Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi | Suratan Makna

Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi

Posted by Unknown Saturday, February 2, 2013 0 Comment/s


Sama seperti pagi kemarin, pagi ini kembali diselimuti hawa dingin yang sangat, bersama hembusan angin yang cukup kencang saya telah berada di luar rumah menuju kamar mandi. Kebetulan kamar mandi pagi ini sedang kosong, sehingga saya bisa leluasa masuk untuk buang air kecil dahulu kemudian berwudlu. Setelah urusan saya di kamar mandi kelar, di luar tampak Basirun yang sedang menunggu dengan kedua matanya yang masih merem-melek.

Saat kuselesai mengenakan atribut shalat, terdengar suara khas Pa Che yang mengumandangkan adzan  shubuh dengan baik. Sepuluh menit setelah adzan, shalat shubuh pun dimulai. Rauf maju, mengimami dua belas ma’mum yang ada di belakangnya. Shalat yang diimami Rauf, tidak perlu menghabiskan waktu yang lama, cukup tujuh menit saja shalat pun selesai. Di belakang, semua ma’mum berdzikir dan berdo’a sendiri sesuai urusannya masing-masing. Sebelum bubaran, seperti biasa kultum pagi yang diisi oleh Zakir meramaikan suasana Mushalla yang sederhana ini.

Karena hari ini merupakan jadwal saya piket, maka selesai dari Mushalla saya bersama dua orang lainnya langsung sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Berbeda dengan teman-teman lain yang tengah asyik di ruang tengah. Sedangkan, yang lain ada juga yang tiduran di kamar. Kembali ke dapur, saya, Zakir, dan Yohan tengah fokus membuat nasi goreng yang berbeda dengan nasi goreng yang selalu kita temui di Surabaya. Jika di Surabaya, warna nasi goreng yang kita konsumsi warnanya semu-merah. Yang warna tersebut dihasilkan karena campuran saos tomat yang menyatu dengan nasi. Sedangkan, kami semua di sini lebih setuju dengan nasi goreng yang warnanya hitam oleh campuran kecap di dalamnya. Karena dari rasanya pun sangat berbeda, lidah sunda, jawa, dan kalimantan kami lebih mentolerir rasa kecap yang melekat pada nasi goreng buatan kami ini. 

Dengan hidangan nasi goreng yang sederhana ini, kami sudah cukup mensyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada kami. Usai makan, kerjaan dapur pun masih belum kelar. Masih banyak piring-piring kotor yang mesti dibersihkan, dan giliran pertama yang bertugas mencuci piring tersebut adalah saya. Saat saya mencuci piring, dua rekan piket saya juga tengah sibuk dengan kerjaan rumah yang harus diselesaikan. 

Selesai mencuci piring, kuberalih ke Mushalla yang ada di sebelah rumah guna membersihkan semua isi di dalamnya. Selain itu, halaman depan Mushalla pun tidak luput dari sapuan tangan yang banyak sekali dikotori dengan sampah. Meskipun, sapu lidi yang paling ampuh menyapu sampah di depan Mushalla tersebut tidak ada, maka tangan kosong pun masih bisa menunjukkan aksinya  yang tidak kalah dengan kualitas seikat lidi.

Tugas piket kami hari ini berlarut hingga menjelang siang, lalu dilanjutkan dengan mempersiapkan hidangan makan siang yang menunya berbeda dengan tadi pagi. Siang ini kami sangat beruntung sekali, sebelum dzuhur tiba seorang tetangga datang ke dapur kami mengantarkan sejumlah lauk pauk yang terlihat sangat istimewa. Sehingga, makan siang nanti kami tidak usah repot-repot lagi memasak lauk yang macam-macam. Cukup menanak nasi, sudah jadi.

Ba’da dzuhur, saatnya bagi kami semua untuk mencicipi hidangan yang diberi oleh tetangga tadi. Sungguh, hidangan masakan yang dibuat sangat bercita rasakan yang tinggi. Kami mengakui masakan yang kami rasakan tadi, memang asli buatan orang yang sering berkutat dengan urusan dapur.  Usai makan siang, kini giliran Yohan mencuci piring kotor yang menumpuk di dapur. Namun, bukannya mencuci piring dahulu, dia malah pergi bersama Umam mengisi acara OSPEK di SMP sekitar sini. Ya, sudah tunggu saja sampai Yohan balik ke rumah lagi.

Selesai makan-makan, kami beralih ke aktifitas masing-masing. Saya sendiri kembali berurusan dengan netbook guna mengerjakan tulisan hari ini yang baru saja dimulai. Sampai tibanya Ashar, baru tiga paragraf saja yang bisa saya kerjakan. Memang, hal itu cukup beralasan mengingat saya sendiri yang masih amatiran dalam hal tulis menulis ini.

Dua puluh menit menjelang sore tiba, saya  kembali meneruskan tulisan yang belum jadi. Setelah itu, kebanyakan dari kami pergi bersilaturahmi dengan menyisakan beberapa orang saja yang tinggal untuk mengajar ngaji anak-anak. Saya lihat aktifitas di Mushalla sangat meriah sekali dengan pengajaran yang cukup atraktif dan menuai apresiasi yang bagus dari anak-anak yang mengaji. Antara mengajar ngaji dengan bersilaturahmi, sangatlah cukup bagi kami untuk menghabiskan sore ini sampai tibanya waktu adzan Maghrib berkumandang. Namun, sebelum Maghrib tiba Yohan pun pulang ke pos dan langsung saya perintahkan dia supaya mencuci piring yang ia tinggal pergi saat tadi siang.

Ba’da Maghrib, giliran kami bertiga sibuk lagi menyiapkan makan malam yang disantap tepat sebelum Isya. Kali ini kami menyuguhkan makanan yang tidak kalah wah-nya dengan makan siang. Lauknya terdiri dari mie rebus, peyek mie, dan kerupuk yang setiap porsinya ditampung pada piring yang sedang. Sehingga, saat nasinya yang disajikan belakangan hampir tidak muat lagi ditampung oleh piring  tersebut.

Usai makan malam, adzan Isya berkumandang. Piring-piring kotor yang sehabis dipakai makan tadi tidak langsung dicuci, malah Zakir membiarkannya sampai  ba’da shubuh tiba. Ba’da Isya, agenda kami selanjutnya adalah kunjungan ke pemuda-pemuda kampung yang suka  nongkrong di sekitar Balai Dusun. Kunjungan kami itu menghabiskan waktu dua jam yang di tengah obrolannya tidak luput dari hisapan rokok pemuda-pemuda tersebut, dan sebenarnya kami sendiri tidak kuat jika berada di tengah-tengah perkumpulan semacam itu. Mengingat asap rokok sendiri yang sangat mengganggu bagi kami. Namun, karena sedikit menghormati  mereka, jadi tentunya kami membiarkannya saja.

Usai dari kunjungan itu, waktu menunjukkan jam sepuluh malam. Saat yang pas bagi kami untuk pergi beristirahat dan menutup Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi ini. Namun, setibanya di rumah saya sendiri masih bergelut dengan netbook selama setengah jam lamanya, dan akhirnya netbook pun saya tinggal tidur begitu saja. []
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA

Judul : Hari Ke 8: Repot, Piket Lagi
Ditulis Oleh : Unknown
Rating Blog : 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://suratanmakna.blogspot.com/2013/02/hari-ke-8-repot-piket-lagi.html. Sekali lagi terima kasih sudah singgah membaca artikel ini. ^_^

0 Comment/s: