Teori Belajar Kognitif
Tuesday, February 21, 2012
0
Comment/s
Belajar kognitif adalah peristiwa mental, melibatkan ranah cipta, berfikir, mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan. Perwujudan perilaku belajar adalah adanya perubahan kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berfikir asosiatif, daya ingat, sikap ( kecenderungan mental ), apresiasi, dan tingkah laku afektif.
Gejala Kognisi mencakup :
a. Perhatian : pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek
b. Pengamatan : mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun dunia sekitar tempatnya berada dengan melihat, mendengar, membau, atau mengecap.
c. Tanggapan : melakukan kembali sesuatu perbuatan atau melakukan sebelumnya sesuatu perbuatan tanpa hadirnya obyek fungsi primer yang merupakan dasar dari modalitas tanggapan itu.
d. Fantasi : daya untuk membentuk tanggapan – tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan – tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan baru tersebut tidak harus sesuai dengan benda – benda yang ada. Ada 3 cara : Mengabstraksikan, mendeterminasikan, dan mengkombinasikan
e. Ingatan : kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan - kesan
f. Berfikir : meletakkan hubungan antara bagian – bagian pengetahuan kita
Pengembangan Ranah kognitif :
a. KEMAMPUAN, Mengidentifikasi, Menyebutkan, Menunjukkan, Memberi nama pada, Menyusun daftar, Menggarisbawahi, Menjodohkan, Memilih, Memberikan definisi, Menyatakan.
b. PEMAHAMAN, Menjelaskan, Menguraikan, Merumuskan, Merangkum, Merubah, Memberi contoh tentang, Menyadur, Meramalkan, Menyimpulkan, Memperkirakan, Menerangkan, Menggantikan, Menarik kesimpulan, Meringkas, Mengembangkan, Membuktikan.
c. PENERAPAN, Mendemonstrasikan, Menghitung, Menghubungkan, Memperhitungkan, Membuktikan, Menghasilkan, Menunjukkan, Melengkapi, Menyediakan, Menyesuaikan, Menemukan.
d. ANALISIS/mengurai, Memisahkan, Menerima, Menyisihkan, Menghubungkan, Memilih, Membandingkan, Mempertentangkan, Membagi, Membuat diagram/skema, Menunjukkan hubungan antara, Membagi.
e. SINTESA/menggabungkan, Mengkategorikan, Mengkombinasikan, Mengarang, menciptakan, mendesain, mengatur, menyusun kembali, merangkaikan, menghubungkan, menyimpulkan, merancangkan, membuat pola.
f. EVALUASI/menilai, Memperbandingkan, Menyimpulkan, Mengkritik, Mengevaluasi, Membuktikan, Memberikan argumentasi, Menafsirkan, Membahas, Menaksir, Memilih antara, Menguraikan, Membedakan, Melukiskan, Mendukung, Menyokong, menolak.
B. Berikut adalah beberapa teori belajar kognitif menurut beberapa pakar teori belajar kognitif:
1. Teori Belajar Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak.
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan.
Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
d. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
2. Teori Benyamin S.Bloom
Benyamin S. Blom telah mengembangkan ‘’ taksonomi untuk domain kognitif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental, dengan enam tahap sebagai berikut:
a. Pengetahuan ( Knowledge) ialah kemampuan untuk mengahafal, mengingat, atau mengulangi informasi yang pernah diberikan. Contoh: sebutkan lima bagian utama kamera 35 mm.
b. Pemahaman ( Komprehension) ialah kemampuan untuk menginterpretasi atau mengulang informasi dengan menggunakan bahasa sendiri. Contoh: uraikan enam tahapan dalam mengisi film untuk kamera 35 mm.
c. Aplikasi (Application) ialah kemampuan untuk menggunakan informasi, teori, dan aturan pada situasi baru. Contoh: pilih ekpose 3 kamera untuk mengambil gambar yang berbeda
d. Analisi (analysis) ialah kemampuan mengurai pemikiran yang komples, dan mengenai bagian-bagian serta hubungannya. Contoh: bandingkan cara kerja dua kamera 35 mm yang memiliki model yang berbeda.
e. Sintesis (synthesis)ialah kemampuan utnuk mengumpulkan komponen yang sama guna membentuk satu pola pemikiran yang baru. Contoh: susunlah urutan fotografi untuk 6 objek.
f. Evaluasi (evaluation) ialah kemampuan membuat pemikiran berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Contoh; buatlah penilaian terhadap kualitas slide yang di hasilkan dalam lomba, dengan 4 urutan penilaian.
KESIMPULAN
Dari pembahasan Teori Belajar kognitif dapat kami simpulkan sebagai berikut :
a. Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu.
b. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri..
c. Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
d. Belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.
e. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
REFERENSI
Agus Suprijono, Cooperatif Learning. 2009, Purtaka Pelajar. Yogyakarta.
Ahmadi, Abu dan Supriono, Widodo. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
H. Djaali, PSIKOLOGI PENDIDIKAN, Jakarta. PT Bumi Askara. 2009.
http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/psikologi-pembelajaran-kognitif.html
Hur Huda, DIKTAT ILMU JIWA BELAJAR. STAIL SURABAYA.
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Judul : Teori Belajar Kognitif
Ditulis Oleh : Unknown
Rating Blog : 5 dari 5
Ditulis Oleh : Unknown
Rating Blog : 5 dari 5
0 Comment/s: