yang sibuk di depan netbooknya. []</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/17317892054459616584noreply@blogger.com2