Suratan Makna: 09/01/2013 - 10/01/2013

Hari Ke 22: Membuat Laporan

Posted by Unknown Monday, September 9, 2013 2 Comment/s

Jelas sudah, semuanya. Ternyata keluarga besar Pak Tarmin sudah merencanakan ini dari jauh hari. Dari awal ramadlan beliau selalu menyediakan kami lauk untuk sahur dan berbuka, bersama Mba Umm, Mba Cici dan yang lainnya Pak Tarmin menyediakan kami hidangan bermacam-macam yang pada awalnya membuat kami kebingungan untuk menyikapi hal tersebut. Betapa tidak, setiap hari kami disuguhi makanan terus bagai sekawanan orang yang terpandang dari negeri kerajaan yang karenanya kami pun tidak menolak sama sekali. Tapi, yang jelas bagaimanapun kami merasa tidak enak sekali, apakah pelayanan itu tidak memakan biaya yang banyak?

Setelah kami konfirmasi, terciptalah sebuah kesepakatan untuk menyisihkan uang kas kami kepada keluarganya Pak Tarmin guna kebutuhan masaknya. Mudah-mudahan dengan penyerahan uang tersebut bisa memperjelas keadaan, walau sebenarnya dari awal beliau ikhlas menyuguhi kami. Lagian, buat apa uang kas yang sedianya selalu turun setiap minggunya selain untuk kebutuhan masak? Oleh karena itu, kami menyerahkan saja uang tersebut pada keluarga Pak Tarmin.

Agenda kami hari ini adalah kembali melanjutkan pekerjaan kami yang kemarin belum selesai, yaitu mengecat bagian Mushalla dan rumahnya Pak Tarmin. Pada bagian Mushalla ada bagian yang mesti ditambah dan diganti, yakni bagian langit-langit yang tampak sudah usang dan menambah bagian yang belum terpasang sama sekali. Pemasangan ini diserahkan kepada Pak Tarmin sendiri, karena beliau memang paling ahli untuk memasang langit-langit tersebut. Sedangkan kami cukup mengecat-ngecat saja bagian yang belum dicat, karena memang masih banyak bagian pengecatan tersebut yang belum terselesaikan.

Sebagaimana kesepakatan yang telah lalu, bahwa durasi pengecatan ini dicukupkan sampai menjelang siang saja selebihnya adalah waktu kami untuk istirahat atau santai-santai. Lebih jelasnya, pagi tadi pengecatan berakhir saat cat yang tersedia sudah habis terpakai semuanya, padahal masih ada bagian yang belum terselesaikan. Tapi, mau bagaimana lagi catnya memang sudah habis, terpaksa pekerjaan kami dihentikan pas menjelang siang tadi.
Sebelum dzuhur tiba, kebanyakan dari kami pada sibuk membersihkan diri setelah bekerja tadi. Sedangkan yang lainnya hanya siap-siap berwudlu saja, karena mungkin mereka ini tadi paginya sudah mandi atau mungkin yang cuma wudlu itu tidak ada rencana untuk mandi sama sekali. Meskipun begitu, insya Allah sore harinya pada mandi semua. Usai bersiap-siap, segera kami mengisi Mushalla yang pada waktu dzuhur ini tidak dihiasi oleh jama’ah perempuan. Jadi, bagian Mushalla yang biasanya dibagi dua dengan tirai hijab, kini menjadi satu saja.

Usai dzuhur itu kami disibukkan dengan kedatangan dosen DPL yang akan tiba besok hari, saat dosen tersebut datang kami mesti menyerahkan tugas laporan kegiatan KKN kami padanya. Oleh karena itu, siang ini kami mesti membuat laporan tersebut dengan sedikit mengingat-ngingat apa saja yang selama dua minggu ini telah kami kerjakan. Bagi yang merekam agenda selama dua minggu itu melalui catatan, tentunya hal ini mudah saja hanya tinggal menyalin catatan agenda tersebut ke lembar laporan kegiatan yang telah disediakan. Namun, perkara ini menjadi sangat merepotkan bagi mereka yang tidak ada catatan sama sekali, diperparah lagi dengan ingatan mereka yang pas-pasan. Mereka yang kebingungan mengisi laporan itu tidak kehabisan akal, cukup menyalin saja lembar laporan punya temannya atau tidak menyalin dari laporan kegiatan perkelompok. Masalah isi laporannya bagaimana, paling tidak jauh berbeda dengan kegiatan pribadi yang sudah dilaksanakan. Mengisi laporan tersebut tidaklah memakan waktu yang terlalu lama, sehingga saat semuanya telah beres sebagian dari kami langsung pergi tidur siang sampai ashar tiba.

Rupanya kumandang adzan belum mampu membangunkan kami yang lagi enak tidur siang, tapi untungnya selalu ada orang yang membangunkan kami, jadi barulah disadari kalau adzan tengah berkumandang. Berbeda dengan dzuhur tadi, shaf perempuan pada shalat ashar sekarang ramai diisi oleh jama’ahnya. Meskipun hanya diisi oleh anak-anak mengaji, tapi setidaknya shaf tersebut sudah ada yang mengisi dari pada dzuhur tadi yang tidak ada sama sekali. Tampaknya sore hari ini tidak ada kesibukan yang berarti, selain seperti biasa kami mesti menyiapkan diri kami untuk menghadapi aktifitas malam yang kebanyakan bertugas mengisi di Masjid dan Mushalla-Mushalla luar. Tapi, ada juga yang sekarang bagiannya piket, seperti biasa juga mesti menyiapkan hidangan berbuka kami nanti yang tinggal diambil saja dari salah satu keluarga besarnya Pak Tarmin.

Saat waktu berbuka tiba—alhamdulillah—es campur telah siap untuk kami santap. Dikarenakan es campur tersebut dibuatnya banyak, maka ada alasan bahwa satu gelas buat saya tidaklah cukup. Oleh karena itu, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menambah porsi lagi. Tidak lama setelah itu, kami bersiap-siap untuk shalat Maghrib dulu kemudian sesudah itu acara berbuka dilanjutkan lagi dengan makan makanan berat yang selalu kami nanti-nantikan kebersamaannya.

Bagi yang akan bertugas mengisi tarawih, tidak usah makan berlama-lama apalagi mengambil porsi yang banyak. Soalnya, sebelum berangkat mereka mesti menyiapkan diri sesiap mungkin, belum lagi resiko jika makan dengan porsi yang banyak karena khawatirnya akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Dengan begitu waktu maghrib terasa sangat pendek sekali, karena beberapa kesibukkan yang meliputi mereka. Sedangkan saya sendiri santai saja, karena saya sendiri sedang tidak ada tugas. Awalnya saya ada jadwal mengisi juga di Mushalla luar, tapi karena kami bertiga sedangkan kami memakai motor maka cukup dua orang saja yang berangkat, yaitu Yasin dan Marhalim. Mengenai jadwal saya mengisi hanya sekadar menemani saja, bukan mengisi dalam pengertian bertugas ceramah atau mengimami shalat tarawih. Oleh karena itu, saya mengisi di Mushalla sini saja menemani Husairi dan Irsyad yang sedang bertugas.

Saat waktu shalat tarawih lewat, suasana Ramadlan di pedusunan kami coba bangun kembali dengan kegiatan tadarrus yang dikumandangkan di Mushalla. Sayangnya, tidak bertahan sampai berjam-jam tadarrusan pun berakhir sebelum pukul sembilan malam pada Hari Ke 22: Membuat Laporan ini. []