Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla
Tuesday, February 12, 2013
13
Comment/s
Ketua pos kami sedikit kecewa dengan keputusan pemerintah yang seakan-akan telah menggagalkan puasa pada hari hari ini, padahal semalam beliau bersama warga telah melaksanakan shalat tarawih dan syukuran menyambut bulan suci Ramadlan. Kekecewaan tersebut ia tampakkan saat bangun pagi pukul setengah empat tadi. Awalnya ia bersikukuh untuk tetap puasa pada hari ini meskipun pemerintah telah memutuskan puasa pada hari sabtu, tapi karena dia kurang dukungan dari yang lain maka dengan agak terpaksa dia pun tidak jadi sahur pada pagi itu. Sebenarnya terserah saja dia mau puasa kapan juga, jika mau puasa hari ini berarti ikut Muhammadiyah. Tapi, esensinya bukan masalah ikut siapanya, malah yang perlu dicamkan alasannya dia ikut Muhammadiyah atau pemerintah itu apa? jangan sampai hanya sekadar untuk ikut-ikutan saja, tanpa ada ilmu dan ijtihad sama sekali.
Menjelang shubuh tiba, lampu Mushalla telah dihidupkan sebagai langkah pertama untuk menarik jamaah melalui pancaran cahayanya. Namun, upaya tersebut tampak biasa saja, sehingga tidak ada cara lain bagi kami kecuali mengumandangkan adzan pada waktunya. Pada awal kedatangan kami di sini, Mushalla masih tampak sepi dari jamaah. Tapi, akhir-akhir ini —alhamdulillah— ada perkembangan meskipun dalam jumlah yang sedikit dan itu juga jamaah yang masih dalam lingkungan keluarga Pak Tarmin sendiri.
Apalagi shubuh, dzuhur, dan ashar yang dahulu jamaahnya tidak ada yang mengisi selain dari kami, sekarang ada perkembangan. Pada waktu shalat shubuh, selain dari kami ada beberapa jamaah yang masih dari keluarga Pak Tarmin sendiri. Pada waktu shalat dzuhur, jumlah jamaah hampir sama dengan waktu shubuh. Dimulai dari Ashar ini, anak-anak TPA yang mengaji cukup meramaikan isi Mushalla dengan jumlah mereka yang cukup banyak. Saat maghrib dan isya, Mushalla diisi oleh keluarga Pak Tarmin dan sebagian anak TPA yang belum pulang. Tapi, karena sekarang musim Ramadlan, shalat isya di Mushalla menjadi penuh sekali. Dan jamaah yang membludak pada waktu tersebut, dikarenakan warga sekitar yang hendak menjalankan shalat tarawih berjamaah di sini.
Saat shalat shubuh selesai Pak Tarmin dan jamaah perempuan tampak masih ada pada tempatnya guna mengikuti wirid, namun ketika kultum pagi disampaikan Pak Tarmin dan keluarganya membubarkan diri dari Mushalla. Sedangkan, kami berusaha untuk tetap istiqomah melangsungkan kultum setiap harinya sebelum bubar dari Mushalla. Namun, setelah kultum pun belum bisa bubar begitu saja, karena seringkali Pak Ketua mengadakan rapat koordinasi sebagai gambaran aktifitas pada hari ini. Dulu rapat tersebut berupa evaluasi terkait keberadaan kita di sini, namun akhir-akhir ini entah kenapa evaluasi diganti menjadi koordinasi yang di antara keduanya jelas-jelas sangat berbeda pengertiannya. Meskipun begitu, kami masih tetap berada dalam satu jalur kebersamaan melalui adanya rapat semacam itu.
Usai dari Mushalla, seperti biasa yang bagiannya piket sekarang adalah saatnya untuk menyibukkan diri mempersiapkan makanan buat kami sarapan pagi. Hari ini adalah hari terakhir bagi kami untuk makan pada pagi hari dan hari terakhir bagi kami untuk makan siang saat sebelum bulan suci Ramadlan datang. Meskipun begitu, makanan yang disajikan pada hari ini tetap saja sebagaimana biasanya, tidak ada yang istimewa. Mungkin, hanya sedikit tambahan lauk sisa makanan semalam yang membuat beda lauk pagi ini. Tapi, mau bagaimanapun juga, selayaknya kita tetap bersyukur meski suatu saat berada dalam keadaan yang kurang kita kehendaki sekalipun.
Usai makan tadi, pagi ini kami tidak terlalu disibukkan oleh suatu kegiatan apapun, apakah pergi ke ladang, ada proyek pengecoran, atau pergi silaturahmi ke rumah warga. Kegiatan kami hari ini cukup santai-santai saja, sedikitnya ada kerjaan pun hanya tadi saja menemani teman memperbaiki sound system Mushalla. Itu pun cuma nonton saja, soalnya saya memang tidak mengerti kalau masalah begituan. Jadi, mendingan diam saja, salah-salah bisa jadi saya malah kesetrum.
Mengingat hari ini adalah hari jum’at, maka pukul sebelas kami hentikan aktifitas kami selain persiapan untuk shalat jum’at. Pada jam-jam sekitar itulah saatnya kamar mandi menjadi antrian bagi kami semua, namun tidak perlu memerlukan waktu yang lama karena setengah jam setelahnya kami pun berangkat menuju masjid yang jaraknya terbilang jauh. Sebagian dari kami ada juga yang numpang ikut Pak Tarmin yang memakai motor. Ada juga yang awalnya jalan kaki, tapi pas di tengah perjalanan ada warga yang baik hati kasih boncengan untuk dua orang di antara kami. Tapi, yang lebih malang lagi ada dari kami yang sepanjang perjalanannya ditempuh melalui jalan kaki saja, subhanAllah.
Meskipun saat kami berangkat jum’atan agak berceceran, tapi saat kepulangannya kami bersamaan dan ramai-ramai jalan kaki dengan beberapa warga lainnya yang tidak mengendarai motor. Sejam setelah tibanya kami di rumah, tiba-tiba di luar terdapat satu kardus alat-alat pengecatan yang terdiri dari cat tembok, cat kayu, kuas, dan lain-lain, namun entah siapa yang telah membawanya ke sini. Namun, yang jelas saat itu juga kami langsung berinisiatif untuk mengecat Mushalla, mengingat sudah lama kami berencana untuk mengecat Mushalla tersebut yang warnanya sudah banyak yang lusuh. Namun, sayangnya rencana kami itu selalu digagalkan oleh ketiadaan anggaran, dengan alasan bahwa dana yang bersumber dari sponsor belum cair. Tapi, sekarang —alhamdulillah— permintaan kami dijawab, meski agak terlambat ditanggapinya.
Ada waktu sejam setengah untuk mengecat sebelum ashar tiba, namun tampaknya mustahil sekali jika harus selesai dalam waktu yang sesingkat itu. Dan memang hal itu terbukti dengan hasil kerja yang hanya bisa menyelesaikan 30% dari keseluruhan persentase pekerjaan kami yang dilakukan sampai adzan ashar berkumandang. Ba’da asharnya, Pa Che bersama beberapa orang lainnya malah melanjutkan pengecetan di tengah aktifitas anak-anak mengaji. Tapi, hanya sekadar pengecatan ringan yang dilakukan pada pagar kayu bagian luarnya saja.
Di luar menjelang tibanya adzan isya berkumandang, terlihat banyak sekali warga yang berdatangan ke Mushalla, volume ini sangatlah berbeda dengan waktu-waktu shalat lainnya. Saya jadi sedikit menyangsikan jka Mushalla sesederhana ini mampu menampung banyaknya warga yang berdatangan. Bapak-bapak, pemuda, dan anak-anak ada semua di hari pertama tarawih ini, belum lagi ibu-ibu yang memadati sisi kanan Mushalla yang jumlahnya bisa mengisi penuh bagian tersebut. Ditambah juga dengan jama’ah yang datangnya terlambat, yang sudah pasti akan menempati bagian paling belakang yang dekat dengan pintu pagar. Jadi, semua bagian Mushalla terpadati penuh oleh jamaah shalat isya dan tarawih kali ini. Tapi, alhamdulillah sejumlah warga yang telah datang ke Mushalla, mampu ditampung dan dapat menjalankan shalatnya secara khusyuk. Usai tarawih, aktifitas Mushalla berlanjut pada tadarrusan yang berakhir pada pukul sembilan malam sekaligus mengakhiri Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla ini. []
Judul : Hari Ke 18: Pengecatan Mushalla
Ditulis Oleh : Unknown
Rating Blog : 5 dari 5
Ditulis Oleh : Unknown
Rating Blog : 5 dari 5
13 Comment/s:
jadi sekarang udah bagus dong mushallanya?
@zachflazz Lumayan, alhamdulillah..
seneng rasanya kalo pas kerja bakti di mushalla begitu. ntar pas buat shalat lalu masih bau cat, gimanaaa gitu rasanya. terasa seger, hehe
siiiplah, semoga makin menambah semangat para jamaah utk lbh rajin lagi menghidupkan mushalla.
^_^
masya Allah pahalanya!.., semoga kerjaanx cepat rampung ya... *smile
alahmdullilah harus perdulli dengan rumah allah sob, tempat ibadah harus nyaman.
di tunggu kunjungan baliknya
alhamdulillah, semoga bisa menjadi amal kebaikan sob
@zachflazz memang sob, tapi ada juga orang yang kena sama catnya yang masih basah itu. deritanya memang. hehee.
@Penghuni 60 aamiin, thanks sobat sudah follow.
@Rohis Facebook alhamdulillah, sudah kawan.
@Alt-Amiend insyaAllah, nantikan sobat. thanks sudah berkunjung.
@Muro'i El-Barezy aamiin, syukran sobat.
ini merupakan kegiatan yg bagus sobat
postingan yg sangat berguna
terima kasih sudah berbagi